Télécharger l’application
2.24% PENDEKAR TAPAK DEWA / Chapter 2: Bab 02. Pertarungan Ujian

Chapitre 2: Bab 02. Pertarungan Ujian

Si bocah menghentakkan kaki kanannya. Seketika itu juga bumi di sekitar itu bergetar, angin laksana puting beliung menghembus keras, mengintari tubuhnya. Pertanda bahwa si bocah tengah mengerahkan tenaga dalam yang cukup tinggi. Pada saat kedua kepalan tangan si bocah diarahluruskan ke depan dengan sebuah sentakan, angin itu langsung menyongsong dan menerbangkan kembali puluhan batang kayu itu ke berbagai arah. Beberapa batang patah berkeping-keping. Namun beberapa yang lainnya menancap dan menembusi pokok-pokok pohon besar yang dikenainya.

Beberapa saat kemudian, si bocah mengatur kembali nafasnya, lalu berkata santai, "Jika engkau tidak mau juga menampakkan wujudmu, maka bagiku engkau adalah mahluk pengecut dungu yang menyedihkan yang pernah aku kenal..!"

Setelah berkata demikian, si bocah membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan tempat itu. Mendadak suara cekikikan yang bernada mengejek mengurunkan langkahnya.

Si bocah menghembuskan nafas kesal dan malasnya. Ia menoleh ke arah datang suara cekikikan itu.

Tetapi lihainya pula, begitu si bocah menengok, suara cekikikan itu berhenti. Si bocah mengamati setiap detail rimba dengan seksama yang disertai sikap waspada. Tetapi bayangan pun orang yang tertawa itu tak ada.

"Kikikikikiki...."

"Hmm...??"

Sontak si bocah menoleh ke belakang, dari mana suara cekikikan itu berpindah. Tetapi lagi-lagi suara cekikan itu berhenti mendadak. Si bocah benar-benar merasa dipermainkan oleh manusia misterius itu. Manusia itu bukan hanya mengeluarkan cekikikan ejekan saja, melainkan suara cekikikan dikirimkan dengan kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi, yang efeknya mampu menisik hingga ke dalam otak si bocah. Andaikata si bocah bukanlah seorang yang tidak memiliki ilmu kedigdayaan, maka bisa dipastikan pembuluh-pembuluh darah dan jaringan saraf di otaknya sudah pecah dan putus akibat efek dari suara cekikikan yang mematikan itu.

"Hm...! Sekali lagi aku harus berkata, bahwa engkau benar-benar manusia pengecut dungu yang pernah kukenal!" berucap si bocah dengan suara datar sambil menahan rasa dongkol yang sangat di hatinya.

"Haii haik haik haik haik...! Dasar bocah bodoh! Memangnya kapan kaupernah mengenal manusia lain selain gurumu yang berkulit putih, berhidung pesek, dan bermata sipit itu, he! Haiii haik haik haik haik...!"

"Ah, buset...!"

Si bocah kaget luar biasa. Serta-merta berbalik arah pandang lagi. Suara tertawa yang disertai kata-kata yang berisi ejekan itu telah berpindah lagi ke arahnya semula. Namun wujud orang yang tertawa itu lagi-lagi tidak tampak dalam pandangannya. Benar-benar seperti sesosok siluman.

"Hai, manusia aneh! Tampakkan dirimu!" bentak si bocah sembari berkacak kedua belah pinggangnya. "Siapakah engkau sebenarnya? Darimana kautau tentang guruku, heh...!"

"Haiiii...haik haik haik...! Jelas aku mengenalnya, bocah. Siapa yang tak kenal dengan Jenderal Hongli, seorang pendekar besar yang di negeri asalnya punya nama besar dengan julukan Wu Ying Jianke alias Pendekar Tanpa Bayangan? Bahkan siapa dirimu, riwayat hidupmu, dan mengapa engkau diberi nama La Mudu, semuanya aku tau...! Haiiii haik haik haik...!"

Lagi-lagi si bocah, yang ternyata bernama La Mudu itu, dibuat lebih kaget luar biasa. Bukan hanya karena suara manusia misterius telah berpindah lagi dari arah belakangnya, tetapi karena manusia itu mengenal sang gurunya dan dirinya!

La Mudu menggeleng-geleng pelan. Mungkin sebaiknya ia tak perlu untuk terus melayani manusia misterius itu. Ia pun memungut kembali kedua ekor kelinci hasil buruannya, dan membalikan tubuhnya untuk melanjutkan perjalanannya.

Tetapi untuk kesekian kalinya ia harus mengurunkan langkah kakinya. Sesosok manusia misterius itu telah berdiri tegap di hadapannya, sekitar dua puluh depa dari tempat ia berdiri. Akan tetapi si bocah alias La Mudu tidak mampu melihat dengan jelas sama sekali akan sosok dan wajahnya, karena orang itu telah melindungi seluruh tubuhnya dengan cahaya putih yang menyilaukan mata.

La Mudu benar-benar dibuat heran sekaligus terpukau terhadap manusia misterius di hadapannya itu. Di kepalanya mendengung seribu tanya, tentang siapakah gerakan dia? Selama ia hidup dan dibesarkan di Rimba Sorowua, tak pernah ia bertemu dengan manusia lain, kecuali dengan Hongli, gurunya. Setiap waktu ia hanya bercengkerama dengan laik-laki tua yang dipanggilnya dengan Ato (kakek) itu. Artinya, hanya beliaulah yang tau nama dan dirinya. Tentu saja, La Mudu tidak habis pikir, mengapa manusia misterius yang berdiri di hadapannya dengan berselimut cahaya putih mengetahui dengan pasti nama Ato dan dirinya.

“Siapakah gerangan dia?” membatin La Mudu. “Apakah dia adalah Ato yang sedang menyamar dan hendak 'bermain-main' denganku? Tetapi, jika mendengar suaranya, jelas itu bukan suaranya Ato. Tetapi, hmm, aku bisa memastikan, jika manusia misterius di depanku itu adalah seorang laki-laki tua. Mungkin seumuran dengan Ato.”

"Hai orang tua, siapakah dirimu sebenarnya? Dan apa tujuanmu mengganggu perjalananku?" teriak La Mudu dengan sikap pongah, sambil berdiri berkacak pinggang.

Ditanya demikian, laki-laki misterius di hadapannya malah menjawabnya dengan tertawa mirip ringkikan kuda. Lagi-lagi bukan suara tertawa biasa.

"Jika pun aku memberitahumu tentang siapa diriku, tetap juga percuma, Mudu. Karena engkau tidak pernah mengenal siapa pun di dunia ini, selain Ato sipitmu itu. Hmm, tujuanku tentu tak lain adalah menginginkan nyawamu, Mudu...! Aku menginginkan nyawamu, sebelum aku mencabut nyawa gurumu yang berwajah mirip punggung ketam yang direbus itu! Haiiiii...haik haik haik haik..."

"Huaa ha ha ha ha ha ha ha...,"

Tiba-tiba La Mudu tertawa terbahak-bahak sambil berkacak kedua pinggangnya. Sebuah tawa pongah, tapi juga mengandung kekuatan tenaga dalam yang tinggi.

"Di samping aneh, pengecut, dan payah, ternyata kau juga adalah orang tua yang suka bermimpi! Hua ha ha ha...! Jika kau memang memiliki ilmu lebih tinggi daripada aku, lebih-lebih ilmu guruku, mana mungkin kau menyembunyikan diri dari cahaya silap mata seperti itu?! Atau kausangat malu karena mungkin wajahmu terlalu buruk untuk dipamerkan kepadaku? Huaaaa…ha ha ha ha ha...!"

"Jaga mulutmu, bocah kurang ajar!"

Tampaknya si manusia misterius terpancing amarahnya oleh kata-kata La Mudu.

Dan itu justru membuat La Mudu kembali tertawa terpingkal-pingkal.

"Anak kecil seperti aku hanya hormat terhadap orang tua yang santun, tapi sama sekali tidak terhadap orang tua aneh, pengecut, usil, dan bermulut besar sepertimu, wahai manusia tua misterius...!" sahut La Mudu dengan memperlihatkan kepongahannya. Tak sedikit pun tersirat ketakutan sedikit pun di wajahnya.

Kemarahan si manusia misterius pun tak terbendung lagi demi disentil demikian pedas oleh La Mudu.

"Bocah ndablek yang benar-benar tak tahu adab! Aku harus segera mencabut nyawamu, kutu munyuk...!”

Habis berucap demikian, si manusia misterius pun mengeluarkan suara lengkingan tinggi yang mengandung kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi, bersamaan dengan berputarnya tubuhnya. Mulanya putaran tubuhnya pelan, namun semakin lama semakin kencang laksana gasing raksasa. Dan putaran tubuh itu seakan-akan menarik angin dari segala penjuru, yang kemudian berkumpul dan membentuk angin dahsyat laksana puting beliung. Saking kencangnya hempasan angin ciptaan itu, menjadikan dedaunan dari pohon-pohon besar di sekitar itu rontoh berhamburan. Tampaknya si manusia misterius itu benar-benar ingin menghancurkan tubuh si bocah dengan kekuatan yang sangat besar.

Halnya La Mudu, menyaksikan peragaan ilmu tingkat tinggi dari si manusia misterius di depannya itu, agak menganga juga mulutnya karena takjub. Tetapi sama sekali tergambar rasa panik atau keder tak sedikit pun di wajahnya.

"Orang ini benar-benar memiliki kesaktian yang sangat tinggi! Hmm, aku tidak boleh bertindak ceroboh!" membatin La Mudu.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous