Bergerak dalam kegelapan, mereka melihat sesuatu yang menjadi ancaman untuk keberadaan mereka. Sebuah cahaya yang tidak bisa mereka telan, menjadi satu-satunya ancaman nyata selain sosok yang menjadi kebencian mutlak.
"Ini adalah kesempatan kita. Pasukan utama Holy Civitas sedang terpecah ke berbagai kota. Pemimpin mereka bukanlah halangan untukmu, kan?"
Suara menggema diantara pepohonan rimbun, tanpa ada seorang pun selain seclain dirinya
"Ya."
Suara lembut menyahut ucapannya, berbicara kepada permata hijau yang bercahaya.
"Kalau begitu lakukanlah. Jika Holy Civitas jatuh, maka pergerakan kita akan jauh lebih leluasa."
Sebuah perintah yang mutlak, tak bisa sedikitpun ia tentang. Meskipun bisa, ia tidak akan pernah melakukannya. Dia menyeringai puas dengan dibalut kengerian segala rupa.
"Baiklah, dimengerti. Tuan, ku."
Setelahnya ia menjawab, kehancuran kota perdagangan telah ditentukan.
**