Setelah puas mencoba dan melihat lihat, Aneska menyimpan sepatunya di dekat lemari pakaiannya. "Aku lelah sekali. Pinggangku rasanya mau patah."
Aneska telentang melihat langit-langit kamar. Mengingat kembali kejadian pertemuannya dengan Ervin tadi. Dirinya tidak menyangka ternyata bisa bertemu dengan Ervin di tengah jalan, disaat dirinya selalu ketakutan untuk menyeberang.
Aneska tanpa sadar tersenyum membayangkan wajah tampan Ervin. Mimpi apa dirinya sampai dipertemukan dengan orang sebaik Ervin. Kaya dan baik, juga tampan.
Aneska mengernyitkan alisnya. "Ervin memang baik dan juga tampan tapi dia tetaplah suami orang. Aku jangan sampai jatuh hati padanya. Jangan sampai aku menyukainya, apalagi sampai aku mencintainya."
Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author dengan memberikan komentar atau power stone dan juga gift di setiap chapter.
Terima kasih.