Tak terduga, Sophie membuka kedua matanya yang masih terasa mengantuk. Ia mendapati Evan bersimpuh di samping kasurnya dengan keadaan mata sembab akibat tangisan yang tak mereda dari diri pemuda tersebut.
"Evan? Kau kenapa?" tanya Sophie, kaget tatkala mendapati suaminya berlinang air mata di tengah malam.
Kedua mata Sophie menyaksikan dengan seksama, terlihat pedang hitam terbuka dari sarungnya dan berada tepat di samping tubuh Evan. Sophie tentu tidak mengetahui maksud dari hal tersebut, tetapi melihat Evan yang berlinang air mata menyebabkan dirinya merasa ikut terbawa sedih.
Wanita itu segera turun dari atas kasur sembari memeluk kepala Evan, mendekatkan pria itu ke dekapannya. Terasa hangat dan nyaman bagi Evan, sesuatu yang indah untuk dilupakan baginya.
"Tidak apa-apa. Kau bisa menceritakan semuanya kepadaku nanti," jelas Sophie, mengelus rambut kepala Evan dengan perlahan.