Benca tercenung, dia tidak tahu harus bagaimana. Di hadapannya, Arpad tertunduk sedih. Hatinya nelangsa menyaksikan wanita yang dicintainya terpaku tanpa ekspresi seperti itu. Benca seperti seseorang yang telah mati rasa. Mereka berdua baru saja membaca kembali pesan dari Lorant dalam hening. Arpad menyerahkan surat itu untuk disimpan oleh Benca.
Arpad sudah bertekad untuk mengawali kebersamaannya dengan Benca secara jujur dan terbuka. Sebab dia tidak ingin segalanya berakhir berantakan hanya karena Benca menemukan satu saja fakta yang dianggap sebagai kebohongan. Arpad merasa, dirinya tidak akan mampu menghadapi hal tersebut. Mungkin setiap kejujuran yang disampaikan cukup menyakitkan dan menorehkan luka, tetapi setidaknya, dengan kejujuran, segalanya akan berjalan tanpa curiga satu sama lain. Arpad ingin mendapatkan kepercayaan dari Benca, apapun taruhannya. Sebab dia tahu, mendapatkan cinta dari Benca adalah harpan yang semu.