" Iya! Tapi kali ini Ummi hanya akan menjadi seorang wanita tua!" kata Salma lagi.
" Ummi..."
" Harun adalah pria yang baik! Dia sosok pria yang sangat diidam-idamkan seorang ibu untuk menjadi menantunya. Dia sosok Imam yang dibutuhkan sebuah keluarga untuk menuju jannah. Dia juga sosok suami yang akan sangat menyayangi keluarganya. Jadi Ummi harap kamu bisa mencintai dia sepenuh hati dan melupakan masa lalumu!" nasehat Salma.
" Tidak ada manusia sesempurna itu, Ummi!" protes Fatma.
" Ummi tahu! Semua manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, tapi menurut Ummi, suamimu itu banyak memiliki kelebihan!" ujar Salma.
" Bisa besar kepala nanti dia, Ummi!" kata Fatma keberatan.
" Tugas Ummi dan Abi sudah selesai. Zab sama Zib Ummi bawa pulang..."
" Tapi Ummi..."
" Ummi harap pernikahan ini menjadi pernikahan yang terakhir bagi kamu!" potong Salma.
" Ummi!" panggil Abi yang menggendong Zibran yang tertidur.
" Iya, Bi!" sahut Salma.
" Kami pulang! Jaga diri baik-baik!" kata Abi dengan mata berkaca-kaca.
" Ins Yaa Allah, Bi!" jawab Fatma mencium tangan kedua orang tuanya lalu mengecup punggung putranya.
" Zab?"
" Baru saja dia pulang sama Daffa!" kata Azzam.
" Zab bilang ngantuk dan mau pulang sama Daffa!" kata Azzam.
" Abang?" tanya Fatma.
" Sudah pulang juga anaknya sedikit rewel!" kata Azzam.
Daffa menggandeng Zabran yang dari tadi menguap karena mengantuk. Mereka berjalan menuju ke lift untuk turun ke lantai dasar.
" Om! Zab ngantuk!" kata Zabran dengan mata yang sayu.
" Sini Om gendong!" kata Daffa yang kemudian menggendong Zabran.
Dilihatnya lift sebelah kanan berada di lantai 11 dan turun ke bawah, sedangkan lift sebelahnya lagi berada di lantai dasar dan sedang naik. Ballroom Hotel sendiri berada di lantai 5. Daffa mengusap-usap punggung Zabran hingga anak laki-laki itu tertidur. Ting! Bunyi lift yang terhenti di lantai 5, dimana Daffa saat ini berada. Tubuh Daffa membeku saat melihat sosok di dalam lift yang terbuka.
" A...na!" gumam Daffa.
" Daf...fa!" gumam Briana.
Mereka berdua tertegun satu sama lain, keduanya terdiam. Lama Daffa menatap wajah yang sangat dirindukannya itu. 2 tahun baginya bukan waktu yang sebentar untuk tidak bertemu dengannya.
" Assalamu'alaikum!" sapa Briana yang mencoba untuk menahan suara detak jantungnya yang begitu keras.
Dia takut pria di depannya itu akan mendengar karena keadaan yang cukup sepi di dalam lift.
" Wa'alaikumsalam!" sahut Daffa.
Jarak mereka yang hanya satu meter membuat Daffa rasanya ingin berlari dan memeluk wanita di depannya itu.
" Apa kabar?" tanya Briana.
Bibirnya bergetar dan terasa ngilu saat menanyakan kabar Daffa
" Alhamdulillah, baik!" jawab Daffa.
" Apa..."
" Maaf, aku harus pergi! Kasihan Zabran jika terus digendong!" potong Daffa.
" Oh, iya!" kata Briana.
Terselip kekecewaan di dalam perkataannya. Apa kamu sudah menemukan pendamping hidup? Betapa beruntungnya dia. Briana keluar dari dalam lift, saat tubuh mereka saling berpapasan, harum parfum Daffa masih bisa Briana hirup, aroma kental seorang pria yang selalu dia impikan. Sedangkan Daffa juga memejamkan kedua matanya menghisap aroma parfum Briana yang tidak pernah berubah, selalu membuat dirinya merasa tenang. Merekapun akhirnya saling menjauh, Briana terus berjalan perlahan tanpa sedikitpun melihat sedangkan pria dibelakangnya memutar tubuhnya hingga bisa melihat punggung Briana yang perlahan hilang. Setitik airmata lolos dipipi Briana melihat sikap Daffa yang berubah.
Sebenarnya Daffa sangat ingin berbicara dengan Briana, tapi dia takut jika Arkan akan melihat kedatangan Briana dan memarahi bahkan mengusir wanita itu.
" Assalamu'alaikum!" sapa Briana saat melihat Fatma yang sedang bersama dengan Azzam, Salma dan Harun.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb.!" jawab semuanya.
" Bre?" ucap Fatma yang langsung berlari mendekati Briana dan memeluk tubuh mantan adik iparnya itu.
Dada Harun terasa sesak melihat sikap Fatma yang menurutnya berlebihan, apalagi Briana adalah mantanadik iparnya.
" Kak!" balas Briana memeluk Fatma.
" Kakak kangen kamu!" kata Fatma dengan airmata membasahi kedua pipinya.
" Bre juga!" balas Briana.
Harun menatap nanar istri barunya, dia tertawa dalam hati, menertawakan kekonyolan dirinya yang mengira jika Fatma akan benar-benar menerima dirinya dan melupakan masa lalunya. Bodoh! batin Harun.
" Briana!" sapa Salma.
" Ummi! Abi!" sapa Briana melerai pelukan Fatma dan mendekati Azzam juga Salma untuk mencium tangan Salma dan menyatukan telapak tangannya di depan dagu pada Azzam sebagai tanda salam..
" Kenalkan ini suami Ka...!
" Harun! Suami Zahirah!" potong Harun yang menyatukan telapak tangannya di depan dagunya.
Briana membalas dengan melakukan hal yang sama.
" Selamat atas pernikahan Kak Zahirah dan Ustadz Harun! Semoga bisa menjadi keluarga yang sakinag, mawwadah warohmah!" ucap Briana.
" Aamiin!" sahut Azzam, Salma dan Harun.
Sedangkan Fatma hanya terdiam di tempatnya.
" Kalau begitu Bre pamit dulu, Kak!" kata Briana memecah ketegangan yang sejenak terjadi disitu.
" Kamu langsung pergi?" tanya Fatma.
" Sebenarnya Bre nggak bilang kalo Bre pulang, Bre hanya ingin mengucapkan selamat pada Kak Zahirah!" kata Briana..
" Kapan kamu kembali? tanya Fatma berharap Briana tinggal.
" Lusa!" jawab Briana.
" Oh!" gumam Fatma.
" Abi dan Ummi balik dulu! Kami sudah lelah!" kata Abi.
" Biar nanti Pak Dul yang anter, Bi!" kata Harun lalu meraih ponselnya dan menghubungi Dul, sopir pribadinya.
" Bre pamit, Kak! Abi! Ummi!" kata Briana kemudian menyalami Salma dan Azzam.
" Iya, ayo kakak antar!" kata Fatma yang memegang tangan Briana erat dan berjalan ke arah pintu ballroom.
" Nomor kamu masih sama?" tanya Fatma.
" Sudah ganti, kak! Nanti Bre hubingi kakak kalo kakak mau..."
" Kamu miss call aja!" potong Fatma.
" Iya! Bre pamit!" kata Briana, Fatma memeluk erat Briana dan membiarkan mantan adik iparnya itu pergi.
Azzam dan Salma juga pergi saat Dul datang tidak lama kemudian setelah Briana pergi. Fatma melihat seorang roomboy di dekat pintu.
" Apa kamu yang akan mengantar kita?" tanya Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab roomboy itu.
" Ayo!" kata Fatma berjalan menuju ke arah lift. Harun segera mengikuti langkah istri dan roombot itu. Fatma dan Harun diantar Roomboy ke kamar mereka.
" Silahkan masuk! Semoga kalian nyaman dengan kamar dan pelayanan kami!" kata roomboy itu.
" Trima kasih!" ucap Harun dan memberikan selembar uang ratusan pada roomboy itu.
Fatma langsung meraih tasnya dan membawanya ke dalam kamar mandi. Sementara Harun hanya memandang sedih istrinya. Apa sebenci itu dirimu padaku? Tapi kenapa kamu menerima khitbahku hari itu? Ah, betapa bodohnya aku! Tentu saja kamu melakukan agar tidak membuat malu orang tuamu! batin Harun kecewa. Baru beberapa jam hamba menikah, Ya Allah, kenapa rasanya hamba seperti tidak akan bahagia? batin Harun lagi.
Pria itu membuka pakaian atas pengantinnya dan hanya menyisakan kaos dalam putih. Kemudian dia menuju ke arah pintu balkon dan membukanya. Hawa dingin menyeruak masuk menerpa tubuh Harun. Dia keluar dari dalam kamar dan menutup kembali pintu balkon. Harun duduk di kursi kayu yang ada disitu sambil sesekali menguap.