***
Cup, cup, cup!
"A--Aletta...!" Arkhano menahan napas. Tubuhnya menegang dan mulai terasa panas saat Aletta dengan buas mengecup tengkuknya berkali-kali.
"Aletta," ujar Arkhano dengan napas yang semakin memburu. Urat-urat tangannya semakin menonjol dan warna kulitnya berubah menjadi kemerahan karena rasa panas yang menjalar akibat rangsangan Aletta.
"Hmm?" Aletta yang tengah mengecup tengkuk Arkhano sedikit meliriknya. Dia menjulurkan lidah, menjilat tengkuk Arkhano, mencium, dan sedikit menggigitnya, membuat pria itu mendesah tertahan.
"Aletta, hh... cukup!" seru Arkhano sembari memejamkan mata. Tangannya meremas dress Aletta hingga bagian bawah dress itu menjadi kusut.
"Cukup, Ale!" seru Arkhano memaksakan diri untuk menjauhkan tubuh Aletta darinya. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus dan napasnya menderu dengan hebat, menahan hasrat yang dibangkitkan oleh gadisnya.