Ku pejamkan mataku sebentar lalu membukanya lagi. Aku kembali melanjutkan, "Ada Marie dan Minami juga yang sempat membuat aku menangis. Ku lontarkan kata maaf kepada keduanya. Entah yang aku lihat nyata atau tidak, yang pasti raut wajah keduanya tampak sedih. Penglihatan itu berlangsung cukup lama, berulang setiap harinya dengan adegan yang berbeda-beda. Saking lelahnya waktu itu, aku sampai menghantamkan kepala ke dinding lagi ketika malam sudah tiba dan tak ada siapapun di ruangan itu. Kepalaku sampai mengeluarkan darah. Namun aku masih bisa diselamatkan. Para perawat itu masuk, mungkin mereka mendengar suaraku yang terus menjerit sembari menyakiti diri sendiri."