[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Karya orisinil Ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.
><><><
"Hei, apakah kau mendengarku?" tanya Fujio. Dia membuyarkan lamunanku. Ku anggukkan kepalaku.
"Ya aku mendengarmu. Aku sibuk dan tidak bisa menghadiri kelas setiap saat," jawabku dengan malas.
"Kau ini, selalu saja sibuk. Tidak bisakah kau meluangkan waktu untukku? Kita habiskan waktu bersama dan liburan ke suatu tempat. Aku ingin masa-masa kuliah ini menjadi masa menyenangkan," kata Fujio membuatku menarik nafas berat. Jangankan untuk bersenang-senang, aku melangkah dari kantor untuk makan siang saja rasanya sulit sekali. Jika aku meminta cuti beberapa hari, mungkin papa akan memukulku.
"Aku tidak bisa, Fujio. Banyak kegiatan yang harus aku lakukan dan tidak bisa ku tinggalkan," balasku.
"Ck! Menjadi orang terkenal memang sulit. Aku mengerti bagaimana dirimu, tetapi tidak bisakah kau meluangkan waktu untuk menyegarkan otakmu itu?"
"Tidak bisa."
"Ya ampun, Rei. Ka-"
"Rei, kau ke mana saja? Aku baru melihatmu hari ini. Apakah kesibukan bernyanyi sangat padat sehingga kau tak sering datang ke kampus?" tukas seorang gadis. Dia adalah Fuji Haku, teman perempuanku yang memiliki wajah cantik dengan rambut panjang berwarna kecokelatan. Dia tipe gadis yang cuek kepada orang asing, sangat peduli denganku dan Fujio.
Aku dan Haku sudah berteman sejak lama, bahkan dibilang sejak sekolah dasar. Kami sudah saling mengetahui semua tentangku, termasuk tentang perlakuan buruk orang tuaku kepadaku. Aku juga tahu semua tentang dia. Sayangnya Haku dan Fujio tidak tahu jika aku bekerja sebagai seorang direktur utama. Mereka hanya tahu aku adalah penyanyi. Terpaksa ku sembunyikan hal ini karena tidak mau membuat mereka khawatir dengan keadaanku. Apalagi Haku, dia akan bawel sekali jika aku terlalu memaksakan diri melakukan sesuatu.
"Hei, Rei! Mengapa kau melamun? Apakah kau sedang memikirkanku?" tanya Haku dengan nada percaya diri yang tinggi membuatku mengangkat sebelah alisku.
"Iya dia sedang memikirkanmu … memikirkan bagaimana seksinya kau tanpa sehelai benang sedikitpun hahaha …," sahut Fujio. Aku hanya mendesis mendengar ucapan dia. Ku lihat Haku memukuli kepalanya dengan kasar.
"Seperti yang kau tahu. Aku tak memiliki waktu luang," kataku menjawab pertanyaan Haku yang sempat ku diamkan beberapa menit yang lalu.
Haku berhenti memukuli Fujio lalu bertanya lagi, "Apakah minggu depan kau tidak bisa mengambil libur sebentar saja? Aku dan lelaki mesum itu sudah berencana akan berlibur ke Okinawa. Sebentar lagi liburan semester, kami ingin menghabiskan waktu bersamamu." Aku berpikir sejenak. Okinawa? Sepertinya akan menyenangkan menghabiskan waktu berliburku bersama mereka. Namun sayang, untuk minggu depan aku sudah memiliki jadwal padat.
"Tidak bisa. Maaf," jawabku singkat. Mereka nampak melengos.
"Ayolah, Rei! Usahakan kau bisa berlibur sebentar, dua hari mungkin cukup. Aku tahu kau sibuk, tapi setidaknya kau harus menyegarkan otakmu. Kami mengkhawatirkan keadaanmu," ucap Fujio, Haku mengangguk menyetujui. Ku tarik nafasku dan menghembuskannya.
"Akan aku usahakan, tapi aku tidak berjanji." Wajah kedua sahabatku itu nampak senang mendengar ucapanku. Aku hanya tersenyum tipis melihat bagaimana mereka senang seperti ini. Tak lama bel pun berbunyi tanpa kelas sudah dimulai. Kami pun duduk di kursi masing-masing, secara bersamaan dosen datang dan memberikan materi.
Aku langsung berlari menuju mobilku dan melajukannya menuju kantor setelah kuliahku selesai. Asisten direkturku bilang hari ini ada rapat mengenai perusahaan besar yang ingin menyumbangkan beberapa sahamnya untuk saham perusahaanku. Bukankah itu keuntungan besar untuk perusahaanku? Dengan semangat ku tancap gas dengan cepat menuju kantor. Sesampainya di sana aku langsung mengganti pakaianku dengan pakaian formal dan berjalan ke ruang rapat. Dua jam lebih aku di dalam ruangan itu, sedikit perdebatan terjadi antara aku dengan salah satu karyawanku. Namun aku masih bisa mengatasi apa yang ia debatkan. Dan rapat pun telah selesai, dengan lemas aku langsung masuk kantorku. Ku sandarkan diri ini di atas sofa. Rasanya begitu melelahkan. Ku pejamkan mataku mencoba untuk beristirahat sebentar. Seketika aku terkejut mendengar telepon kantor berdering, dengan kesal ku angkat sambungan telepon itu.
"Selamat siang, Tuan. Ada tamu yang ingin bertemu denganmu," kata asistenku yang ada di luar ruangan.
"Klien?" tanyaku.
"Bukan, Tuan. Mereka tidak menyebutkan siapa mereka dan hanya berkata ingin bertemu Tuan karena ada hal penting yang ingin mereka katakan," jawabnya. Bukan klien? Siapa? Setahuku aku tak memiliki kenalan yang tidak ku kenal. Ku suruh managerku berkata kepada tamuku bahwa aku sedang sibuk. Namun rupanya mereka bersikukuh untuk masuk ke dalam ruanganku.
BRAK!
"Hei, jangan masuk se-" Aku terkejut saat melihat siapa orang yang sudah memaksa masuk ke dalam ruangan ini. Ya, mereka ada sahabatku, Fujio dan Haku. Bagaimana mereka bisa tahu kalau aku ada di dalam ruangan ini?
"Wah … ruangan yang bagus dan rapi," komentar Fujio sembari melihat-lihat seisi ruang kantorku.
"Ba-"
"Selamat siang, Tuan. Maaf mengejutkanmu. Kami di sini adalah klien dan ingin bekerja sama dengan perusahaanmu," kata Haku seakan-akan sedang mengejekku. Aku pun bangkit dari dudukku.
"Untuk apa kalian kemari?" tanyaku. Mereka menoleh.
"Seharusnya aku bertanya, untuk apa kau di sini?" Haku malah membalikkan pertanyaan. Ku tarik nafasku lalu menghembuskannya. Aku kembali duduk dan menjelaskan bahwa aku seorang direktur utama di sini. Tentu saja mereka terkejut dengan pengakuanku. Ku jelaskan juga kalau aku dipaksa oleh papa untuk bekerja di sini.
"Maafkan aku karena tidak memberi tahu kalian sebelumnya. Aku hanya tidak ingin kalian mengkhawatirkan aku. Sekali lagi maafkan aku," ucapku setelah bercerita. Aku menundukkan kepalaku kepada mereka. Rasa bersalah pun menyelimuti hatiku, apalagi ekspresi terkejut dan menahan amarah yang mereka tunjukkan membuatku merasa tidak enak.
"Pa-pantas saja kau sibuk. Ternyata kau bekerja di sini," komentar Fujio. Ku lihat dia berjalan mengelilingi ruangan ini. "Apakah … apakah kau terpaksa melakukannya?" tanyanya tanpa menoleh.
"Jika aku tidak terpaksa, aku pasti akan bersenang-senang di luar sana," jawabku.
"Mengapa kau menyembunyikannya dari kami?" Kini Haku yang bergantian bertanya.
"Maafkan aku, Haku dan Fujio. Aku terpaksa menyembunyikannya, seperti yang ku bilang tadi bahwa aku tidak ingin membuat kalian mengkhawatirkan aku. Aku tahu aku salah karena tidak memberi tahu kalian secara langsung. Maafkan aku." Mereka tak merespon. Aku yakin mereka sedang menahan rasa kesal dan kecewa. Aku tahu betul apa yang mereka rasakan saat ini.
Bersambung ...
><><><
ATTENTION : [ Please, jangan lupa tinggalkan komentar dan collection! ]
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!