Aneska menyalakan televisi. "Haruskah aku pergi dari Desa ini untuk mengadu nasib di Ibukota? Mencari pekerjaan di sana? Tapi, apa aku bisa merubah nasibku di sana?" gumam Aneska menatap layar televisi yang sedang menyiarkan siaran langsung dari Ibukota.
Diperhatikannya dengan serius apa yang sedang ditayangkan dilayar televisi. "Tapi pergi ke sana juga harus punya bekal. Aku tidur di mana tinggal di sana? Tidak mungkin aku bisa langsung mendapat pekerjaan."
Pikiran Aneska terus bertarung antara yakin dan tidak yakin untuk pergi ke Ibukota. Keinginannya sangat besar tapi bingung harus memulai langkah darimana.
"Andai saja Ibu masih ada, mungkin aku tidak akan bingung seperti ini. Ada tempat untuk berbagi cerita, ada yang memberikan nasehat untuk aku melangkah. Sekarang aku benar-benar merasakan hidup sendiri di saat seperti ini."
Jangan lupa tinggalkan komentarnya dan power stone di setiap chapter.