Télécharger l’application
45.45% Oh My Baby (JJK-JEB) / Chapter 5: 5. Little JK

Chapitre 5: 5. Little JK

Member BNT membantu para guru menyiapkan keperluan untuk Family Gathering. Kebetulan mereka datang terlalu awal sehingga belum ada orangtua dan murid yang datang. Para guru tentu saja senang bukan main ketika pagi harinya sudah mendapatkan sarapan wajah tampan member BNT. Ada sesi fansign kecil-kecilan di dalam sekolah, kapan lagi sekolah mereka didatangi artis papan atas? Pokoknya setelah ini kepala sekolah akan memasang pengumuman dimana-mana kalau Taman Kanak-kanak Tadika Ceria pernah didatangi BNT. Sudah pasti nanti sekolahnya akan viral, hmmmm sebuah rencana yang bagus.

Sementara itu di depan sekolah, Jeongsan telah tiba diantar Ji-won dan Daesuk. Dua teman baik Jeongsan; Jaeyuk dan Geum Do juga sudah datang. Tiga anak laki-laki itu punya nasib yang sama, orangtua mereka sangat sibuk hingga kurang memberi perhatian. Grup Kelas Matahari sering membicarakan tiga anak itu, katanya mereka bandel dan jahil karena kurang kasih sayang dari orang tuanya. Padahal Jeongsan tidak pernah ikut nakal, hanya Jaeyuk dan Geum Do saja yang sering menjahili teman-teman di kelas.

"Annyeonghaseyo, Jeongsan Eomma". Sapa ibu Jaeyuk pada Jiwon diikuti ibu Geum Do. Lalu tiga ibu itu ngobrol sebentar sementara anak-anak mereka sudah saling tos dan saling bercanda.

"Sayang sekali kita sibuk jadi tidak bisa ikut acara sekolah. Padahal ada BNT, mau ijin kerja juga tidak bisa". Keluh ibu Geum Do.

"Aigoo. Geum Do Eomma. Aku justru menyesal karena tidak bisa menemani Jeongsan. Bagaimana kalau mereka dijadikan bahan gunjingan. Ibu-ibu di Kelas Matahari itu keterlaluan". Bisik Ji-won. Namanya juga ibu-ibu, grup kelas malah dijadikan tempat bergosip. Kadang-kadang juga ibu-ibu kelas Matahari sering mengadakan pertemuan. Tapi karena Ji-won, ibu Jaeyuk, dan Ibu Geum Do sibuk, maka mereka tidak pernah ikut. Hal itu pula yang membuat mereka jadi bahan gunjingan.

"Majja, tapi mau bagaimana lagi. Aigoo... Uri Jaeyuk-ie, Mianhae". Kata Ibu Jaeyuk menyesal.

"Imo, Gwenchana. Kami akan baik-baik saja. Aku akan menjaga Geum Do dan Jaeyuk dengan baik". Sahut Jeongsan dengan ceria sambil merangkul dua temannya. Jeongsan itu sangat pintar maka anak itu kerap membuat ibu Geum Do dan ibu Jaeyuk gemas.

"Omoo... Jeongsan-iee anak yang pintar, bagaimana mungkin anak sepertimu dibilang bandel. Dasar ibu-ibu itu...". Gerutu Ibu Jaeyuk setelah mengusap rambut Jeongsan sekilas.

"Majja. Dia kan Little JK, tentu dia pintar dan berbakat". Tambah Ibu Geum Do.

"Nde?". Tentu saja Ji-won kaget saat keponakannya dipanggil 'Little JK'.

"Ah... Maaf. Aku hanya asal memberi julukan saja Jeongsan Eomma. Bukankah Jeongsan mirip sekali dengan JK BNT? Kekeke....". Ibu Geum Do terkekeh-kekeh.

"Omoo... Jeongsan Appa tidak mendengar perkataan ku kan?". Lanjutnya hingga Ji-won hanya bisa tertawa garing. Orang awam pun jika pertama kali melihat Jeongsan, akan mengatakan jika anak itu mirip JK BNT. Ya karena faktanya Jeongsan anak JK.

"Baguslah jika Jeongsan mirip orang yang sukses dan tampan hehe. Oh, aku harus segera berangkat kerja". Pamit Ji-won pada ibu-ibu yang lain.

"Jeongsan-iee, jadi anak yang baik ya? Byeee....". Jiwon melambaikan tangan kearah Jeongsan. Setelah tiga ibu itu bubar, Jeongsan dan dua temannya segera masuk ke dalam sekolah.

***

JK tersenyum menatap foto murid-murid di sekolah Tadika Ceria tepatnya kelas Matahari. Foto murid-murid yang tertempel di mading itu membuat pikiran JK menerawang. Jika Eunha tidak menggugurkan kandungannya, pasti anak mereka sudah sebesar anak-anak yang ada di foto ini. Lama mengamati satu persatu foto, tatapan JK terhenti pada foto anak yang bernama Choi Jeongsan.

Tiba-tiba jantungnya berdebar tak karuan, ia tidak tahu kenapa. Mata anak itu mirip sekali dengan mata Eunha, dan bagian lain mirip dengannya. Jari JK perlahan menyentuh foto Jeongsan, ia usap seperti tengah mengusap wajah putranya sendiri. Lalu lelaki itu terkekeh dengan mata berkaca-kaca.

"Kau siapa? Kenapa mirip sekali denganku? Siapa orangtuamu?". Bisik JK sambil mengusap air matanya yang jatuh tanpa sebab. Mungkinkah sebenarnya ini ikatan ayah dan anak? Meski hanya melihat fotonya saja namun JK sudah menyayangi anak itu.

"Jeongsan-iee!!!".

JK langsung menoleh saat mendengar suara anak kecil berlari kearahnya. Mata JK membulat, anak yang sedang berlari itu adalah Choi Jeongsan. Lelaki itu tersenyum haru, ia berjongkok dan entah kenapa seperti sudah siap menangkap Jeongsan dalam pelukannya. Tawa dan senyuman anak itu sungguh mirip dirinya. Ketika JK telah merentangkan tangannya lebar-lebar, anak itu berlari begitu saja melewatinya dan menghambur kepelukan Ahra Saem.

"Haha. Ada apa denganku?". Kekeh JK, ia kembali mengusap air matanya yang kembali jatuh. JK mentertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh, apa yang ia pikirkan? Semua anak disekolah ini tentu saja punya orangtua, entah kenapa selintas ia berfikir jika Jeongsan adalah anaknya.

Lelaki itu berdiri dan menoleh kearah Jeongsan dan Ahra Saem. Ahra Saem terlihat sangat memperhatikan Jeongsan, perempuan itu merapikan rambut dan pakaiannya. Tentu saja Ahra Saem perhatian, karena perempuan itu adalah wali kelasnya.

"Jeongsan-iee main dulu dengan Jaeyuk dan Geum Do, main didalam saja ya. Arra?". Pesan Ahra Saem yang dipatuhi oleh Jeongsan. Obrolan antara guru dan murid yang membuat JK terkekeh. Setelah Ahra Saem berlalu, JK mendekati Jeongsan. Lelaki itu berjongkok dihadapan anak yang tengah mencari-cari sesuatu di dalam kantong celananya.

"Hai...". Sapa JK. Jeongsan mendongak lalu membulatkan bibirnya begitu melihat wajah JK.

"Appa?". Jeongsan menunjuk wajah JK dengan tatapan polos.

"Heee?!". Tentu saja JK terkejut karena Jeongsan memanggilnya Appa.

"Prank!!!! Kata Eomma jika ada yang tanya siapa Appa-ku maka aku harus menjawab JK Hyung, karena Hyung sangat terkenal, hihihi...". Jelas Jeongsan sambil terkikik. JK yang awalnya sudah tegang mendadak merasa lucu. Lelaki itu geleng-geleng kepala sambil terkekeh lalu mengacak rambut Jeongsan.

"Kau jahil sekali sih. Kau tahu siapa aku, Heum?". Tanya JK yang kini sudah mendudukkan Jeongsan di pahanya.

"Tentu saja tahu. Nama Hyung JK, Jeon Jungkook. Awalnya aku tidak tahu kenapa sering dipanggil Little JK, tapi setelah melihat Hyung secara langsung, aku jadi mengerti". Cerita Jeongsan dengan sangat menggemaskan. Dulu Jeongsan hanya bisa terbengong ketika dipanggil Little JK oleh orang-orang yang melihatnya. Anak itu tidak tahu siapa itu JK, namun setelah diberi tahu Ji-won dan bertemu dengan JK, ia mulai paham kenapa dipanggil demikian. Ternyata memang JK mirip dengannya.

"Little JK? Wah, keren sekali. Hmmm... Baiklah, aku menerima jika kau dinobatkan sebagai Little JK". Sahut JK, lalu dua laki-laki itu bercanda.

Sementara itu Baby G yang baru saja tiba langsung keluar dari mobil dengan heboh. Mereka telah melihat mobil Van BNT di parkiran. Eunha langsung memberi titah pada Rin B dan Hyewon sebelum masuk kedalam sekolah.

"Kita berpencar mencari Jeongsan. Aku akan membantu di dapur selama acara berlangsung, pokoknya kalian harus memastikan jika JK tidak akan dekat-dekat dengan Jeongsan". Rin B dan Hyewon mengangguk patuh. Mereka bertiga ditambah Yeonsu bergegas masuk ke dalam sekolah.

Eunha cemas sekali memikirkan hal yang tidak-tidak. Bagaimana kalau JK bertemu dengan Jeongsan? Bagaimana kalau lelaki itu curiga karena wajah Jeongsan mirip dengannya? Belum lagi kalau sampai JK mencari tahu lebih lanjut soal indentitas Jeongsan. Ia bukan bermaksud menjauhkan Jeongsan dari ayahnya, hanya saja posisi anak itu akan berbahaya jika orang-orang tahu siapa ayahnya. Jeongsan tidak boleh menjadi korban kejamnya dunia Entertainment.

"Eunha-yaa, kau sudah datang?". Sapa Taehe begitu melihat Eunha berlari terengah-engah melewatinya. Dengan cepat Eunha menghampiri Taehe.

"Sunbae-nim, kau tahu dimana JK?". Tanya Eunha tidak sabaran. Taehe menarik sebelah alisnya saat Eunha tiba-tiba menanyakan JK. Seingatnya saat mereka bertemu di gedung MGtv, suasananya tidak baik.

"Sunbae-nim?!". Tegur Eunha karena Taehe malah melamun.

"Oh, JK... Sepertinya tadi dia melihat-lihat foto didepan kelas Matahari". Sahut Taehe.

"Haish... Sial". Umpat Eunha dalam hati.

"Terimakasih...". Taehe menatap punggung Eunha yang menjauh dengan hampa.

"Kenapa selalu JK yang kau sebut saat bicara denganku?". Kata Taehe lirih.

Eunha berlari cepat menuju kelas Matahari, mengabaikan para orangtua murid yang memekik karena melihat selebritis di melewati mereka. Hal pertama yang Eunha lihat saat sampai di depan kelas Matahari adalah JK dan Jeongsan yang sedang berpelukan. Entah apa yang dirasakan Eunha, yang jelas perempuan itu merasa haru dan takut. Ia tidak pernah menyangka jika saat-saat dimana Jeongsan akan bertemu JK itu terjadi. Ia ingin membawa Jeongsan padanya namun entah kenapa hatinya justru berkata lain.

"Biarlah Jeongsan merasakan hangat pelukan ayahnya sebentar".

Jeongsan lebih dulu menangkap sosok ibunya. Anak itu membulatkan matanya, terlihat bersinar karena bahagia. Ia hendak memanggil Eomma namun Eunha memberi kode untuk memanggilnya Imo tanpa suara.

"Imoooooo....". Jeongsan mendorong JK lalu berlari kearah Eunha. JK merasa sedih saat Jeongsan melepaskan pelukannya. Lelaki itu menoleh kebelakang dan melihat Jeongsan memeluk Eunha erat, bahkan menciumi perempuan itu dengan sayang.

"Omooo... Jeongsan-iee... Geli". Eunha dan Jeongsan tertawa. Karena penasaran Eunha bisa sebegitu dekat dengan Jeongsan, apalagi anak itu memanggil Eunha dengan sebutan imo, maka JK mendekati dua manusia itu.

"Imo?". Tanya JK. Eunha menatap JK santai, ia berusaha agar tidak terlihat mencurigakan.

"Jeongsan keponakan ku. Wae?". Tantang Eunha. JK memicingkan mata tidak percaya.

"Jinjja? Aku tidak yakin".

"Tck! Tanyakan saja pada Jeongsan sendiri. Yak! Jeongsan-ahh, siapa nama ayah dan ibumu?". Jeongsan menatap Eunha dengan ragu. Melihat ibunya memberi kode dengan kedipan mata, Jeongsan langsung menangkap sinyal dengan baik.

"Nama ayahku Choi Daesuk, nama ibuku Jung Jiwon. Itulah kenapa namaku Choi Jeongsan". Ujar Jeongsan kemudian. Eunha tersenyum puas, anaknya memang pintar dan bisa diajak kompromi.

"Ahhh... Begitu ya. Tapi tetap saja aku merasa ada yang aneh...".

"Kajja, Jeongsan-ahh hari ini Imo akan menemanimu...". Seru Eunha sengaja memotong perkataan JK.

"Asyikkkk.... Kajja Imo". Kerena terlalu senang ibunya datang ke sekolah, tentu saja Jeongsan langsung mengabaikan JK yang tadi mengajaknya bermain. Ibu dan anak itu berjalan menjauhi JK yang masih merasa janggal.

"Mungkin karena aku mantan calon adik iparnya, sehingga Jeongsan jadi mirip denganku...". Pikir JK mencoba berfikir rasional.

"Ah... Molla...". Ia pun menyerah, tidak mau berfikir lebih dalam. Toh yang ia tahu Eunha sudah menggugurkan kandungannya. Jadi mana mungkin Jeongsan itu anaknya.

***

"Eomma sungguh akan menemaniku?". Bisik Jeongsan. Ia tahu jika ibunya itu rahasia maka ia bicara dengan suara pelan.

"Wae? Kau tidak suka Eomma datang?". Canda Eunha dengan suara pelan pula. Jeongsan langsung menggeleng cepat.

"Anni, aku suka setengah mati". Sahut anak itu seperti orang dewasa.

"Yak! Siapa yang mengajarimu bicara begitu, eoh?". Omel Eunha. Jeongsan cekikikan melihat ibunya mengomel. Ia rela dimarahi Eunha setiap hari, asal selalu bertemu perempuan itu.

"Aku meniru drama yang ditonton Imo". Eunha berdecak, Jiwon memang kadang mengajari Jeongsan yang tidak-tidak. Ibu dan anak itu beradu mulut dengan lucu, yang melihat tentu saja gemas. Suaranya sama-sama imut.

"Jeongsan-ahh, ayo main". Teriak Geum Do, disampingnya ada Jaeyuk.

"Tidak mau, aku mau main dengan Imo saja". Tolak Jeongsan.

"Ya sudah kalau tidak mau, aku tidak akan mengembalikan robot mainanmu. Wleeee....". Ancam Jaeyuk sambil menepuk bokongnya didepan Jeongsan. Eunha terkekeh melihatnya, dasar bocah.

"Yak!...". Teriak Jeongsan mau menangis. Eunha tahu mainan robot sangat berharga untuk anak kecil seperti Jeongsan. Lantas perempuan itu berjongkok didepan Jeongsan untuk membujuk.

"Bermain saja dengan mereka, Imo akan bantu-bantu di dapur. Nanti juga ada Rin B dan Hyewon Imo yang menemani Jeongsan bermain. Ne?". Eunha merapikan poni Jeongsan. Jeongsan yang patuh pun mengusap air matanya dan mengangguk kecil.

"Pintar, sana main". Jeongsan langsung berlari kearah Jaeyuk dan Geum Do. Eunha melambai pada ketiganya dan membiarkan Jeongsan berlarian dengan teman-temannya itu.

"Lihatlah tiga anak itu, sangat bar-bar. Acara begini saja orangtuanya tidak ikut. Harusnya mereka datang agar bisa melihat kelakuan anaknya. Haishhh...". Kata salah satu ibu dengan jengkel. Sayup-sayup Eunha mendengar obrolan para ibu-ibu.

"Tidak heran karena kurang perhatian. Yang paling membuat curiga adalah Jeongsan...". Eunha langsung membuka telinganya lebar-lebar saat nama anaknya disebut.

"Lihatlah wajah anak itu tidak mirip dengan wajah ibu dan ayahnya. Jangan-jangan anak pungut". Lanjut ibu-ibu itu sambil berbisik. Eunha mengepalkan tangannya karena kesal. Astaga anak sekecil Jeongsan dijadikan bahan gosip.

"Heol... Benar juga. Pantas tidak pernah datang kepertemuan, kalau bukan anak kandung memang biasanya diabaikan. Kenapa aku baru sadar sekarang ya?". Sahut ibu yang lain dengan gemas.

"Coba kita tanyakan pada ibu-ibu yang lain di grup, apa mereka sependapat dengan kita?". Usul ibu yang lain. Lalu mereka mulai heboh, dan meramaikan grup kelas Matahari. Eunha yang diam-diam masuk di grup kelas pun membaca pesan yang dikirimkan salah satu ibu.

Grup kelas Matahari

Ibu Doosan

Lihat, Jeongsan tidak mirip dengan ibu dan ayahnya, apa dia anak pungut? Siapa yang sependapat?

"Haishh... Jinjja...". Desis Eunha sembari menatap ibu-ibu itu dengan tatapan mematikan.

"Omooo... Salah grup. Ottokhae? bagaimana kalau Eomma Jeongsan membaca?". Ibu yang menulis pesan itu panik karena malah mengirim pesan di grup kelas Matahari yang ada ibu Jeongsan-nya.

"Cepat hapus, sebelum Eomma Jeongsan membaca". Seru ibu yang lain.

Terlambat! Eunha sudah lebih dulu membaca dan berjalan kearah segerombolan ibu-ibu biang gosip dengan dua tanduk di kepalanya.

To be Continue...


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C5
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous