Télécharger l’application
87.5% Tengku Nik , Mr . Dingin / Chapter 42: Tengku Nik , Mr . Dingin

Chapitre 42: Tengku Nik , Mr . Dingin

📌 PART 42

Akhirnya , Humaira pun tiba di kampung halamannya yang terletak di cameron highland . Hatinya berasa lega apabila dapat menghirup udara segar di kampung , hampir berbulan-bulan jugak dia tidak menginjakkan kaki nya di kampung halaman . Semua tingkap rumahnya di buka luas , kain berwarna putih yang menutupi segala barang-barang di dalam rumah nya di buka . Sedikit habuk pun tidak ada di atas sofa serta barang-barang lain , Humaira tersenyum lebar sambil menampakkan barisan giginya yang putih bersinar . "𝖫𝖺𝗆𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗂 𝗆𝖺𝗄 𝖺𝗒𝖺𝗁 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝗍𝖺𝗄 𝗃𝖺𝗀𝖺 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗂 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌𝗇𝗂 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗍𝖾𝗇𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝗋𝗂𝗇𝖽𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗄 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗒𝖺𝗁" . Sebak Humaira yang bersandar di tepi tingkap .

Humaira turun ke halaman rumahnya , bunga-bunga yang masih cantik di pasu itu di pandang lama . Lantas dia pun menyiram bunga-bunga itu seperti dulu-dulu masa ayah nya masih hidup . Humaira memang menyukai bunga , serta hobi pun adalah menjaga setiap bunga di halaman rumahnya . Fikirannya mengenai Nik di tolak ke tepi , sekarang dia ingin merasai kehidupan kampung yang tenang dan juga segar . Setelah menyiram bunga , Humaira pun mengambil sapu lidi untuk membersihkan samping rumahnya yang banyak daun berguguran . Segala ranting-ranting pokok yang jatuh di situ di susun rapi di tepi pondok-pondok kecil yang masih megah berdiri .

Setelah membakar sampah yang di sapu , dia pun membakarnya di belakang rumah . Setelah penat membersihkan segalanya , dia pun menuju ke depan semula . Namun langkahnya terhenti apabila melihat sebuah kereta hilux milik Hazim , "𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗄𝖾 ? 𝖽𝗂𝖺 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 ?" . Fikir Humaira sambil berjalan ke arah kereta Hazim . Dia pun melihat ke dalam kereta Hazim , namun lelaki itu tidak ada di dalam keretanya . "𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗋𝖾𝗍𝖺 𝖺𝖽𝖺 , 𝖻𝖾𝗋𝗆𝖺𝗄𝗇𝖺 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗉𝗎𝗇 𝗆𝖾𝗌𝗍𝗂 𝖺𝖽𝖺 . 𝖸𝖺 𝖠𝗅𝗅𝖺𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗉𝖺 𝗉𝗈𝗅𝗈𝗌 𝗌𝖺𝗇𝗀𝖺𝗍 𝗇𝗂 , 𝗆𝖾𝗌𝗍𝗂 𝗅𝖺 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺 𝖺𝖽𝖺 , 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖾𝗋𝖾𝗍𝖺 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂 , 𝗂𝗇𝗀𝖺𝗍 𝗇𝗂 𝖽𝗋𝖺𝗆𝖺 𝗁𝗂𝗇𝖽𝗎𝗌𝗍𝖺𝗇 𝗄𝖾 𝖺𝗉𝖺" . Pelik Humaira , dia pun mengatur semula langkahnya untuk naik ke rumah .

Baru saja kaki nya ingin melangkah naik , kelibat Hazim terus muncul dari dalam rumah . "𝖧𝖾𝗒 , 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 ?" . Tanya Humaira dengan nada terkejut . "𝖤𝗋𝗋𝗄 , 𝗄𝖺𝗎 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝖿𝖺𝗁𝖺𝗆 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗇𝖺𝗄 𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖻𝖺𝗁 . 𝖠𝗄𝗎 𝗌𝖺𝗃𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗁 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 , 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗂 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗍𝖾𝖻𝗎𝗄𝖺 . 𝖩𝖺𝖽𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝗎𝗇 𝗍𝗎𝗋𝗎𝗇𝗅𝖺 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 𝖿𝗂𝗄𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗁 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝗋𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗅𝗂" . Jelas Hazim yang masih berdiri di muka pintu . Langkah Humaira sudah sampai di atas , matanya menangkap hujung bibir Hazim yang lebam .

"𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 𝗉𝖺𝗌𝖺𝗅 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝗎 . 𝖠𝗄𝗎 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗂 𝗌𝗎𝗆𝗉𝖺𝗁 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗇𝗂𝖺𝗍 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗎 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗍𝗎" . Sahut Hazim sambil memandang Humaira yang sedang berjalan di anjung rumahnya . "𝖧𝖺𝗍𝗂 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖺𝗁 𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉 𝗉𝗎𝖺𝗌 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖭𝗂𝗄 𝖽𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗌𝖺𝗁 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉-𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉 𝗄𝖺𝗇 . 𝖭𝖺𝗌𝗂𝖻 𝖻𝖺𝗂𝗄 𝗃𝖾𝗅𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖭𝗂𝗄 𝗍𝗎 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖺𝖽𝖺 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗎𝗍 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝗂𝗄𝗎𝗍𝗄𝖺𝗇 𝗉𝖺𝗇𝖺𝗌 𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝗎 , 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗒𝖺𝗍 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖽𝖺𝗁 𝗌𝗂𝖺𝗉 𝖽𝗂 𝗄𝖾𝖻𝗎𝗆𝗂𝗄𝖺𝗇 𝗁𝖺𝗋𝗂 𝗍𝗎" . Pedas Humaira menjelaskan bicaranya .

"𝖧𝗆𝗆 , 𝗍𝖺𝗄𝗉𝖾𝗅𝖺 , 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝗎𝗇 𝗍𝖺𝗄𝗇𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗆𝖺-𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 , 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝖽𝖺𝗉 𝗆𝖺𝗍𝖺 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝖽𝖺𝗇𝗀 , 𝗅𝖺𝗀𝗂𝗉𝗎𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗁𝗐𝗂𝗇" . Kata Hazim dengan nada mendatar , pandangannya tetap ke wajah Humaira yang cantik dan tenang . "𝖧𝖺'𝖺𝗁 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗍𝗎𝗍 𝗉𝗎𝗇 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖻𝖺𝗅𝖾𝗄 𝖼𝖾𝗉𝖺𝗍 , 𝗍𝖾𝗄𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗇𝗂 𝗉𝗎𝗇 𝖽𝖺𝗁 𝗆𝗎𝗅𝖺 𝗅𝗈𝗒𝖺 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗆𝗎𝗄𝖺 𝖻𝗎𝗋𝗎𝗄 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝗍𝗎' . Sinis Humaira lagi , sedikit pun wajahnya tidak tersenyum . "𝖬𝖺𝖺𝖿𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅-𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 𝗆𝖾𝗋𝖺𝗒𝗎 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝗎𝗉𝖺𝗒𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗆𝖺𝖺𝖿𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄" . Rayu Hazim lagi .

"𝖨𝗒𝖺 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗐𝖺𝗄 . 𝖣𝖺𝗁 , 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂𝗅𝖺 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 . 𝖳𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗅𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗒𝖺𝗇 𝖺𝗐𝖺𝗄" . Balas Humaira yang tidak sama sekali memandang wajah Hazim . "𝖳𝖾𝗋𝗂𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗌𝗂𝗁 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗍𝗎 , 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 ?" . Tanya Hazim sambil memegang lehernya . "𝖳𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 𝗃𝖾 , 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗂 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 , 𝗄𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗌𝖺𝗅-𝗉𝖺𝗌𝖺𝗅 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝖪𝖫 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 𝗋𝗈𝗁 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗅𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀" . Balas Humaira sinis , tiada lagi kelembutan dalam bicaranya untuk Hazim .

"𝖮𝗄𝖺𝗒 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗃𝖺𝗇𝗃𝗂 𝗍𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗉𝗎𝗇 . 𝖪𝖺𝗎 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗌𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀-𝗌𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖾 ? 𝖭𝗂𝗄 𝗍𝖺𝗄 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 ?" . Pertanyaan Hazim betul-betul membuat hatinya kacau . Namun , dia cuba untuk bersikap tenang . "𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖭𝗂𝗄 𝖻𝗎𝗌𝗒 , 𝖾𝗌𝗈𝗄-𝖾𝗌𝗈𝗄 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝖺 . 𝖠𝗐𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 𝗃𝖾 𝗄𝖺𝗇 , 𝗌𝗈 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄" . Ujar Humaira , hatinya sedikit sentap . "𝖧𝗆𝗆 , 𝗈𝗄𝖺𝗒 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝖽𝗎𝗅𝗎 , 𝖺𝗌𝗌𝖺𝗅𝖺𝗆𝗎𝖺𝗅𝖺𝗂𝗄𝗎𝗆" . Pamit Hazim lalu menuruni tangga rumah Humaira . "𝖫𝖺𝗀𝗂 𝗌𝖺𝗍𝗎 , 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗅𝗎𝗉𝖺 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗄 𝖺𝖻𝖺𝗁 𝖺𝗐𝖺𝗄 . 𝖳𝖺𝖽𝗂 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗁 𝗃𝗎𝗆𝗉𝖺 𝖽𝗂𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 , 𝗐𝖺𝖺𝗅𝖺𝗂𝗄𝗎𝗆𝗎𝗌𝗌𝖺𝗅𝖺𝗆" . Kata Humaira dan terus berlalu dari situ . Dia hanya membiarkan Hazim pulang dengan sendirinya tanpa menghantar dengan sepasang mata . Hazim yang melihat kelibat Humaira sudah memasuki rumahnya , dia hanya tersenyum kelat , hatinya sedikit terguris dengan cara layanan Humaira yang agak kasar pada pendengarannya .

Humaira melabuhkan punggungnya di atas sofa , perlahan-lahan air matanya mengalir , sikap Nik mulai terpampang di layar ingatannya . Ternyata tidak semudah itu untuk mencairkan sikap dinginnya , layanannya terus terhenti apabila dapat tahu rahsia yang di simpan kemas selama ini . Humaira menekup wajahnya lalu menangis teresak-esak , dia menangis semahunya di ruang tamu bersendirian .

Nik sudah menjauhkan wajah Humaira dalam ingatannya namun payah , wajah isterinya yang cantik itu serta dapat menggugat jiwanya sedang kacau . Berkali-kali dia meraup kasar wajahnya , sengaja dia berlama di office untuk menyibukkan dirinya dari mengingati momen indah bersama Humaira . Sehari suntuk dia meeting dengan client , masanya di habiskan dengan kerja . Tubuhnya di sandarkan sejenak di kerusi bagi menghilangkan rasa lenguh pada belakangnya , bingkai gambar di atas meja nya di capai . Dia menatap lama wajah Humaira masa akad nikahnya , dia sengaja menangkap gambar Humaira dengan telefonnya . Terlihat gambar Humaira sambil tersenyum sambil menunjukkan tangannya yang terlukis inai berwarna putih sedang memakai cincin di jari manisnya .

"𝖨𝗆 𝗌𝗈 𝗌𝗈𝗋𝗋𝗒 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 , 𝖻𝖺𝗀𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗌𝖺" . Ringkas Nik bertutur kata . Wajahnya yang kacak terlihat muram tanpa adanya seorang isteri di sisi nya . Dia pantas meletakkan semula bingkai gambar Humaira apabila seseorang mengetuk pintunya . "𝖬𝖺𝗌𝗎𝗄" . Laung Nik dari dalam . Terpacul wajah Imelda , selaku PA di office nya . "𝖳𝖾𝗇𝗀𝗄𝗎 , 𝖼𝗅𝗂𝖾𝗇𝗍 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖩𝖡 𝖽𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 , 𝖽𝗂𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗄𝖺𝗍 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝗆𝖾𝖾𝗍𝗂𝗇𝗀" . Jelas Imelda lalu menutup semula pintu bilik Nik . Mendengar panggilan itu , Nik pun bergegas ke ruang meeting , client kan , kenala layan dengan baik .

Jam di dinding menunjukkan pukul 8:00 malam , Nik mengambil keputusan untuk tidur di office nya saja tanpa pulang ke rumah . Humaira mungkin juga tidak kesah pasal dirinya , Nik pun melonggarkan dasinya , dia melabuhkan punggungnya di sofa , telefon iPhone nya di buka , pinned mesej di tekan . Terpampang nama " 𝘮𝘺 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘸𝘪𝘧𝘦 ❤️ " , melihat tiada apa-apa mesej dari Humaira , dia pun mematikan semula telefonnya . Posisi nya di ubah dari duduk ke baring , bingkai gambar Humaira di tenung lama buat kali kedua , bila rasa mengantuk mulai mengusai matanya , lantas bingkai gambar yang di pegang di letakkan di atas dada bidang nya , sebelah tangannya pula di letakkan terbalik di dahinya . Tidak lama kemudian , dia pun di buai mimpi .


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C42
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous