Chapitre 156: Gangguan Kejiwaan

Sejak pulang dari pskiater, Anggi lebih sering diam dan melamun. Anggi seperti mengalami goncangan kejiwaan. Hal itu juga disampaikan oleh dokter pskiater yang menangani Anggi tadi. Anggi tidak boleh dibiarkan sendirian lagi. Harus ada orang yang selalu menemaninya di rumah. Agar luka dalam hatinya pasca meninggalnya Yoga tidak membuatnya jadi semakin terpuruk.

Bapak Yoga sebenarnya juga merasa penasaran, apa benar arwah Yoga itu masih gentayangan? Tapi kenapa? Kenapa ia masih belum tenang di alamnya sana? Apakah karena memang masih ada urusan di dunia ini yang belum ia selesaikan?

Ia duduk di teras rumah sambil menhirup udara segar malam ini. Rasanya ia tidak bisa tidur malam ini karena terus memikirkan Yoga. Sementara istrinya sudah lebih dulu tertidur di dalam kamarnya setelah meminum obat penenang dari dokter.

Tak terasa ia sudah duduk di teras rumah hampir tiga jam lamanya. Sampai jam satu malam Agus masih tetap berada di luar.