NIZAR POV
Ardi telah datang, Ia menggunakan pakaian kemeja flannelnya. Sejenak Ia mencari keberadaan kita bertiga. Ia berjalan kembali lalu sejenak berdiri di sampingku.
"Ardi." Ia berkenalan dengan Novi dan Apri.
"Novi."
"Apri."
"Silahkan duduk bang?" Ucapku sambil sedikit menggeser dudukku.
"Makasih Dek." Sejenak Ardi menatapku dengan senyuman manis bersama dengan lesung pipi dan bibir tipisnya lalu mendaratkan bokongnya di sebelahku.
DEG!DEG!DEG! Jantung ini terus berdebar kencang tiada henti duduk bersandingan dengannya. Aku tetap stay Cool duduk dengan jantungku terus berdebar tiada henti tak karuan.
"Sama-sama Bang."
Sejenak aku menyenderkan punggungku di Sofa agar sedikit lebih tenang. Novi dan Apri tersenyum-senyum sambil menatapku, karena aku benar-benar terlihat kaku.
"Sudah lumayan lama kita berada dalam satu gedung, namun baru kali ini kita dapat berkenalan ya Mba?" Ardi membuka percakapan kepada Novi dan Apri.
"Betul bang. Kalau saya bersama Apri sih sering ke Outlet yang abang jaga. Hanya saja, saya selalu di layani sama sales. Belum pernah di layani sama Bang Ardi." Ucap Novi.
"Saya juga sering koq memperhatikan kalian berdua (Novi dan Apri) saat Mba-mba cantik ini sedang melihat-lihat sepatu." Ucap Ardi.
"Kalian sudah memesan makanan belum? Biar sekalian saya pesenin." Ucap Ardi sambil mendaratkan tangan kanannya ke paha sebelah kiriku secara halus.
Semakin tegang dan berdebar jantung ini di buatnya. Mungkin Itu koding untukku agar aku bersikap biasa saja, dan menyuruhku untuk memesan kembali makanan. Sejenak aku duduk tegak kembali lalu menyeruput Es Coffee Espresso-ku lalu baru menjawabnya.
"Kita sudah memesan makanan koq Bang, Abang saja kalau mau memesan makanan." Ucapku.
"Zar, Empok boleh nambah Coffee yak? Hehehe.." Pinta Apri.
"Bo.."
"Sangat boleh koq Mba. Sekalian saya pesenin ya?" Ardi menyambar obrolan saat aku ingin menjawab Apri.
"Kalau Mba Novi mau sekalian?" Ucap Ardi kembali.
"Tidak bang." Ucap Novi yang suka malu-malu.
"Makasih ya Bang?" Ucap Apri.
"Sama-sama Mba." Ucap Ardi dengan posisi tangan kanannya tetap berada di paha kiriku tanpa di gerakkan sama sekali. Hatiku pun merasa senang.
Sejenak Ardi melambaikan tangan kanannya ke Waitress lalu setelahnya memesan dan beberapa saat kemudian cemilan dan minuman pun datang. Mungkin Ardi merasa malu kalau harus memakan makanan berat karena makanan yang kita pesan makanan ringan semua.
"Kamu gak sekalian makan saja Bang?" Tanyaku.
"Tidak Dek. Saya sudah makan koq di Rumah tadi." Ucap Ardi dengan posisi tangan kanannya tetap berada di atas pahaku.
"Oooh, gitu.." Ucapku.
"Jadi, Bang Ardi ini asli dari Kota ini ya?" Tanya Novi.
"Betul Mba, Rumah saya tidak jauh dari Mall yang kita tempati. Kalau Mba-mba ini asalnya dari mana?" Tanya Ardi.
"Kalau saya, asli sini juga Bang." Ucap Novi.
"Kalau saya dari pinggiran kota ini Bang. Hanya saja saya lebih sering menginap di tempatnya Novi." Ucap Apri.
"Kalau kamu Dek?" Ardi menanyakan kepadaku.
"Mmm.."
"Kalau dia asli dari Luar Kota Bang. Asli Jasun, alias Jawa Sunda." Ucap Apri memotong pembicaraanku. Mungkin Apri ingin membantuku karena aku terlihat gerogi.
"Iya bener bang. Sesuai penjelasan yang di berikan si Empok." Ucapku.
Manisnya bibir tipisnya Ardi, tak henti-hentinya aku mencuri pandang saat Ia sedang berbicara. Ia pun sesekali melirik ke arahku dengan tangan kanannya yang tetap berada di atas paha sebelah kiriku. Ingin sekali rasanya aku menggenggam tangannya lalu menyenderkan kapalaku di dadanya.
"Setelah ini, kalian bertiga ada acara lain?" Tanya Ardi.
"Tidak ada bang, kita bertiga tidak ada acara lain." Ucapku.
"Beib, kita berdua ke toilet dulu ya?" Pinta Novi.
"Oh iya beib. Jangan lama-lama ya beib?" Ucapku.
"Oke beib.." Ucap Novi.
Sejenak Novi dan Apri berdiri membenahi dress ketatnya lalu berjalan ke arah toilet.
"Dek, gimana kalau kita nonton?" Ajak Ardi mengajak menonton Bioskop sambil menatap ke arahku.
"Nonton Apa ya bang?" Ucapku sedikit gemetar kalau sedang di tatap olehnya.
"Saya boleh lihat laptop kamu?" Ucap Ardi.
"Boleh Bang." Ucapku.
Ardi mengangkat tangannya dari pahaku. Ia segera membuka google chrome lalu mengetik salah satu situs bioskop untuk melihat Judul Film yang sedang tayang di Bioskop.
"Seru nih Dek kayaknya Fim ini?" Ucap Ardi sambil menatap layar monitor.
"Idiiih, klenik juga ini orang?" Gumamku sedikit geli melihat Judul Film itu.
"Emangnya, itu Film menceritakan tentang apa bang?" Ucapku.
"Film ini menceritakan tentang seorang wanita yang beranak dalam kubur." Ucap Ardi.
"Kalau Film lain, ada yang lebih seru gak bang?" Ucapku.
"Ada. Nih, yang ini kisah percintaan yang romantis. Tapi ada semi adegan dewasa-nya Dek." Ucap Ardi.
"Maksudnya bang?" Ucapku pura-pura so Polos.
"Iya ada adegan kissing, dan Adegan setengah badannya." Ucap Ardi.
"Keunikannya apa bang?" Ucapku.
"Kisah ini di ambil dari Novel." Ucap Ardi.
"Wah, kayaknya seru tuh." Ucapku yang sedikit mengetahui kalau kisah romantic Novel itu isinya penuh dengan Imajinasi penulis itu sendiri.
"Sangat seru Dek. Gimana? Kamu mau nonton?" Ucap Ardi.
"Tunggu sebentar ya Bang, aku harus ngobrol dulu dengan kedua teman-temanku." Ucapku.
"Ok Dek." Ucap Ardi.
Novi dan Apri telah datang kembali dan mendaratkan bokongnya kembali di hadapan kita berdua.
"Beib, Mpok, bang Ardi ngajakin nonton. Gimana beib, Mpok?" Tanyaku di depan Ardi.
Ardi tersenyum melihat aku yang sedang berbicara.
"Film apaan lu yang mau di tonton?" Ucap Apri.
"Duh, jangan yang Romantic deh bang, kasihan Apri dan Novi. Nanti yang ada, aku juga terbawa oleh suasana." Gumamku yang baru inget kepada kedua temanku yang sedang tidak membawa pasangan mereka.
"Film Romantic sedikit berbau dewasa Mba." Ucap Ardi.
"Boleh juga tuh bang." Celetuk Novi.
"No! Maaf bang, saya tidak setuju. Mendingan cari film yang lucu saja bang." Ucap Apri.
"Alhamdulillah.." Gumamku sedikit lega.
"Film yang seperti apa mba yang lucu?" Tanya Ardi.
"Angling Dharma kalau tidak Mak Lampir Bang." Ucap Apri.
"Heh! mana ada Film kayak gitu di sebut lucu?" Ucap Novi.
"Eh iya yak? Hahaha.. Pokoknye? Jangan nonton film yang berbau romatis-romantisan gitu lah bang, tidak kuat saya.." Ucap Apri.
"Hahaha.." Aku dan Novi tertawa. Sementara Ardi tersenyum.
"Tidak kuat kenapa lu Mpok?" Ucapku meledek.
"Ah, Lu Zar udah tau kali maksud Mpok-mu ini tidak kuat karena kenape, kalau melihat film yang seperti kayak gituan?" Ucap Apri.
"Enggak." Ucapku meledek kembali.
"Faham gw. Tidak kuat karena tidak ada lelaki yang berada di sampingnya tuh beib. Takut bergejolak itunya." Ucap Novi.
"Aduh, waras lu beib?" Ucap Apri sambil memegang kening-nya Novi.
"Apaan si lu!" Novi menangkis tangannya Apri.
"Jiaah, marah? Tumben amat lu beib, ngerti ama yang begituan. Hahaha.." Apri meledek Novi.
"Sedikit. Kan lu yang ngajarin!" Ucap Novi.
Ardi hanya tersenyum saja melihat kedua temanku berdebat.
"Udah deh beib, jangan pada berisik. Malu sama tetangga." Ucapku.
"Hehe, iya-iya sorry beib. Kita berdua kebablasan." Ucap Novi yang tidak menyadari meladeni kecerobohannya Apri berkata dengan keras dan cempreng di tempat umum.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis