Di dunia ini tidak harus selalu menjadi orang baik jika perlu sesekali jadi orang jahat karena pada kenyataannya dunia ini tidak selalu memanusiakan manusia.
Apa yang kamu anggap manis tidak selamanya manis toh kue yang di buat dengan bahan dasar gula pada kenyataannya selalu ada yang rasanya kurang manis. Dan apa yang kamu anggap pahit tidak selamanya pahit toh kopi saja yang jika di tambahkan gula pahitnya akan ternetralkan. Sama seperti hidup akan selalu ada pahit dan manis ketika keduanya seimbang dan mampu menopang percayalah tidak akan ada yang namanya terlalu manis dan terlalu pahit yang ada hanya perpaduan rasa yang nikmat.
Tidak terasa dunia ini semakin menunjukan sisi buruknya, di tambah pertumbuhan usia yang sudah memasuki kepala dua membuat gadis berambut coklat, hidung mancung, senyum kempis, bola mata coklat dan sangat menyukai warna pink itu terpaksa menuruti semua permintaan Ibunya. Bagaimana tidak gadis itu mempunyai keyakinan bahwa Ibu adalah segalanya, kebahagiaan ibu adalah hal yang utama. Hidup dan tumbuh dari keluarga muslim membuat dirinya mempercayai bahwa surga berada di telapak kaki ibu dan ibulah yang harus selalu dia hormati karena ridha ibu adalah ridha Allah dan murka ibu adalah murka Allah.
Namanya Latte Macchiato, terdengar seperti nama minuman yang dijual di cafe-cafe bukan? tapi dia berbeda dia bukan Latte Macchiato yang biasa disajikan di cafe. Dia adalah tokoh utama dalam cerita fenomenal ini.
"Atte." Itulah nama panggilan gadis itu
"Iya Mah ada apa?" sahut Atte dari arah kamarnya.
"Mamah ingin kamu mengelola bisnis ayah di Jakarta," pinta wanita
paruh baya itu yang sudah berada di depan pintu kamar anaknya.
"Tapi Mah, Atte tidak pandai dalam berbisnis," sanggah Atte.
"Kamu ya kebiasaan selalu menyerah sebelum mencoba. Ayah kamu sudah tidak ada Atte, mau sama siapa lagi di urusnya? Kamu satu-satunya pewaris tunggal Ayah kamu kalau bukan kamu siapa lagi?" kekeh wanita paruh baya itu Wulan namanya.
Semenjak kepergian Ayahnya Atte dipaksa harus mengurus cafe peninggalan ayahnya di Jakarta, membuat kehdiupan Atte semakin dikekang.
"Atte ingin kuliah Mah, lagi pula Atte tidak sepandai Ayah dalam membuat kopi," pembelaan Atte.
"Kamu enggak usah kuliah! buat apa kuliah? Sekolah saja kamu bermasalah, mamah tidak bisa banyangkan kalau kamu kuliah terus kamu buat onar lagi kayak di sekolah, mau jadi apa kamu? Mending kamu urus aja bisnis Ayah," Tegas wanita paruh baya itu Wulan namanya.
"Jadi mamah nyalahin aku kalau aku selalu buat masalah di sekolah? Mamah pernah gak sih mikirin perasaan aku? bagaimana jadi aku? kalau saja mama tidak memaksa aku untuk masuk kesekolah itu dan mengambil jurusan IPA aku tidak akan bermasalah mah. Mamah kan tahu dari aku SMP aku tidak suka dengan IPA lalu kenapa mama maksa aku buat masuk jursan itu? Coba mamah pikirin perasaan aku? mamah pikirin bagaimana aku harus mencoba memahami semua yang tidak aku sukai," ucap Atte seraya bercucuan air mata.
"Tidak ada tapi-tapi Minggu depan mamah anter kamu ke Jakarta, di sana ada Om Rudi dan tante Mayang yang akan mengajarkan kamu membuat Kopi yang enak," final Wulan.
Dari sinilah awal mualanya.
"Keputusan mamah sudah bulat. Minggu depan kamu ke Jakarta," final Wulan seraya pergi meninggalkan kamar Atte.
Atte menghela nafas kasar lagi dan lagi perdebatan dimenangkan oleh Ibunya tanpa mendengar penjelasan dari Atte. Terlihat egois memang semua yang Atte utarakan tidak pernah didengar oleh Wulan.
"Mamah egois," teriak Atte tanpa sadar liquid bening menetes di bola mata coklat miliknya.
"Ayah kenapa ayah tega sama aku, dari kecil hidup aku sudah seperti dipenjara Yah,"
"Engga ada yang sayang sama aku,"
"Engga ada yang pernah mengerti perasaan aku, Engga ada yang mengerti apa yang aku mau," teriak gsdis itu terlihat sangat kecewa.
Gadis itu membaringkan tubuhnya di kasur berukuran king size bermotif bunga, liquid beningnya tak hentinya menetes menandakan dirinya sangat tertekan dan kecewa.
DoReMi... DoReMi...
Benda pipih yang tergeletak di nakas berbunyi menandakan ada pesan masuk kedalam benda berlogokan apel digigit. Atte sudah hafal nada pesan itu karena ia sengaja memasanya khusus.
Bii❤
Sayang Bangun! Jangan lupa ya Hari ini pukul 13.00 kita ada tes masuk untuk ke Perguruan Tinggi.
Pesan WhatsApp yang masuk dari kekasihnya itu membuat Atte tak semakin bersedih. Pasalnya hari ini dirinya akan mengikuti tes Ujian bersama dengan kekasihnya untuk masuk keperguruan tinggi harus di kubur dalam-dalam. Semangat yang membara membuat gadis cantik berkaos paris itu lemas. Universitas dan Jurusan yang ia impikan harus terpaksa ia relakan demi kebaktian anak kepada ibunya.
Apa kalian pernah merasakan bagaimana jadi Atte ketika dirinya harus mengubur impian dalam-dalam setelah 1 tahun penantian. Atte memang anak yang tidak pernah setengah-setengah dalam berusaha, satu tahun ia belajar soal-soal dalam buku panduan SBMPTN hanya untuk bisa masuk perguruan tinggi tahun ini.
"Mamahhhhhh jahatttt," teriaknya.
Drrrtt...Drrrttt.
Panggilan masuk dari kekasihnya memnuat Atte terdiam.
"Hallo, Assalamualaikum sayang."
Tak ada respon apapun dari gadis itu, ia bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa kepada kekasihnya yang sudah menemani dirinya berjuang untuk masuk perguruan tinggi.
"Atte sayang kenapa diam? hallo."
"I...Iya Bii." Gadis itu terlihat gugup.
"Kamu kenapa? Sehat kan? Aku tahu kamu baru bangun tidur ya."
"Aku sudah bangun dari tadi Bii."
"Syukurlah kalau sudah aku cuma mau mengingatkan takut kamu lupa, hari ini ada jadwal seleksi SBMPTN pukul 13.00 WIB di gedung SMA Harapan Kasih Bandung."
"Aku engga lupa Bii, tapi masalahnya aku engga bisa ikut Bii."
"Kenapa bukankah ini impian kamu sayang? Kamu sudah belajar dengan keras sayang masa kamu akan menyerah sebelum bertanding."
Mendengar hal itu membuat Atte kembali meneteskan liquid beningnya.
"Ini semua karena Mamah kamu?"
Gadis itu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak, pasalnya dirinya tidak mampu menjelaskan semua permasalahan ini kepada kekasihnya itu. Sudah banyak keluhan yang ia selalu utarakan kepada laki-laki yang sudah ia pacari selama 4 tahun ini.
Raga Fatih Alaksa namanya laki-laki dengan gigi gingsul, tinggi badan 175 cm, berkulit hitam manis dan dia sangat menyukai coklat. Laki-laki yang Atte temui di tahun 2017 di SMA TARUNA BANGSA . Atte sangat mencintai Aga dan begitupun sebaliknya mereka kerap menjadi sorotan murid seantero SMA TARUNA BANGSA karena mereka selalu menjadi pembawa Acara ketika ada acara sekolah.
Mereka selalu mensupport satu sama lain bahkan, Aga sampai rela menunda 1 tahun untuk tidak masuk perguruan tinggi agar bisa masuk di tahun yang sama, universitas yang sama dengan jurusan yang mana bersama Atte gadis yang ia cintai.
***
Waktu sudah menunjukan Pukul 12.00 WIB. Gadis itu sudah terlihat cantik mengenakan Hoodie berwarna Biru tua dan celaja jins berwarna senada membuat gadis itu terlihat cantik, di tambah jepitan kupu-kupu hadiah dari Aga yang terpasang di rambutnya semakin menambah aura kecantikannya.
"Atte, 5 menit lagi! mamah tunggu mobil," teriak Wulan terdengar sampai kamar Atte.
Gadis itu bercermin dan merapihkan rambutnya untuk memastikan apakah sudah rapi dan tak lupa ia memoles tipis lipstik menambah kesan natural di wajahnya. Setelah di rasa rapi, gadis itu mematikan lampu kamar dan pergi meninggalkan kamarnya.
Sementara itu di tempat lain, Aga masih tidak paham mengapa Atte seperti itu. Pasalnya baru kali ini Atte mematikan telpon secara sepihak dan apa alasan Atte untuk tidak hadir di Seleksi SBMPTN nanti? Ini bukanlah Atte yang dia kenal, Atte yang selalu menceritakan semua permasalahan yang selalu ia alami, Atte yang tidak pernah putus asa dan Atte yang selalu ceria dan humoris hari ini semua itu telah hilang dalam hidup Atte.
Aga kembali menelpon kekasihnya berharap Atte mengangkatnya telponnya dan mendengar alasannya.
"Ayolah Atte angkat," gumamnya khawatir.
Sudah hampir 20 Menit Aga menelpon kekasihnya itu namun tak kunjung ada respon dari Atte. "Arrggghhh." ponsel yang Aga genggam terpental ke lantai, akibat gunjangan yang dasyat membuat layar ponsel itu retak.
***
Kini Atte sudah berada di Mobil, gadis itu duduk di samping Wulan dengan raut wajah sendu dan tak bersemangat. Sudah jelas Atte tidak menyukai keputusan ini, baginya ini adalah keputusan yang sangat berat apalagi dirinya tidak memberitahu Aga tentang kepergiannya hari ini. Dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana jika nanti Aga kecewa sebab dirinya tidak memberitahu laki-laki itu. Semua ini Atte lakukan demi kebahagiaan Ibunya meskipun dirinya sendiri tidak bahagia.
"Perlengkapan kamu sudah di bawa semua? tidak ada yang ke tinggalankan?" tanya Wulan.
"Sudah," sahut Atte pelan.
"Di Jakarta nanti kamu jangan menyushkan tante Mayang dan om Rudi ya! ingat kamu urus saja bisnis ayah dengan baik mamah yakin kamu pasti bisa, coffe shop yang Ayah punya akan tumbuh lagi ditangan yang tepat," harap Wulan.
"I...Iya Mah aku paham," jawab Atte.
Keheninganpun terjadi diantara keduanya. Atte yang sibuk membaca novel sambil mendengarkan earphone berisikan lagu-lagu kesukaannya, sedangkan Wulan yang fokus menyetir memperhatikan jalan.
1 Jam kemudian, mobil yang Atte tumpangi bersama Wulan tiba di suatu rumah bercat pink dengan halaman rumah yang luas dan hijau. Wulan memarkirkan mobil di depan, kemudian dia turun dan diikuti oleh Atte.
Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 45 tahun keluar dari rumah itu mengenakan pakaian yang terlihat cocok di pakainya seraya tersenyum melihat Atte dan Wulan datang.
"Pak tolong ya koper nya di bawa ke dalam!" pinta pemilik rumah itu Mayang namanya.
Security rumahpun membawa koper yang diperintahkan ke dalam rumah. Sementara itu, Wulan dan Atte menghampiri Mayang dan menciumi pipi kiri dan pipi kanan tanda sudah lama tidak bertemu.
"Hallo apa kabar Wulan?" sapa Mayang tersenyum.
"Alhamdulillah baik May, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" Wulan balik tanya.
"Alhamdulillah baik seperti yang kamu lihat sekarang," ucap Mayang seraya mengelus perutnya.
"Alhamdulillah akhirnya kamu mengandung juga May, sudah berapa bulan?" tanya Wulan kembali.
"Iya Lan, Alhamdulilah Allah akhirnya memberikan kepercayaan kepada kami untuk bisa memumpunyai keturunan. Sudah jalan 8 bulan," jelas Mayang.
"Ini Atte," ucap Wulan.
Atte pun menyalami tantenya itu seraya tersenyum manis. "Hallo tante."
"Hallo, sudah bersar ya sekarang cantik pula dari kecil saja sudah cantik ya hehe," ucap Mayang.
"Tante bisa aja. Tante juga cantik," sahut Atte.
"Ya udah yu masuk masa berdiri terus di luar," tutur Mayang mengajak Wulan dan Atte masuk kedalam rumah.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 14.30 WIB. Sauasana ruangan yang dipakai untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang biasa disingkat SBMPT sudah dipadati oleh peserta. Para peserta fokus mengerjakan soal-soal yang diujikan. Begitupun dengan Aga, laki-laki itu fokus menatap layar komputer dan menjawab satu perstau soal tersebut.
"Waktu yang tersisa 15 menit lagi, saya harap kalian mampu menyelesaikannya tepat waktu. Dan periksa kembali soal yang telah di jawab jangan sampai ada satu soalpun yang tidak disi! itu akan mengakibatkan fatal," ucap panita yang berjaga di ruangan tersebut. "Pastikan kembali pemilihan Perguruan Tinggi yang kalian mau dan jurusannya jangan sampai kalian salah memasukannya itu juga bisa mengakibatkan fatal," sambung wanita itu lagi.
Setelah 13 menit berlalu, sebagian peserta ada yang sudah selesai mengerjakan soal itu dan memilih diam di tempat sampai ada instruksi untuk keluar kelas. Setelah diperiksa dan dirasa yakin Raga mengsubmit jawabannya dan ujianpun selesai.
Kring...kring...kring
Denting bel berbunyi menandakan waktu pengerjaan ujian selesai. Seluruh peserta satu persatu pergi meninggalkan sekolah begitupun dengan Aga ia memutuskan untuk pulang dengan menggunakan motor vario berwarna hitam miliknya.
***
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK