Serlin tersenyum. "Syukurlah kalau tidak banyak pekerjaan jadi kamu bisa beristirahat di rumah."
Ervin menghisap rokoknya kuat-kuat, melihat Serlin dengan banyak pertanyaan tapi entah kenapa rasanya malas mau bertanya.
Serlin menatap Ervin. "Ada apa?" tanyanya.
"Apa?" tanya Ervin.
"Sepertinya kamu ingin bertanya sesuatu."
"Tidak," jawab Ervin datar.
Serlin tidak bertanya lagi. Pandangannya dia alihkan ke depan, tubuhnya dia sandarkan ke kursi. Angin yang sepoi-sepoi terasa segar menerpa wajahnya.
Ervin menghisap rokoknya kuat-kuat, dihembuskannya ke depan sehingga menutupi pandangannya. Tubuhnya memang ada bersama Serlin terapi pikirannya sedang teringat dengan Aneska.
Begitu pun dengan Serlin, tubuhnya berada dengan suaminya tetapi pikirannya teringat dengan Ramon yang sudah beberapa hari ini tidak pernah dia datangi.
Terima kasih untuk para pembacaku masih setia mengikuti cerita Aneska Belavina. Bila berkenan berikan komentar agar author bisa memperbaiki cerita menjadi lebih baik lagi.