Télécharger l’application
68.75% Tengku Nik , Mr . Dingin / Chapter 33: Tengku Nik , Mr . Dingin

Chapitre 33: Tengku Nik , Mr . Dingin

📌 PART 33

Setelah di hantar pak Mahmud , Nik memegang erat tangan Humaira seperti tidak ingin melepaskan gadis itu . Humaira hanya terkebil-kebil memandang tangannya yang di pegang , tidak pernah-pernah dia merasa ada seorang lelaki yang memegangnya , tapi ini kan suaminya , dia tetap akur saja . Nik membawa Humaira masuk ke bilik nya , lalu tubuh Humaira di letakkan di hujung katilnya , tangannya memegang bahu Humaira lalu menundukkan wajahnya sedikit bagi melihat wajah cantik Humaira .

"𝖠𝗄𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 , 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝖺𝗄𝗎 , 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 , 𝗄𝖺𝗎 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 . 𝖪𝖺𝗎 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾 𝗆𝖺𝗇𝖺-𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 , 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖺𝗂𝗋 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 , 𝖽𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 , 𝗄𝖺𝗎 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝖽𝖺 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗄𝗎 , 𝖿𝖺𝗁𝖺𝗆" . Kata Nik dengan suara garau nya , walaupun seharian berpeluh berpenat melayan tetamu , namun wangian perfume nya masih sangat jelas . "𝖤𝗋𝗋𝗄 , 𝗈𝗄𝖺𝗒 .. 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝖿𝖺𝗁𝖺𝗆 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗅𝖺𝖺 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂" . Gugup Humaira berbicara sambil memandang anak mata Nik .

Nik terus tersenyum sinis , dia masih tidak melepaskan tangannya dari memengang bahu Humaira yang masih berlapik baju berwarna putih itu masa akad nikah . Nik memandang lama wajah Humaira yang masih memakai make up natural itu , dia pun perlahan-lahan melepaskan tangannya dari bahu Humaira . Songkok berwarna hitam yang masih kemas di kepalanya terus di tanggalkan , "𝖩𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝗆𝖺𝗇𝖺-𝗆𝖺𝗇𝖺 , 𝗀𝗈𝗈𝖽 𝗀𝗂𝗋𝗅" . Kata Nik sekali lagi sambil menepuk lembut kepala Humaira yang masih tersarung tudung labuh . Dia pun mengambil tuala yang tersidai di ampaian plastik lalu mengatur langkahnya ke bilik air bersama dengan baju putih melayu serta sampin yang bercorak hitam kelabu .

Melihat tubub Nik yang sudah hilang dari pandangan , Humaira terus melepaskan nafasnya lega , dia mengurut dadanya perlahan . Matanya masih mencari jam dinding dalam bilik Nik , matanya tertumpu pada arah jam yang menunjukkan pukul 9 malam . Tidak terasa yang pukul 2 petang tadi dia sudah sah menjadi isteri kepada Nik Shafiq Hadari . "𝖬𝗎𝗇𝗀𝗄𝗂𝗇 𝖭𝗂𝗄 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗄𝗈𝗍 , 𝖺𝗀𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂 , 𝗆𝗎𝗇𝗀𝗄𝗂𝗇 𝗌𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 . 𝖮𝗄𝖺𝗒 𝗀𝗈 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺𝖺 !" . Kata Humaira yang sudah lupa dengan kata-kata Nik , dan terus membuka langkah seribu menuju ke biliknya .

Tanpa Humaira sedar , dengan langkahnya yang kelam kabut tadi akhirnya terlupaa untuk mengunci pintu . Bilik air terus di serbu tanpa membuka sehelai pakaiannya , dalam beberapa minit membersihkan diri , dia baru perasan yang dia lupa mengambil tuala mandi yang berbentuk baju itu di dalam almari nya . "𝖠𝗁𝗁𝗁𝗁 , 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗅𝖺𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗅𝗎𝗉𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 ! 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝗇𝗂 ! 𝗍𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇 𝗅𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝖾𝖻𝗈𝗀𝖾𝗅 !" . Keluh Humaira sambil memukul dahinya berkali-kali . Namun matanya sempat terpandangkan tuala berwarna putih yang tersangkut di belakang pintu bilik air . "𝖳𝖺𝗉𝗂 𝗇𝗂 𝗄𝖺𝗇 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗅𝖾𝗅𝖺𝗄𝗂 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 , 𝗇𝖺𝗆𝗉𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗉𝖺𝗋𝖺𝗌 𝗉𝖾𝗁𝖺 𝗅𝖺𝖺 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻𝗇𝗒𝖺 . 𝖠𝗂𝗌𝗁𝗁 𝗅𝖺𝗇𝗍𝖺𝗄𝗅𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗌𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺" . Dalam membebel pun , dia sempat memakai tuala itu , baginya tiada pilihan lain lagi . Kalau lambat siap pulak , tak pasal-pasal kena marah dengan Mr . Dingin tu lagi adala .

Nik pun akhirnya keluar dari bilik air dengan tuala yang kemas terpakai di pinggangnya , tuala kecil yang berada di tangannya di gunakan untuk mengelap rambutnya yang basah . Matanya terus mencari-cari kelibat Humaira di dalam bilik nya , "𝖧𝗎𝗁 , 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖼𝗂𝗄 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝗇𝗂 . 𝖭𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝖽𝗂𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎" . Kedengaran ada nada tegas dalam suara garau nya . Dia pun melangkah keluar dari bilik nya tanpa mengenakan baju , tuala yang masih berada di pinggang nya pun di biarkan saja . Setelah dia sampai di depan pintu bilik Humaira , dia mendengar ada suara seperti orang yang sedang menyanyi sambil mengeringkan rambut . Lantas terdetik satu idea jahat di dalam fikiran Nik , laju tangannya memulas tombol tanpa mengetuk nya terlebih dahulu . '𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘵𝘶k 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 , 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘶' . gumam Nik dalam hatinya sambil tersenyum sinis .

Mendengar bunyi pintu yang di buka dari luar , Humaira pantas memusingkan tubuhnya . Bulat matanya memandang apabila wajah Nik yang terpacul di muka pintu , serta merta alat pengering rambut yang di pakai Humaira terus terjatuh dari tangannya . Dia memandang tubuh Nik yang tidak berbaju , rambutnya pula yang masih separuh basah itu di pandangnya tanpa berkelip . Nik pula terkedu melihat tubuh ramping Humaira serta kulit yang putih melepak , tuala berwarna putih yang hanya paras peha itu betul-betul membuat Nik merasa ingin menerkam gadis itu .

"𝖤𝗋𝗋𝗋𝗄𝗄 , 𝖺𝗉𝖺 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗍 𝗌𝗂𝗇𝗂 ! 𝖺𝗌𝖺𝗅 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝗇𝗂 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗍𝗎𝗄 𝗉𝗂𝗇𝗍𝗎 !" . Gelabah Humaira berbicara . Nik tidak menghiraukan Humaira lantas tangannya menuntup pintu bilik itu lalu di kunci nya , dia mula berjalan perlahan ke arah Humaira yang tengah gelabah mencari sesuatu untuk menutupi tubuh nya yang terdedah . Kini , Nik semakin hampir dengan Humaira yang tidak perasan dengan kehadirannya . Dengan pantas tangan Nik memusingkan tubuh Humaira menghadapnya , Humaira terkedu ! tidak dapat berbuat apa-apa apabila tangan Nik yang sudah melingkari tubuh nya yang hanya berlapikkan tuala pendek itu .

"𝖪𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 , 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝗆𝖺𝗇𝖺-𝗆𝖺𝗇𝖺 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖾𝗀𝗂𝗅 . 𝖲𝗎𝗌𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗇𝗀𝖺𝗍 𝗄𝖾 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗋 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝗎" . Nik mulai bersuara , dia mengetatkan lagi tangannya dari merangkul pinggang Humaira . Tangan Humaira terus terletak di dada bidang Nik tanpa berlapik kan apa-apa . "𝖤𝗋𝗋𝗄 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗇-𝖽𝗂 𝗄𝖾-𝗃𝖺𝗉 𝗃𝖾 𝗍𝖺-𝖽𝗂 , 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗇-𝗀𝗄𝖺 𝗉𝗎-𝗅ak yang 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝖺𝗐𝖺l 𝗌𝗂𝖺𝗉 mandi" . Tergagap-gagap Humaira bersuara apabila merasakan tubuh Nik yang sangat rapat dengan tubuh nya .

Nik melepaskan tangannya dari merangkul tubuh Humaira , namun tangan Humaira pula yang di letakkan di lehernya . Sekali lagi Humaira terkedu ! dia menelan liurnya , Nik pula merapatkan tubuh Humaira ke dinding sambil tangannya di letakkan di pinggang Humaira . "𝖤𝗋𝗋𝗄 , 𝖺𝗐𝖺𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗉𝖺 𝗇𝗂 ? 𝖻𝖺𝗀𝗂𝗅𝖺 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝗄𝖾𝗃𝖺𝗉 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗅𝖾𝗌𝖺 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗍 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗇𝗂" . Laju Humaira berbicara untuk menjauhkan perasaan hatinya yang sedang berdebar . "𝖠𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗌𝖺𝗁 𝗉𝗎𝗇 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂𝗉𝗎𝗇 , 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂 𝗋𝗂𝗌𝖺𝗎𝗄𝖺𝗇 , 𝗄𝖺𝗎 𝗉𝗎𝗇 𝖽𝖺𝗁 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝖾𝗋𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖺𝗇 , 𝗌𝗈 𝖺𝗄𝗎 𝖺𝖽𝖺 𝗁𝖺𝗄 𝗅𝖺 𝖺𝗍𝖺𝗌 𝗄𝖺𝗎" . Bisik Nik di telinga Humaira , wangian shampoo yang di pakai Humaira betul-betul mengundang nafsu lelakinya .

Humaira hanya terdiam seribu bahasa , matanya di tutup rapat , takut dengan perbuatan Nik ke atasnya . Mata Humaira terus membuntang apabila merasakan bibirnya di kucup lembut . Nafas Nik terasa pada wajahnya , "𝖪𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗄𝗎 𝗃𝖺𝗍𝗎𝗁 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 , 𝗒𝖺𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝗃𝖺𝗍𝗎𝗁 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗆𝗉𝗎𝗇𝗀 𝗁𝖺𝗋𝗂 𝗍𝗎 . 𝖣𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝖾𝗋𝗂 𝖺𝗄𝗎 , 𝗌𝗈 ... 𝗂𝗓𝗂𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗍𝗎𝗁 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝖾𝖻𝖺𝗀𝖺𝗂 𝗌𝖾𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗂𝗌𝗍𝖾𝗋𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗁" . Kedengaran suara Nik lembut menyapa telinga Humaira . Tanpa menunggu jawaban dari Humaira , Nik terus mendaratkan bibirnya sekali lagi di bibir Humaira , dia mencium lama bibir isteri nya itu .

Nik terus mencempung tubuh Humaira yang masih bertuala itu lalu di rebahkan di atas katil . Nik terus menindis tubuh Humaira , "𝖯𝗅𝖾𝖺𝗌𝖾 𝖼𝖺𝗅𝗅 𝗆𝖾 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌𝗇𝗂" . Kata Nik sambil mengucup dahi Humaira lama . Perlahan-lahan tangan Humaira merangkul leher Nik , Nik pun terus memandang wajah Humaira yang bersih , mulus , putih tanpa sebarang cacat cela . Kemudian bibirnya di letakkan di leher Humaira yang putih melepak itu , Humaira terus memejamkan matanya apabila terasa nafas Nik mencium sekilas telinganya , tanpa sedar , Humaira menitiskan air matanya dan menahan sebak di dalam dadanya apabila mengingatkan peristiwa malam itu . Mahu saja dia menolak tubuh Nik untuk menjauhinya namun apakan daya , Nik itu sudah sah menjadi suaminya . Pada malam itu , perempuan yang bernama Humaira itu sudah sah menjadi milik Tengku Nik Shafiq Hadari sepenuhnya dengan bersaksikan bulan dan bintang .


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C33
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous