Sean memang tidak pernah berbohong dalam berucap. Kini keduanya sudah berada di dalam kamar hotel yang sangat nyaman. Sean memang sedang mandi, maka dari itu Reva memilih menatap ke arah jendela. Viwe di depan matanya sangat indah, tetapi beda sekali dengan isi hatinya.
Reva memang senang bersama Sean, tapi entah kenapa hatinya seperti terganjal sesuatu. Rasa bersalah pun kini semakin mencuat membuat sesak di dada semakin jadi. Seharusnya Reva menemani Ayu, Ibunya. Kodisi sang ayah yang menurun, tetapi Reva memilih pergi dengan seorang pria.
"Kamu sedang apa? Apa kamu menyesal berada di sini?"
Reva menerjap, dia menatap ke arah samping, aeah di mana Sean tengah berdiri sembari mengeringkan rambut basahnya.
Astaga!
Hati Reva bisa luntur kalau terus-terusan seperti ini.
"Kemari," pinta Sean, sembari melambaikan tangannya ke arah Reva.