Tepat pukul delapan pagi. Cathleen bersama sang ibu mertuanya Dahna mereka pergi bersama untuk melakukan cek kandungan di rumah sakit tempat dirinya bekerja.
Sengaja Dahna ikut bersama dengan menantunya. Pasalnya ia ingin melihat apakah putranya itu benar-benar ingin melihat perkembangan sang janin atau tidak.
Tidak perlu menunggu karena Cathleen merupakan seorang dokter obygn juga. Ia tinggal memanggil temannya untuk memeriksa kandungannya sendiri.
"Kania, lo lagi gak sibukkan? Bantuin gue sini." katanya. Kania menganggukkan kepala. Cathleen membaringkan dirinya di atas tempat tidur.
Membuka sedikit bajunya keatas untuk memudahkan alat USG.
"Wah, bayinya jagoan ini. Lihat deh bu ini mukanya mirip siapa ya." ujar Kania antusias. Gadis berprofesi sebagai dokter itu memperlihatkan layar USG 4D pada Dahna juga Cathleen.
Betapa ia sangat terharu ketika kehamilannya sudah menginjak usia 7 bulan. Dan beberapa bulan lagi anaknya akan segera lahir ke dunia.
Dalam hati kecil Cathleen sesungguhnya ia pun ingin ayah dari bayi yang ia kandung berada bersama dengan dirinya menyaksikan wajah pertama putra mereka.
Di prediksi Kania jika bayinya berjenis kelamin laki-laki.
"Selamat ya, Cath. Gue bahagia lihat perkembangan kandungan lo baik dan sehat." Kania menutup pakaian Cathleen yang terbuka. Mereka telah selesai melihat beby dalam kandungan Cathleen.
"Terimakasih ya, Kania. Lain kali kalau kamu sudah menikah dan mengandung aku yang akan memeriksa kandungan kamu." ujar Cathleen sungguh-sungguh.
"Waahh, ngaco lo Cath. Boro-boro nikah pacar aja kaga ada." jawab Kania terkekeh.
Setelah menuliskan beberapa resep yang Kania kasih Cathleen membaca nya dengan teliti. Perempuan itu akan menebus beberapa obat-obatan yang di tulis Kania.
"Nak Kania ibu doakan di segerakan mempunyai pasangan ya." doa ibu Dahna tulus.
Kedua perempuan itu berlalu dari hadapan Kania. Kini mereka berada di apotek rumah sakit untuk menebus obat.
"Ibu gedek deh sama si Daniel. Bener-bener ya dia! Katanya mau menemani kamu dan mau melihat perkembangan bayi kalian tapi mana buktinya Batang hidungnya aja tidak terlihat. Awas aja nanti kalau telpon ibu nanyain kamu dan bayi kamu." gerutu Dahna calon oma itu begitu kesal pada putranya.
"Sudahlah bu, tidak apa kok 'kan ada ibu yang menemani Cathleen. Makasih ya bu." sahut Cathleen penuh sayang.
Dahna mengelus Cathleen mengisyaratkan rasa sabar yang banyak untuk wanita tersebut.
"Cathleen." panggil seseorang seraya menenteng paper bag bertuliskan nama restoran ternama juga beberapa paper bag lainnya berlogo brand ternama.
"Ngapain kamu disini?"
***
"Kamu itu hanya milik aku! Daniel. Camkan itu! Bayi ini lebih berhak atas kamu di bandingkan dia." hardik Salsabila pada suaminya.
Daniel terdiam duduk di sofa tunggal. Ia mengompres pipinya lebam akibat hantaman sang istri ketika mendengar bahwa dirinya akan menemani istri pertamanya cek up kandungan.
Pria tampan memegang handuk basah dingin itu hanya mampu melihat istrinya yang saat ini tengah egois tidak ada tandingannya.
Entah apa yang terjadi hingga Salsabila menjadi berubah 180°. Daniel hanya bisa menghela napas beratnya sembari menggelengkan kepala tak mengerti dengan istri keduanya.
"Ya uda gak usah marah-marah lagi, bisa? Sakit nih pipi main bogem aja. Awas aja kalau sekali lagi gue balas bukan main!" ancam Daniel tidak main-main.
Pria itu baru kali ini di perlakukan seperti itu oleh istri keduanya. Lagi-lagi nama sang istri pertama yang ia ingat dengan segala kebaikan juga kelembutannya.
"Apa lo bilang? Lo mau bales gue? Cemen banget lo mainnya sama wanita hamil. Gak ada akhlak lo." meskipun Salsabila berkata demikian tetap saja dirinya akan selalu waspada.
Pasalnya semenjak hamil rasa takut kehilangan Daniel kembali pada istri pertamanya membuat Salsabila menjadi bar-bar seperti ini.
"Cukup ya, Sa! Aku capek sama kamu. Tidak bisa kah kamu menghargai aku sedikit saja? Hah?! Aku ini suamimu SALSABILA!" Daniel membentak Salsabila hingga perempuan itu kaget bukan main.
Ia kira suaminya akan selalu diam meskipun kata-kata kasar juga teriakan ia lontarkan. Salsabila masuk ke dalam kamarnya berusaha untuk meredam amarah Daniel.
Hiks...
Hiks...
Wanita itu menangis di dalam kamarnya.
***
David membawakan makanan terenak juga termahal dari restoran ternama. Pria itu begitu perhatian tidak hanya terhadap Cathleen dia juga sangat peduli pada Dahna.
Meskipun Daniel tahu Dahna bukanlah orang tua tunggal Cathleen. Tetapi wanita itu sangat menyayanginya begitu pun dengan David ia harus menghormati Dahna sebagai ibunya.
"Ibu jadi tidak enak ini, masa semuanya buat ibu. Nanti badan ibu semakin melebar." guyon Dahna pada dua orang di sampingnya itu.
Mereka kini sudah berada di apartemen Dahna. Perempuan itu mengaku kelelahan tentunya Cathleen segera mengajaknya kembali ke rumah.
Banyak sekali barang-barang yang di belikan David terutama untuk persiapan persalinan Cathleen. Pria itu membelikan semua kebutuhan sang calon buah hatinya.
"Vid. Gak seharusnya lo kaya gini sama gue. Berlebihan ini namanya." Cathleen protes merasa tak enak di perlakukan David seperti ini layaknya seorang suami pada istrinya.
"Gue selalu bilang kan sama lo. Gue akan tetap menjadi gue yang lo mau Cath. Tidak ada unsur Cinta di sini, ini murni rasa kasih sayang gue sama bayi lo." David menjelaskan di depan Dahna membuat wanita setengah paruh baya itu tertawa melihat tingkah kedua anak muda yang menurutnya lebih seperti sepasang kekasih.
Eh, apa? Sepasang kekasih? Apa mereka sudah jadian? Pikiran Dahna bertanya-tanya.
Dahna mendadak menjadi pendiam. Perempuan itu tidak ikut campur dengan urusan mereka Dahna cukup mengerti dan kini ia berlalu menuju dapur untuk menyuruh maid menyiapkan makanan.
"Jadi kemana laki lo yang katanya mau melihat calon anak kalian?" tanya David merasa gemas dengan tingkah Daniel yang so bisa berlaku adil itu.
Mendengar pertanyaan seperti itu membuat Cathleen berubah muram.
"Sudahlah, David. Aku pusing mendengar ocehan mu." sahut Cathleen beralasan. Perempuan itu mengalihkan pandangannya pada layar ponsel.
David menjadi tidak enak sudah mengusik hal pribadinya.
"Cath, gue lihat di sosial media katanya ada spa bumil dengan diskon yang besar loh ... Uda gitu ada hadiah yang bisa di klaim juga selama perawatan di sana." David memang paling bisa mencairkan suasana hati lawan bicaranya.
Lihat saja Cathleen sampai berantusias menanyakan lokasi tempat spa khusus bumil tersebut.
"Tapi, bayarin ya. Lo kan kaya banyak duitnya pasti duit lo gak habis-habiskan." Cathleen berakting manja. Ia berpura-pura untuk menjadi wanita matre yang tidak di sukai laki-laki.
"Ayo! Jangankan hanya bayarin perawatan aja. Tempat spa nya aja gue beli buat lo."
"Gak jadi ah, sombong." Cathleen berdiri perempuan tengah hamil besar itu enggan melihat David. Ia berpura-pura merajuk tidak suka dengan kesombongannya.
"Cath, lo marah beneran?"