Sinar itu langsung menyelimuti tubuh sang ayah yang bersimbah darah!
Ibra yang melihat hal itu terkejut, tapi ia tidak bisa mengendalikan diri untuk menahan sinar itu agar tidak keluar dari telapak tangannya.
Ia tetap berdiri seperti semula, membiarkan sinar itu terus keluar dari telapak tangannya dan terus menyelimuti tubuh ayahnya.
Beberapa saat kemudian, sinar kuning keemasan itu lenyap, dan secara ajaib, leher sang ayah yang tadi nyaris putus tiba-tiba saja sudah kembali seperti semula seolah leher itu tidak terluka sama sekali!
Melihat hal itu, Ibra terperanjat. Bagaimana mungkin luka di leher sang ayah tiba-tiba lenyap padahal tadi leher itu nyaris putus?
Meskipun sebenarnya, pemuda itu bersyukur, ayahnya tidak jadi terluka, tapi Ibra yang tidak tahu berasal darimana sinar kuning itu datang kecuali keluar dari telapak tangannya benar-benar kaget dengan apa yang baru saja dialaminya.
"Ayah! Ayah tidak apa-apa?" tanya Ibra, pada ayahnya, sambil membantu ayahnya untuk bangkit.
Sang ayah seperti orang kebingungan, dan menatap ke arah Ibra yang memandangnya penuh perasaan khawatir.
"Ayah kenapa?" tanya lelaki itu dengan suara yang pelan.
Semula, Ibra ingin menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada ayahnya, akan tetapi, niat itu diurungkannya, karena jika ia menceritakan, apakah sang ayah akan percaya, jika pria itu selamat karena sinar kuning yang tadi menyelimuti tubuhnya?
"Tadi, Ayah nyaris tertabrak motor, saat ingin menyeberang, jadi sekarang kalau Ayah mau ke mushola, bagaimana kalau aku antar saja?"
"Apakah Ayah sempat pingsan?"
"Sedikit."
"Pantas, rasanya seperti sedang habis terjatuh. Sakit di bagian leher, tapi Ayah tidak apa-apa, kan?"
Ibra meraba leher ayahnya, di mana tadi leher itu nyaris putus, dan ia melihat sendiri darah sang ayah begitu deras keluar dari luka tersebut.
Namun sekarang, leher itu benar-benar sudah tidak ada cacat sama sekali. Tidak tergores sama sekali, meski sang ayah mengaku, lehernya terasa sakit tapi Ibra tidak melihat luka sekecil apapun di leher tersebut.
"Leher Ayah tidak kenapa-kenapa, mungkin Ayah kelelahan, istirahat saja setelah shalat di mushola, biar aku yang jaga kios, aku antar, Ayah!"
Sekali lagi, Ibra mengucapkan kalimat itu pada sang ayah, dan lagi-lagi ayahnya menolak karena tidak seperti biasanya sang anak jadi ingin mengantarnya ke mushola, setelah bertahun-tahun, saat sedang di pasar, ia tidak pernah diantar oleh sang anak, karena musholla ada tepat di depan pasar.
Namun, karena Ibra memaksa, mau tidak mau, pria itu menurut saja. Setelah diberi air mineral oleh Ibra, agar ayahnya minum air putih dahulu, pemuda itu segera membantu ayahnya untuk menyeberang jalan..
Setelah selesai, pemuda itu kembali ke kios dan seorang pria yang juga berdagang di sebelah kios Ibra menghampiri Ibra dengan wajah penuh tanda tanya.
"Kamu punya kekuatan sihir?" tanyanya sembari memperhatikan telapak tangan Ibra, yang tadi tertangkap matanya mengeluarkan sinar kuning keemasan dan menyelimuti tubuh ayah pria tersebut, hingga nyawa ayah Ibra tertolong.
"Tidak."
"Lalu, kenapa kamu bisa melakukan hal seperti dalam sinetron kolosal?"
"Hilangkan ingatannya."
Sebuah suara terdengar memerintah Ibra, hingga Ibra lagi-lagi terkejut.
"Dia tidak boleh melihat kekuatan yang kamu miliki. Kekuatan yang ada di telapak tanganmu itu adalah kekuatan bintang yang menyatu dalam tubuhmu karena kau berada di bawah bintang Libra. Jika ada orang lain yang mengetahuinya, kamu akan celaka, jadi lenyapkan ingatannya."
Suara itu kembali bicara dengan kalimat yang lebih panjang. Suara seorang wanita. Dan Ibra tidak tahu apakah sekarang ia sedang sadar atau tidak.
Tapi, suara itu begitu jelas dan nyata, membuat Ibra jadi benar-benar menuruti apa yang dikatakan oleh suara tidak berwujud itu.
Membentangkan telapak tangannya, lalu seperti tadi, sinar kuning keemasan keluar dari telapak tangan kanan Ibra.
Menyambar orang yang tadi mengajak bicara Ibra. Ibra sebenarnya tidak tahu apa yang akan terjadi ketika sinar itu menyambar orang yang mengajak dirinya berbicara, hingga kemudian sinar kuning keemasan itu menyebar ke seantero pasar, seperti membersihkan ingatan orang-orang yang tadi menyaksikan apa yang dilakukan oleh Ibra pada anak ayahnya.
Setelah sinar kuning keemasan lenyap, pemuda yang tadi mengajak bicara Ibra, membahas hal lain dan Ibra yakin sepertinya, ingatan orang itu juga sudah dilenyapkan oleh sinar kuning keemasan itu.
Pria itu pamit pada Ibra setelah puas berbasa-basi, tanpa membahas masalah kenapa ada sinar kuning di tangan Ibra.
Sepeninggal lelaki tersebut, Ibra memandang telapak tangannya. Wajahnya kembali berubah ketika melihat apa yang ada di telapak tangan kanannya.
"Kenapa ada gambar timbangan di telapak tanganku?" tanya Ibra pada dirinya sendiri.
Ia berusaha menggosok tangannya, agar gambar itu lenyap, tapi sia-sia, gambar timbangan itu tidak mau lenyap sama sekali.
"Percuma. Gambar itu tidak akan lenyap, karena kau adalah manusia yang mendapatkan kekuatan bintang bernama Libra. Mau percaya atau tidak, itulah kenyataannya, ayahmu sudah diselamatkan oleh sinar kuning keemasan yang dimiliki bintang tersebut, kau berhutang nyawa pada pemilik bintang itu anak muda."
Suara itu kembali terdengar, dan Ibra terdiam mendengarnya. Ingin tidak percaya, mau bagaimana? Ia sendiri menyaksikan keajaiban itu, ayahnya kembali baik-baik saja, padahal tadinya leher ayahnya nyaris putus.
"Aku berhutang budi pada kalian, sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membalasnya?" tanya Ibra pada akhirnya.
"Bantu aku untuk menemukan manusia lain yang juga memiliki ilmu dari bintang ini, hingga nanti kekuatan itu pergi dari tubuhmu."
***
Di waktu yang sama selanjutnya....
Seorang ibu duduk di tepi pembaringan di mana anaknya dirawat. Di atas ranjang tersebut, seorang gadis terbaring dengan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidung gadis tersebut.
Bunyi monoton terdengar di layar monitor yang ada di sisi tempat tidur gadis tersebut. Sang ibu terkejut. Lekas ia menghampiri sang anak, dan mengguncang tubuh anaknya berulang kali, agar sang anak sadar. Tapi, tidak ada respon sama sekali hingga wanita tersebut segera berlari ke luar, untuk memanggil dokter dan para petugas medis lainnya.
Akibat teriakan sang ibu, beberapa petugas medis berdatangan, mereka segera memberikan pertolongan pada sang pasien dengan sangat cepat.
Akan tetapi, berbagai upaya sudah dilakukan oleh para tim medis. Hingga akhirnya, dokter yang menangani pasien itu keluar dari ruang tersebut, dan langsung disambut oleh ibu pasien.
"Bagaimana Dokter?" tanya wanita itu pada sang dokter.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Gemini Arsita Putri, anak ibu tidak bisa diselamatkan. Dia sudah meninggal beberapa menit yang lalu."
Sekujur tubuh wanita itu mendadak kaku mendengar pengakuan dokter yang merawat anaknya pagi itu, tanpa pikir panjang, ia berlari menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan mendapati sekujur tubuh sang anak sudah tertutup kain putih keseluruhan!
Note: Manusia hanya bisa menjalani takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan, karena takdir tidak bisa dirubah.
(Apakah kekuatan bintang Gemini akan merasuki tubuh Gemini Arsita Putri yang sudah dinyatakan sudah meninggal?)