Setelah beberapa puluh menit di perjalanan, akhirnya aku tiba di apartemen Mamy. Bukan tempat kami untuk nongkrong mencari pria hidung belang, tapi sebagai tempat tinggal aku juga teman-teman yang lain setelah kami pulang dari tempat hiburan milik Mamy.
Ku buat pintu apartemen itu terbuka dengan Sangat perlahan, ternyata aku sudah melihat banyak orang di sana. Terpaksa aku menahan langkah kakiku, untuk mengurungkan niatku supaya tidak masuk dulu. Hanya di luar sembari mengintip temanku, yang masing-masing sudah bersama pasangan nya dengan di barengi tawa merekah di bibirnya. semua temanku sudah mempunyai pria, untuk mereka layani malam ini.
Tawa riang juga keluar dari para pria itu, menghiasi ruangan tersebut. Aku melihat mereka bukan hanya sedang kumpul saja, ternyata mereka sedang pesta miras yang disertai permainan kartu pasang dengan taruhan uang yang lumayan besar.
Aku sedikit kecewa karena mereka melakukan hal seperti itu di apartemen, bukan di tempat hiburan malam seperti biasanya. Aku juga kecewa sama Mamy, yang telah membuat tempat tinggal untuk kami dijadikan tempat berjudi. Seharusnya Mamy melarang mereka melakukan semua itu, di bangunan ini bukan malah membiarkan mereka. Ini semua pasti Mamy yang memanggil para pria itu kesini, sebab jika bukan campur tangan Mamy semua ini tidak akan pernah terjadi.
"Mamy membuat tempat ini sebagai arena perjudian? Kenapa jadi seperti ini, sih? Mamy sudah ingkar janji padaku, kalau tempat ini tidak akan dia jadikan tempat yang kotor. Tapi kenapa hari ini…!" Gumam ku yang hanya bicara pada bayangan ku saja, tentang apa yang terjadi saat ini.
Aku menghela nafas beratku, untuk membuat pikiranku jernih lagi. Ku kembali melihat keadaan di dalam, ternyata sangat banyak sekali orang-orang yang bermain. Mungkin sekitar sepuluh pasangan yang ada, dalam satu ruangan pula.
Kebahagiaan yang mereka rasakan, sangat nampak jelas di wajah setiap pasangan yang berkumpul tersebut. Ku telusuri ke tempat yang lain, dari jendela kaca yang sebelah ruangan lagi ada banyak pula pasangan di sana. Sehingga aku merasa masa bodoh dengan keadaan tersebut.
"Ternyata ada banyak orang juga di ruangan lain. Padahal Mamy sudah janji, untuk tidak membawa mereka ke apartemen ini. Aku pikir Mamy tidak akan mengingkari itu semua, namun nyatanya janji itu tidak dia tepati.oke! Sekarang aku akan melupakan kejadian ini, mau Mamy buat apa tempat ini bukan urusan ku. Sebab ini adalah apartemen dia. yang harus aku lakukan sekarang, aku harus mencari tahu Reina takut dia juga di suruh ikut di sana sama Mamy." Aku celingukan memeriksa ruangan lain di bangun ini, untuk mencari keberadaan Reina dengan seksama.
Aku melihat ke dalam ruangan lain dari jendela kaca yang kebetulan tirainya sedikit terbuka, sehingga membuat aku bisa melihat keadaan di dalam tanpa ada orang yang melihat ku. Tanpa hentinya aku mencari, namun nampaknya Reina memang tidak ada di tempat itu.
Sedikit lega, karena Mamy ternyata mau mengikuti apa yang aku inginkan. Selain tidak adanya Reina dalam kumpul nya mereka, disana juga ada juragan Somad yang sedang ikut kumpul dengan di temani teman ku yang lain. Aku pun melihat teman seperjuangan ku, yang bernama Silvia sudah duduk di dalam kumpulan itu.
Dia terlihat sedang mengelus-elus pundak pria tua bangka itu, yang kini dia sedang ikut serta dalam permainan kartu. Pria itu Sangat bahagia karena dia didampingi dua wanita cantik sekaligus.
"Itu juragan Somad, sedang sama dua wanita? Siapa ya? tunggu! Silvia? Astaga, perempuan itu. Mau-mau nya dia sama pria tua tengil itu." Desis ku sambil bergidik geli, kala aku melihat tingkah pria itu yang sangat pecicilan.
Ya ampun, pria setua ini masih saja mau memiliki dua wanita dalam satu ranjang? Ah, aku sudah lupa mengingat satu hal. Jangankan hanya dua, juragan Somad mempunyai empat istri di rumah nya dan dia masih kuat memberikan nafkah batin pada setiap istrinya.
Aku akan membiarkan mereka seperti itu. Sebaiknya aku langsung masuk ke dalam, untuk menemui Mamy juga Reina. Tapi aku berniat untuk tidak masuk melewati mereka, aku akan cari jalan lain supaya bisa masuk kedalam.
Ku langkahkan kan kaki mencari jalan masuk lain, dengan bergegas sebelum mereka melihat kedatangan ku. Mereka pasti akan langsung meminta aku yang harus menemani nya, apalagi jika juragan Somad itu melihat ku. Maka dari itu, terpaksa aku masuk secara diam-diam saja, tanpa harus ketahuan mereka.
Untuk malam ini aku tidak mau melayani mereka, rasanya badan ini sangat lelah ditambah lagi banyak nya masalah yang terus mengganggu pikiran ku membuat kepalaku berat untuk berpikir tentang itu dulu. Belum lagi jika aku ingat dengan keadaan Ara yang katanya dia sedang sakit di rumah dan aku belum bisa pulang kerumah untuk menjenguk adik kesayangan ku itu, pasti akan membuat mood ku hilang ketika bersama mereka.
Lebih baik aku masuk ke kamar saja, dari pada membuat mereka kecewa dengan ketidak siapan ku melayani mereka pasti akan sangat berpengaruh sekali oleh mood ku saat ini.
"Mamy! Kau sedang apa di sini?" Pekikku saat melihat Mamy yang sudah menunggu di kamar ku.
"Apa lagi kalau bukan menunggu mu? Kau selalu seperti ini, buat masalah juga tidak peduli dengan keadaan kami." Mamy tiba-tiba bicara seperti itu, padahal aku baru saja sampai di depan pintu kamarku. Mamy sudah menyambut ku dengan mimik wajah yang kesal, dan seakan mau memberikan tamparan di wajahku. Jika seperti itu, pasti ada masalah yang besar di klub tadi.
Ku masuk ke dalam kamar, dan ku duduk di sampingnya untuk bertanya apa yang telah terjadi.
"Ada masalah apa, Mam? Apa itu karena aku?" Ku buat nada bicara ku sangat pelan, supaya Mamy sedikit tenang.
"Kau tahu, tempat hiburan malam kita terkena razia besar. Semua tempat kita disita mereka. Kita tidak mungkin menggunakan tempat itu lagi. Hancur semuanya, padahal itu satu-satunya tempat Mamy mencari uang." Kini nada suara mereka berubah menjadi sangat sedih, tidak seperti pas aku datang tadi.
"Jadi, keberadaan mereka tadi di bawah?"
"Iya. Terpaksa mereka Mamy izinkan untuk main di sini. Mamy bingung harus berbuat apa, sedangkan Mamy butuh uang untuk kalian makan juga. Mau ke tempat hiburan kita yang itu, sudah tidak bisa lagi di gunakan. Terpaksa Mamy menggunakkan tempat ini, untuk kalian. Sebab ini satu-satunya tempat yang Mamy punya." Tutur Mamy dengan linangan air mata.
"Jadi apa yang harus kita lakukan, Mam? Supaya kita bisa mendapatkan tempat itu lagi?" Suaraku ikut bergetar menahan kesedihan, saat mendengar Mamy berbicara tentang penyitaan tempat hiburan malam kami.
Dalam hati ku berkecamuk, tentang apa yang akan nanti terjadi pada nasib kita. Nasib Mamy, para wanita yang mendapatkan penghasilan dari pekerjaan ini. Yang paling parah lagi bagaimana dengan nasibku, nasib orang tua ku, juga nasib sekolah Ara yang pastinya akan terhenti akibat aku tidak bisa lagi mendapatkan uang.
Tentang cita-cita ku yang selama ini aku ingin Ara menyandang nya, sebagai pramugari terhebat akan hancur juga bersamaan dengan hancurnya tempat hiburan malam punya Mamy. Dalam pikiranku terlintas, apa ini teguran untuk kita dari Tuhan? Supaya kita menghentikan pekerjaan ini, atau hanya kebetulan saja hal ini terjadi pada kita?