"Ah ..."
Si kakek mengeluh perlahan saat mendengarnya. Walaupun ia hanya mendengar cerita, tetapi ia pun bisa membayangkan bagaimana kesedihan yang telah dirasakan oleh pemuda tampan di hadapannya itu.
"Kalau begitu, maafkan jika aku yang tua ini telah membangkitkan kenangan pahit Tuan Muda,"
Si kakek merasa bersalah karena telah membangkitkan kesedihan pemuda itu. Karena itulah ia memutuskan untuk meminta maaf kepada Zhang Yi.
"Ah, Kakek tidak perlu sungkan. Semuanya sudah terjadi, lagi pula, aku sudah mengikhlaskan semua itu,"
Walaupun hatinya masih terasa sakit apabila mengingat semua itu, namun untunglah saat ini ia sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri. Zhang Yi sudah bisa menerima semuanya dengan lapang dada.
Baginya, semua yang telah terjadi di masa lalu adalah pelajaran bagi hidupnya sendiri. Zhang Yi menyadari hal itu. Karena itulah sekarang ia bisa tumbuh menjadi pemuda yang lebih matang dan dewasa daripada lainnya.