Ruangan yang tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu kecil menjadi tempat para rombongan dari kota mengisi hari terakhir mereka dengan bergembira ria. Mereka sedang merayakan keberhasilan setelah sukses dengan acara di Sekolah tadi siang.
Sebagian orang, ada yang duduk di dalam dan ada yang duduk di luar sambil menikmati suasana malam dengan udara yang sejuk di malam hari.
Beberapa karyawan penginapan nampak sibuk menghidangkan berbagai macam menu pesanan dan ada juga yang sibuk sedang membuat ikan bakar di luar.
Tidak hentinya terdengar suara tawa dan canda dari mereka semua. Tidak terlihat lagi wajah letih seperti tadi siang, yang nampak sekarang wajah-wajah yang penuh keceriaan.
"Bintang utamanya masih belum ke luar?" tanya salah satu teman Galang yang sedang asik mengipasi ikan bakar yang ada didepannya.
"Siapa?" tanya Galang.
"Mereka bertiga," jawabnya.
"Belum, mungkin sedang bersiap. Tapi tidak tahu juga. Tadi sudah aku beritahu Thomas untuk datang ke sini makan-makan."
"Mereka akan ikut pulang juga malam ini bersama kita?" tanyanya lagi.
"Tidak, mereka katanya akan berlibur beberapa hari di sini. Mereka ingin merasakan kehidupan Desa, bermain beberapa hari," jawab Galang.
"Aku juga kalau tidak sibuk, ingin beberapa hari tinggal di sini. Udaranya segar sekali. Apalagi airnya, aku mandi rasanya tubuhku segar sekali. Berbeda dengan air di Ibukota yang sudah tidak segar lagi."
"Di sini jauh dari polusi. Aku lihat kebanyakan di sini memakai sepeda. Hanya ada beberapa orang saja yang aku lihat memakai kendaraan, itu juga sepeda motor," kata Galang sambil membolak balikan ikan bakar.
Dari kejauhan, Thomas, Josh dan Ervin sedang berjalan ke arah kumpulan orang-orang yang satu tim dengan mereka. Banyak para karyawan wanita yang tidak berkedip melihat tiga orang yang berwajah tampan sedang berjalan bersama.
"Acaranya ramai sekali, lebih ramai dari Sekolah tadi," kata Josh melihat sekeliling.
"Iya, padahal hanya tim kita saja yang ada di sini," jawab Thomas.
"Kita duduk di mana?" tanya Ervin melihat sekeliling.
"Kita duduk memilih tempat yang bebas, lebih baik di sini saja. Bisa melihat langit yang bertaburan bintang apalagi anginnya segar sekali." Josh mengambil kursi plastik yang kosong untuknya duduk.
Ervin pun melakukan hal yang sama begitu juga dengan Thomas, mereka duduk bertiga di luar beratapkan langit sambil melihat Galang yang sedang membakar ikan di bantu beberapa karyawan penginapan.
Galang yang melihat keberadaan mereka bertiga menyudahi membakar ikannya, mendekati mereka. "Aku pikir kalian tidak akan ke sini."
"Ada acara makan, tidak mungkin kami tidak ke sini. Perut kami bisa kelaparan," jawab Josh.
"Sebentar lagi ikan bakarnya matang, beberapa menu yang lain sudah disiapkan di dalam. Kenapa kalian tidak di dalam?" tanyanya.
"Di sini lebih adem, di dalam berisik banyak yang sedang bergosip," jawab Thomas.
Galang mengambil satu kursi plastik dan duduk dengan mereka bertiga. "Di dalam panas, tidak ada pendingin ruangannya mungkin karena di sini udaranya dingin jadi tidak dipasang."
"Kalian malam ini mau kembali pulang?" tanya Ervin ke Galang.
"Iya, setelah selesai acara makan makannya kami semua langsung kembali ke Ibukota. Lusa kami ada acara lagi," jawab Galang.
"Kamu tahu tempat-tempat yang bagus untuk kami kunjungi di sini?" tanya Josh ke Galang.
"Aku kurang tahu. Kalian bisa tanyakan pada karyawan penginapan. Pasti mereka tahu. Memangnya kalian ingin pergi ke tempat seperti apa?" tanya Galang.
"Apa saja, aku yang penting bisa membuat otakku tidak stres dengan kehidupan," jawab Josh.
Ervin yang dari tadi tidak banyak bicara ingin tertawa mendengar ucapan Josh. "Gayamu berlebihan, stres dengan kehidupan. Kerja juga asal asalan. Stres dari mananya?"
"Jangan salah, meski pun hanya main ke sana ke sini tapi itu juga bisa stres," jawab Josh.
"Dasar otak mubajir. Kasihan orang tuamu punya anak seperti dirimu," kata Ervin tertawa.
Thomas dan Galang ikut tertawa melihat Josh sehingga menarik perhatian orang lain untuk melihat ke arah mereka.
"Kalian malah menertawakan aku? Aku serius," kata Josh dengan ekspresi wajah seriusnya.
"Hai, kalian!!" Panggil seseorang dari jauh melambaikan tangan ke arah mereka berempat. "Mari ke sini. Kita akan makan bersama!"
Galang bangun dari duduknya. "Ayo, kita sudah dipanggil untuk makan. Semuanya sudah siap."
Thomas, Ervin dan Josh pun bangun dari duduknya mengikuti Galang yang telah berjalan terlebih dahulu di depan mereka.
Suasana di dalam terlihat lebih ramai meski pun hanya beberapa puluh orang saja tetapi suara mereka mengisi semua ruangan.
Galang melihat beberapa menu yang ada di meja. "Nampaknya ini sambal terasi rasanya enak, terlihat dari warnanya saja sudah menggugah selera."
"Belum tentu yang terlihat enak rasanya juga enak, terasi tetap saja terasi rasanya bau," jawab Josh.
"Bau juga rasanya enak, kamu juga pasti sangat suka dengan bau terasi," kata Galang.
"Itu bau terasi yang lain. Setiap lelaki pasti akan suka dengan bau terasi yang satu itu," jawab Josh.
Galang tertawa, pancingan kata katanya dimengerti Josh. Sementara Thomas dan Ervin tidak menanggapi obrolan mereka karena sudah sibuk mengambil ikan bakar dan beberapa menu yang lain.
"Kita duduk di sana," tunjuk Ervin pada deretan kursi yang kosong di belakang.
"Ayo," jawab Thomas mengikuti Ervin.
Tidak lama kemudian datang Josh dan Galang ikut duduk bersama mereka. Tidak ada yang berbicara, mulut dan tangan mereka sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Ternyata benar katamu Galang, sambal terasinya sangat enak. Pedasnya bikin mata jadi melotot," kata Josh yang sudah selesai makan. "Aku sampai berkeringat."
"Iya, pedas sekali. Tapi namanya juga sambal pastinya pedas," ucap Thomas yang juga sudah selesai makan.
"Masakannya enak. Penginapan ini punya tukang masak yang cukup bagus," kata Ervin. "Tidak kalah dengan masakan hotel bintang lima."
"Malah menurutku ini lebih enak, sayurannya masih segar," kata Josh.
"Kalian besok bisa jalan-jalan di kebun sayur. Aku lihat banyak kebun sayur di sini," kata Galang. "Lebih bagus kalau kalian sewa sepeda, jangan pakai mobil biar kalian bisa leluasa bergerak dengan sepeda," kata Galang.
"Betul juga apa kata Galang. Kita sewa sepeda di sini untuk keliling kampung. Aku ingin pergi ke sungai, siapa tahu aku bertemu dengan bidadari yang lagi mandi di sungai," kata Josh.
"Betul itu, main ke sungai. Pasti seru bisa keliling kampung dengan sepeda," ucap Thomas. "Tapi memangnya di sini ada tempat sewa sepeda?"
"Kalau tidak ada, kalian beli sendiri. Masa beli sepeda saja tidak mampu sedangkan mobil kalian berjejer di garasi," kata Galang.
"Beli saja, besok kita tanya sama orang di mana tempat beli sepeda," kata Josh. "Kita nikmati liburan kita kali ini."
Untuk para pembaca setiaku, terima kasih sudah mengikuti cerita Aneska Belavina, author minta tinggalkan komentarnya atau power stone di setiap chapter.
Terima kasih banyak.