Malam itu, Andine duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Pikirannya berkecamuk antara luka yang masih terasa dan kebingungan atas sikap Andra akhir-akhir ini. Lelaki itu memang meminta agar mereka tidak bercerai, bahkan Andine bisa melihat ketulusan di matanya. Tapi bisakah ia percaya begitu saja? Setelah semua yang terjadi, setelah bertahun-tahun ia dibiarkan sendiri, kini Andra ingin berubah? Apa semudah itu?
Andine menatap bayangan dirinya di cermin yang tergantung di dinding. Mata sembabnya masih jelas terlihat, menandakan betapa lelahnya ia menangis beberapa malam terakhir. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan gejolak emosinya yang ingin meledak lagi.