" Hahaha! Kamu itu, posessif banget!" kata Zab sambil mencubit hidung adiknya.
" Aaaaa! Kakak! Sakit!" teriak Fiza manja.
" Dasar kolokan!" kata Zab lagi.
" Biarin! Weekkkk!" ejek Fiza.
" Dekkk!" panggil Ezzah.
" Awas aja, kalo Ummi telpon, Fiza akan aduin Kak Zab ke Ummi!" ancam Fiza.
Zab melotot mendengar ancaman adik kecilnya itu. Bisa-bisanya dia mengancam dirinya yang sedikit membuat pria itu takut. Karena umminya adalah segalanya bagi Zab.
" Apa kalian nggak lapar?" tanya Zab mengalihkan pembicaraan.
" Lapar!"
" Nggak!"
Sahut mereka berdua.
" Serius nggak lapar?" tanya Zab pada Fiza dengan tatapan menggoda kembali.
Kriukkkk! Suara perut kosong Fiza membelah keheningan.
" Ckkk!" decak Fiza yang kesal dengan perutnya yang tidak bisa diajak kompromi.
Dasar perut! Malu-maluin aja! batin Fiza kesal.
" Ajak adik makan di kantin, Kak!" kata Zab pada Ezzah.
" Iya, Kak! Ayo, dek!" kata Ezzah mengajak adik bungsunya.
Dengan kesal Fiza berdiri sambil menghentakkan kakinya dan berjalan menuju pintu kamar.
" Pokoknya Fiza bakal lapor sama Ummi!" kata Fiza masih dalam mode kesalnya.
" Sudah, Dek!" kata Ezzah menegur adiknya.
" Iya! Lapor aja!" kata Zab tersenyum.
Mereka berdua keluar dari kamar Yasmin meninggalkan kedua suami istri yang memang memerlukan waktu untuk bicara secara pribadi. Zab duduk di kursi yang ada di samping brankar Yasmin, sementara jantung keduanya berdetak cukup kencang.
" Apa sebegitu menyesalkah kamu menikah denganku hingga melakukan semua ini?" tanya Zab yang masih belum mengetahui kejadian yang sebenarnya.
" Kakak salah paham! Aku..."
" Apa kamu ingin aku mendapatkan amarah dari Ummiku?" tanya Zab tidak memberikan kesempatan pada Yasmin untuk bicara.
" Aku..."
" Aku harap kamu tidak mengulangi lagi perbuatan yang dibenci Allah ini!" kata Zab tegas.berjalan-jalan
Yasmin menghela nafasnya, dia tahu jika saat ini suaminya sedang tidak bisa diajak bicara baik-baik. Jadi dia berpikir sementara ini dia akan diam dahulu dan akan bicara jika suaminya sudah tidak dalam keadaan tenang.
Yasmin sudah boleh pulang siang harinya setelah infusnya habis. Setelah membiarkan Yasmin istirahat seharian, Zab mengajak istri dan adik-adiknya berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata di Bali. Yasmin yang terlihat cantik dan anggun meski harus memakai khimar, membuat banyak mata pria menatapnya dengan takjub. Sejak keluar dari mobil hingga masuk kembali ke dalam mobil, bibir Zab terlihat cemberut.
" Dih! Napa juga tu bibir manyun? Kayak bocah aja!" sindir Fiza yang kesel melihat wajah menyebalkan kakak laki-lakinya.
Saat ini mereka sudah duduk di dalam kamar Zab dan Yasmin, karena barang-barang yang dibeli semua dibawa masuk ke kamar Zab dan Yasmin. Yasmin menuangkan air putih di beberapa gelas dan memberikannya pada suami dan adik-daik iparnya. Kemudian dia duduk di sofa, sementara Ezzah dan Fiza duduk di ranjang. Zab sendiri sedang sedang berdiri di pintu balkon.
" Iya! Kak Zab kenapa, sih? Apa nggak suka nganter kita jalan-jalan? Kita bisa, kok, jalan-jalan sendiri bertiga! Ya, kan, Kak?" tanya Ezzah sambil meminta persetujuan dari Yasmin.
Yasmin yang dilihat langsung melirik suaminya, dia menelan salivanya saat melihat mata melotot dan wajah garang sang suami.
" Kak Yas mana boleh pergi tanpa suami, Dek! Apa kalian lupa?" sahut Yasmin pelan.
" Abis Fiza kesel liat wajah kak Zab, Kak! Manyun aja dari berangkat ampe pulang!" kata Fiza.
Ezzah menatap kakaknya yang sedang dalam mode ngambek itu dengan mengerutkan dahinya.
" Apa Kak Zab cemburu, yaaaa?" goda Ezzah.
" Hah? Cemburu? Masa, sih?" sahut Fiza.
Yasmin hampir saja tersedak jika saja dia melanjutkan meminum minumannya.
" Kayaknya gitu! Soalnya tadi kakak liat banyak banget cowok-cowok yang pada liatin Kak Yasmin?" goda Ezzah lagi.
Wajah Zab menjadi memerah mendengar godaan adik sambungnya.
" Eh? Serius? Padahal banyak juga cewek-cewek yang liatin Kak Zab, tapi Kak Yas cuek-cuek aja!" sahut Fiza.
Yasmin hanya menarik nafasnya pelan, kamu nggak tau aja, de, gimana keselnya Kak Yas sama cewek-cewek itu. Rasanya pengen lakban aja tu mulut ama matanya! Astaughfirullah! batin Yasmin kesel.
" Kalian ini, kecil-kecil udah ngomong cemburu-cemburu! Awas aja kalo sampe kakak liat kalian jalan sama cowok, kakak bikin mampus dia!" ancam Zab.
" Dih! Ngancem! Siapa juga yang pacaran, ya, kan, Kak?" tanya Fiza pada Ezzah.
" Iy...Iya!" jawab Ezzah gugup.
" Sudah! Kalian istirahat aja, ini juga sudah malam!" kata Zab.
" Besok jadi kan kak kita ke Ubud?" tanya Fiza mulai mode merayu.
" Ckk! Kalo ada maunya aja, ngerayu-ngerayu!" kata Zab sebel sama adik yang sangat di sayanginya itu.
" Hehehe! Kak Zab ganteng banget, deh!" rayu Fiza dengan mata yang di kedip-kedipkan.
" Eh, apa itu pake kedip-kedip gitu?" kata Zab terkejut.
" Canda, Kak! Serius amat!" sahut Fiza.
" Awas aja kalo berani gini sama cowok lain!" ancam Zab lagi.
" Apa'an, sih? Dari tadi maen ancam-ancam terus?" rengek Fiza kesel.
" Kamu juga ngancem-ngancem Kakak ke Ummi!" balas Zab.
" Hehehe! Abis Kak Zab genit sama wanita lain. Kan udah ada Kak Yasmin yang cantiknya kebangeten!" puji Fiza sambil melihat ke arah Yasmin.
" Ckkk! Dasar bocil! Belajar darimana ngerayu-ngerayu gitu?" tanya Zab penasaran.
" Kak Ezzar!" jawab Fiza tanpa merasa bersalah.
" Apa? Awas aja kalo udah berani-berani main cewek!" kata Zab terkejut.
" Eh, nggak! Kak Ezzar nggak pernah main cewek, baru deket aja!" sahut Fiza jujur.
" Apa?" teriak Zab yang langsung melotot dan Fiza menutup mulutnya yang keceplosan.
" Kak!" panggil Fiza pada Ezzah.
Yang dipanggil menggelengkan kepalanya saat melihat tatapan horor kakak pertamanya. Tatapan Fiza beralih pada Yasmin, Zab berpindah juga pada Yasmin. Wanita itu hanya menghela nafasnya dan menghembuskannya pelan.
" Masih bau kencur ucah berani-berani deket sama cewek!" gerutu Zab yang meraih ponselnya dan mencari kontak Ezzar.
" Kak! Kak Ezzar pasti marah sama Fiza!" bisik Fiza ke Ezzah.
" Hallo, Assalamu'alaikum, Kak!" sahut Ezzar.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Zab.
" Sejak kapan punya temen cewek?" tanya Zab langsung.
Tidak ada suara.
" Zar!" panggil Zab kesel.
" Ya, Kak!" sahut Ezzar pelan.
" Sejak kapan berani deket sama cewek?" tanya Zab lagi.
" Kak! Udah Adzan Maghrib! Kita shalat dulu, nanti keburu abis!" tiba-tiba Yasmin mendekati Zab dan berbicara pada suaminya yang sedang marah itu.
" Awas aja kalo kamu berani macem-macem!" ancam Zab yang masih kesel sama adik laki-lakinya itu.
Zab mematikan panggilannya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi setelah melihat kedua adiknya menundukkan kepalanya.
" Alhamdulillah! Trima kasih, Kak!" kata Fiza mengelus dada.
" Kamu juga, sih, dek!" kata Ezzah kesel.
" Iya! Maaf, Fiza yang salah!" kata Fiza.
" Sudah! Kalian kembali ke kamar dulu! Mandi lalu shalat jama'ah disini!" kata Yasmin.
" Iya, Kak!" kata Ezzah.
Sejak selesai shalat subuh dan mengaji, Zab terlihat mondar-mandir di balkon kamarnya.
Tok! Tok!
" Assalamu'alaikum, Kak!" kata Fiza.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Yasmin sambil membukakan pintu.
" Kita udah siap, Kak!" ucap Fiza.