Télécharger l’application
36.9% Edgar's Prisoner / Chapter 31: Feeling Guilty

Chapitre 31: Feeling Guilty

Hanna didampingi Gustav menuju sebuah ruangan untuk bertemu adiknya. Tidak lama Niko muncul bersama polisi. Mereka diberitahu berapa lama dapat berbicara oleh polisi.

"Kakak," panggil Niko.

"Niko," balas Hanna memeluk adiknya dan menangkup wajah Niko.

"Kak, tolong bebaskan aku, aku tidak bersalah dan sama sekali tidak memakai benda itu," mohon Niko.

"Kakak percaya sama kamu sebentar. Tuan Dave, apakah hasil urin adik saya sudah keluar?" tanya Hanna.

"Iya hasilnya sudah keluar, tapi tetap saja dia tidak bisa bebas karena barang itu ada di tas adik Nona, kecuali Nona membayar denda dan kita juga ada bukti rekaman video tas Niko ada di mana saat dia tidak ada di tempat," jawab Dave.

"Denda, aku harus bayar pakai apa lagi?" gumam Hanna.

"Kak, tolong telepon mama dan papa. Suruh mereka ke sini juga," pinta Niko.

"Kakak sudah kabarin mereka, kamu harus sabar," balas Hanna dengan dahi berkerut. Dia bingung harus bagaimana membebaskan adiknya. 

"Maaf, apakah kita akan membayar dendanya?" tanya Dave.

"Iya sebentar. Saya telepon orang tua ku dulu," jawab Hanna.

"Baiklah, lebih baik kita duduk dulu biar lebih rileks," kata Dave.

Semua yang berada di ruangan itu duduk di kursi. Hanna mengirim pesan kepada orang tuanya agar cepat datang.

"Kak, aku tidak mau jadi tahanan," mohon Niko.

"Kamu tenang saja. Kakak akan berusaha membebaskan kamu," kata Hanna lirih.

Tok tok tok

Seseorang mengetok pintu ruangan itu. Tidak lama sipir penjara membuka pintu.

"Permisi, ada orang tua dari Niko ingin bertemu," kata Ricky.

"Mama," panggil Niko sambil memeluk mamanya.

"Nak, apa kamu baik-baik saja?" tanya Elsa memeluk erat putranya.

"Niko, kamu bisa dikeluarkan dari kampus kalau ketahuan pernah masuk penjara. Apakah kamu bisa dibebaskan sekarang?" tanya Louis. 

Niko menatap Hanna dan langsung dibalas dengan Hanna yang berusaha tersenyum.

"Iya, tapi kita harus membayar denda," kata Hanna.

"Loh, Niko itu bukan pemakai barang terlarang, jadi tidak bisa begitu dong," balas Louis.

"Iya, Pa, tapi Niko membawa barang itu dan kita tidak bisa menyangkal karena ada di dalam tas Niko," kata Hanna frustasi.

"Berapa denda yang harus kita bayar?" tanya Louis.

Dave memberitahu nilai dendanya membuat Louis langsung terduduk lemas. Dia tidak punya uang sebanyak itu, apalagi dia juga harus menyelamatkan pendidikan putranya.

"Pa, kita harus bagaimana?" tanya Elsa sambil menangis tersedu-sedu.

Tidak lama sipir penjara datang lagi ke ruangan itu. Dia memberitahukan bahwa waktu berkunjung sudah habis.

"Ma, Pa, tolongin Niko," kata Niko.

Niko dibawa pergi sipir penjara menuju sel. Dia terus memohon sambil menoleh ke belakang.

"Pa, Ma, tenang," kata Hanna.

Mereka saling berpelukan dan berusaha menguatkan.

"Ma, maafin Hanna yang tidak bisa membantu," kata Hanna.

"Mama akan coba pinjam uang sama majikan Mama, semoga bisa," balas Elsa.

"Ma, tapi ini uangnya besar. Pasti majikan Mama akan bertanya," kata Hanna.

"Benar kata Hanna, Ma. Bisa-bisa kita kehilangan pekerjaan," balas Louis memijat pelipisnya.

"Nona minta tolong sama tuan Edgar saja," kata Gustav.

"Edgar itu siapa?" tanya Elsa.

"Orang yang membantu kita mendapatkan pengacara, Ma. Aku tidak mau ngerepotin dia lagi," jawab Hanna. 

"Jadi kita tidak bisa membawa adik kamu pulang sekarang, Hanna?" tanya Elsa terduduk lemas.

"Kita akan cari uangnya sama-sama, Ma," jawab Louis.

"Pa, bagaimana caranya? gaji kita berdua saja tidak cukup, ditambah Hanna juga tidak akan cukup," balas Elsa.

"Kalau mereka tahu aku sekarang tidak ada pekerjaan, pasti mereka akan sangat kecewa pada aku," gumam Hanna dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf, jadi bagaimana? Apakah kita akan mengikuti proses yang ada agar hukuman putra kalian diringankan?" tanya Dave. 

"Tuan Dave, apakah kamu tidak bisa membuat adik saya bebas tanpa harus membayar denda?" tanya Hanna. 

"Maaf, saya sudah berusaha, tapi sayang sekali untuk yang satu itu saya tidak bisa berbuat apa pun. Saya pamit, nanti jika butuh bantuan bisa menghubungi saya lagi," jawab Dave.

Wajah Hanna seketika memucat saat melihat kedua orang tuanya yang bersedih dan tidak bisa berbuat apa pun.

"Tuan Dave, tunggu. Saya akan meminjam pada bos saya dulu, jadi nanti saya hubungi Tuan saat saya sudah dapat uang untuk membayar denda Niko," kata Hanna.

"Baik, Nona. Saya bersedia membantu," balas Dave.

Dave yang merasa tidak ada urusan lagi di sana berpamitan pada semua orang.

"Ma, Pa, kita pulang saja sekarang," kata Hanna.

"Iya kita pulang. Ayo, Ma," kata uis.

"Pa, Mama mau putra kita bebas," balas Elsa sambil menangis tersedu-sedu.

"Kita sudah berusaha, Ma. Kita akan usaha lebih keras lagi agar dia bisa bebas," kata Louis.

"Ma, Pa, aku akan pinjam uang dari bos aku. Kalian tunggu di apartemen saja," kata Hanna.

"Oke, Sayang. Semoga bos kamu memberikan pinjaman," balas Louis. 

"Iya, Pa. Amin," kata Hanna.

"Mari saya antar pulang keluarga Nona," kata Gustav.

"Ma, Pa, kalian diantar Gustav ke apartemen, sekalian dia juga mau pulang ke rumah tuannya," balas Hanna.

"Oke. Terima kasih, Gustav," balas Louis.

Mereka berjalan ke mobil. Louis melihat mobil yang terlihat mahal itu berdecak kagum.

"Apa Edgar yang menolong putriku itu ada maunya? Sudahlah, yang terpenting sekarang Niko harus bebas," gumam Louis. 

Hanna selama di perjalanan benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Dia menatap ponselnya dan bertukar pesan pada seseorang. 

"Gustav, tolong berhenti di sini," kata Hanna.

Ckitt

Gustav menghentikan mobilnya lalu menatap Hanna.

"Maaf, Nona, ada apa? Kita sebentar lagi sampai di apartemen," balas Gustav.

"Iya, Nak, ada apa?" tanya Elsa.

"Aku akan ketemu bos aku. Lebih cepat lebih baik," jawab Hanna.

"Oke, Sayang. Kamu hati-hati di jalan, Mama jadi khawatir," kata Elsa.

"Ma, tenang. Aku baik-baik saja, ini semua demi Niko," balas Hanna tersenyum manis.

Louis melihat putrinya yang tersenyum palsu hanya bisa menghelakan napas. Dia memeluk putrinya sebelum Hanna turun.

"Ini yang terbaik," gumam Hanna.

Hanna melambaikan tangan ke mobil yang membawa orang tua dia kembali ke apartemen. Dia menunggu taksi yang lewat sambil menghapus air matanya yang mengalir. Tidak lama dia melambaikan tangan untuk memanggil taksi yang lewat.

***

Orang tua Hanna yang sudah sampai di apartemen berterima kasih pada Gustav. Louis merangkul istrinya, dia berusaha menenangkan Elsa agar tenang.

"Pa, aku tidak yakin Hanna bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Aku juga takut pendidikan Niko hancur," kata Elsa.

"Pendidikan Niko akan baik-baik saja. Kamu doakan yang terbaik untuk anak kita," balas Louis.

"Iya, Pa," kata Elsa.

Tidak lama mereka sampai di unit apartemen mereka. Louis dan Elsa masuk ke dalam dan langsung duduk di ruang tamu sambil menunggu kabar dari Hanna. 

"Ma, duduk saja. Papa pusing lihat Mama mondar-mandir," kata Louis saat melihat Elsa terus berjalan ke sana kemari terus sambil menggigit kuku.

Tring tring

Ponsel Elsa berbunyi. Elsa langsung mengangkat telepon itu saat tahu siapa yang menelepon. 

"Nak, kamu di mana? Mama khawatir sama kamu," kata Elsa.

"Hanna baik-baik saja. Kalian jemput Niko duluan saja, Hanna nanti langsung pulang ke apartemen," balas Hanna.

"Oke, Sayang. Terima kasih, Nak. Kami nanti akan bantu untuk bayar utangnya. Maafin kami yang sudah merepotkan kamu," kata Elsa.

"Ma, kita harus saling membantu satu sama lain demi keluarga kita," balas Hanna. 

"Oke, Sayang," kata Elsa.

"Oke, kalian hati-hati di jalan," balas Hanna.

"Iya, Nak," kata Elsa.

Mereka memutuskan sambungan telepon itu. Hanna menatap getir keluar jendela saat perutnya dipeluk oleh seseorang dari belakang.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C31
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous