Télécharger l’application
19.33% Last Boss / Chapter 35: Chapter 35 - Menjelajahi Dungeon

Chapitre 35: Chapter 35 - Menjelajahi Dungeon

Di bagian barat luar Ibukota Kekaisaran Iblis, ada sebuah gua yang sangat dalam bagai tak berujung diantara bukit-bukit tinggi. Beberapa orang atau sekelompok orang yang menjelajahi gua itu hanya sedikit yang berhasil kembali dengan selamat, ada juga yang kembali dengan beberapa orang saja, bahkan ada yang sama sekali tidak kembali dengan selamat. Monster-monster yang bersemayam di dalam gua itu tidak melepaskan siapapun yang berani masuk kedalam gua mereka, seakan sedang menjaga sesuatu yang sangat penting di ujung gua itu.

"Setidaknya itu informasi yang saya dapat tentang dungeon ini," Ucap Scintia setelah menjelaskan panjang lebar kepada Tuannya yang saat ini tampak sangat terlihat tertarik dengan gua yang ada dihadapannya.

"Hee begitu ya, kedengarannya luar biasa," Balas Void tampak kekaguman terlukis jelas di wajahnya.

Sesuai dengan rencana Void kemarin, hari ini ia akan mengunjungi sebuah dungeon. Dengan pakaian seperti seorang petualang, begitu juga dengan Scintia yang memakai seragam tempurnya, mereka berdua menyamar sebagai seorang petualang yang akan menjelajahi sebuah dungeon.

"Paduka … Apa kita harus melakukan ini?" Tanya Scintia merasa sedikit khawatir.

"Hmm? Tidak juga, aku hanya ingin melihat-lihat saja," Balas Void sambil tersenyum lebar.

Void tidak memiliki rencana khusus untuk mendatangi dungeon, seperti yang ia katakan, ia hanya ingin melihat bagaimana isi di dalam dungeon. Alasannya sangat sederhana, sampai Ink Owl yang mendengar hal itu sempat menolak keinginan Void.

"Kalau begitu kenapa paduka ingin ke sana jika paduka tidak memiliki alasan khusus?"

Ketika ditanya seperti itu dengan nada khawatir, Void hanya menjawab.

"Apa aku perlu alasan khusus untuk berpergian?"

Jawaban seperti itu tidak akan pernah membuat Ink Owl puas, akhirnya Ink Owl memaksa Void untuk membawa Scintia sebagai pengawalnya.

Tidak seperti Ink Owl, Scintia hanya menuruti perkataan tuannya saja. Meski ia khawatir dengan apa yang dilakukan Void, tapi ia sama sekali tidak menolak permintaan Void untuk menjelajah dungeon.

"Ayo."

Void melangkah dengan percaya diri masuk ke dungeon mendahului Scintia. Gua itu tidak ada bedanya dengan gua pada umumnya, sedikit rasa mencekam bisa mereka rasakan ketika melewati mulut gua. Bebatuan yang menggantung di langit-langit gua juga kelelawar yang menggantung bersamanya, jantung Void berdebar kencang karena ini adalah pertama kalinya ia masuk kedalam sebuah gua.

"Scintia, apa kamu pernah masuk kedalam dungeon?"

"Belum pernah, paduka."

Void menoleh kebelakang sesaat memastikan keberadaan Scintia sambil membalas jawabannya. 

"Begitu ya, kalau begitu ini adalah pertama kalinya untuk mu ya?"

"Benar."

Scintia bukanlah seorang petualang atau prajurit istana, ia hanya seorang pelayan yang memiliki kemampuan bertarung untuk melindungi tuannya. Tidak pernah dirinya menjelajah sebuah tempat atau berpergian ke tempat yang jauh dari istana, karena dirinya tidak bisa melakukan hal itu. Pekerjaanya sebagai pelayan pribadi sang Kaisar melarangnya untuk melakukan itu, kendatipun ia bisa melakukannya, ia tidak ingin melakukan hal seperti itu.

Meninggalkan percakapan singkat itu, mereka terus melangkah menelusuri gua yang semakin gelap dan terasa begitu mencekam.

"Magic, Fire, level one."

Api keluar dari telapak tangan Scintia memberikan cahaya untuk sekeliling mereka. Teo menoleh kebelakang, sedikit terkejut ketika cahaya bersinar dibelakangnya, tahu itu Scintia, ia hanya tersenyum tipis kepadanya. Scintia berjalan di samping, menuturi langkah Void memberikan cahaya untuk jalan mereka. Meski tidak terlihat sampai ke ujung gua, setidaknya mereka masih bisa melihat jalan yang mereka tapaki.

"Ah …"

Langkah Void terhenti, tubuhnya terasa tersengat listrik dengan tegangan yang sangat rendah. Disaat yang sama, cahaya biru di sudut matanya berkedip cukup kuat, memberikan sebuah pesan untuk dirinya. Void membuka layar sistem, pada kotak tulisan 'map' sebuah titik kecil berwarna merah berkedip dengan perlahan. Peta yang ada di layar sistem menunjukkan dungeon yang baru ia telusuri, hanya bagian yang ia lewati saja yang terlihat selain itu hanya berwarna hitam.

"Paduka, aura ini … Monster mendekati kita," Ucap Scintia juga merasakan keberadaan pahit dari sosok itu.

Titik merah dari bagian hitam peta tiba-tiba muncul, cukup cepat titik merah itu mendekati dua titik biru yang berdekatan–menunjukkan keberadaan Void dan Scintia. Titik merah itu semakin dekat, Void menutup layar sistem dan memusatkan pandangannya ke depan, Scintia mensejajarkan dirinya dengan Void, mengulurkan api di tangannya ke depan. Suara geraman terdengar, tidak banyak, hanya ada 1 monster yang mendekati mereka. 

"Itu … Hound one-eye," Ucap Scintia mengidentifikasi monster yang datang dari kegelapan gua.

Monster itu seperti seekor anjing, berwarna hitam pekat namun hanya memiliki satu mata merah menyala di kepalanya. Dia menggeram, menunjukkan ancaman kepada Void dan Scintia. Void seharusnya terkejut saat melihat monster yang baru petama kali ia lihat secara langsung, apa karena ia sudah pernah melihatnya di dalam game? Tidak, bukan itu yang Void rasakan ketika melihat monster itu. Monster itu terlihat mengerikan, ia tidak menyangkal hal itu, tetapi rasa terkejut dan takut yang harusnya ia miliki tidak ia rasakan sama sekali.

Dengan tangan kiri Scintia menarik pedangnya, namun Void langsung membentangkan tangan kanan ke samping, memberi isyarat kepada Scintia untuk menahan serangannya.

"[Magic, Dark fire]"

Void mengeluarkan sihir api melalui tangannya, muncul di atas telapak tangan sama seperti api milik Scintia namun api milik Void berwarna hitam dengan sedikit warna biru di bagian dalam api itu. Void melempar apinya, melahap monster itu secara perlahan. Terbakar, monster itu berlarian kesana kemari, menabrakkan diri ke tembok gua berulang kali sampai health poin yang Void lihat dari monster itu mencapai angka 0. Benar-benar seperti di game, monster itu terkapar untuk sesaat kemudian tubuh monster itu pecah menjadi kepingan berwarna hitam yang melayang ke udara dan lenyap. Monster itu hanya meninggalkan sebuah tulang dan juga sebuah kristal biru transparan, Void mengambilnya.

"Scintia, apa kau tau apa ini?" Tanya Void, sambil menunjukkan kristal itu kepada Scintia

Ia bertanya meski sudah tahu batu apa itu, Void tahu berkat kehidupan sebelumnya yang sudah dangat hafal dengan berbagai item di dalam game Aester World.

"Itu adalah batu sihir, paduka," Jawab Scintia sambil mendekatinya.

Batu sihir memiliki banyak kegunaan terutama untuk pembuatan alat-alat sihir, walau begitu batu sihir perlu melalui proses pemurnian terlebih dahulu untuk menjadikannya batu sihir murni–batu sihir yang jatuh dari monster akan tercemar dengan energi sihir si monster itu, bukan berarti tidak bisa digunakan tetapi akan sangat berbahaya jika manusia langsung menggunakan batu sihir yang di dalamnya terdapat aliran sihir dari seekor monster, resiko paling sering terjadi adalah batu sihir itu akan meledak dan paling buruknya dapat membuat orang tewas akibat ledakan itu. Karena itu, para petualang sangat dilarang untuk melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap batu sihir, mereka akan diminta untuk menyerahkan batu sihir itu kepada guild dan sebagai gantinya mereka akan mendapat uang, singkatnya mereka diminta untuk menjual batu sihir itu.

"Benar, setiap batu sihir memiliki kualitasnya sendiri, setiap warna mewakili tingkatan mereka, kau tahu hal itu?" Tanya Void lagi.

"Iya paduka, saya mengetahuinya. Tapi sejujurnya saya belum pernah melihat batu sihir dengan warna selain biru transparan," Jawab Scintia.

"Begitu. Ya, batu sihir kelas biasa ini memang yang paling sering ditemui, selain dari monster kau juga bisa menemukannya di pertambangan," Balas Void lalu kembali melangkah kedalam gua "Batu sihir terbagi menjadi 5 kelas, yaitu biasa, dasar, langka, super, dan terakhir adalah mystic. Batu sihir kelas biasa dan dasar biasanya akan diproses untuk dijadikan alat-alat sihir, seperti tongkat sihir, pedang sihir atau menjadi sumber cahaya tapi biasanya yang menjadi sumber cahaya itu batu kelas dasar. Lalu batu tingkat langka biasanya sering digunakan untuk membuat pelindung sihir yang memiliki jangka panjang, berbeda dengan sihir yang dirapal, pelindung sihir yang diciptakan dari batu sihir itu selain kuat juga memiliki waktu yang sangat lama untuk berhenti aktif. Kamu pelindung sihir yang melindungi Ibukota?"

"Eh? Ibukota dilindungi pelindung sihir!?"

Scintia tidak mengetahuinya, ia nampak baru pertama kali mendengar hal itu. Tapi Void sendiri tidak bisa menyalahkan Scintia, ia menyadari ada pelindung sihir yang membentang di atas langit Ibukota Kekaisaran, membentuk seperti kubah namun sangat tipis sampai keberadaanya terasa tidak ada. Ia yang menjadi Kaisar Iblis sedikit kesulitan menyadarinya, apalagi Scintia yang hanya Iblis biasa. Jika bertanya kenapa pelindung itu dibuat sangat tipis, Void tidak akan kebingungan. Pelindung itu tidak benar-benar dibuat dengan sangat tipis, hanya saja kekuatannya sengaja diatur menjadi sangat kecil agar tidak mengganggu penduduk Kekaisaran.

"Ya, tentu saja di Ibukota ada pelindung sihir. Pelindung itu akan terlihat jika Ibukota berada dalam bahaya, aku tidak perlu menyebutkan alasan pelindung itu dibuat kan?"

"Tapi paduka, bukankah batu sihir kelas langka itu sulit dan cukup mahal harganya? Apalagi jika membuat pelindung dari batu sihir itu pastinya perlu lebih dari satu atau bahkan ukurannya perlu lebih besar dari jatuhan monster tadi?"

Void bergumam sesaat sambil memegangi dagunya, ia tidak menyangkal jika harga batu sihir kelas langka memang cukup mahal terlebih ukuran batu sihir juga mempengaruhi kualitas batu itu. Benar seperti apa yang dikatakan Scintia, batu sihir itu sangat mahal dan juga perlu batu yang besar untuk membuat sebuah pelindung yang menutupi sebuah kota besar seperti Ibukota Kekaisaran, semakin besar batunya semakin mahal pula harganya, belum lagi biaya perawatan dan lainnya akan semakin menambah biaya. Tetapi, Void yang sebelumnya terus mempertahankan batu-batu itu untuk tetap berada di posisinya dan menjalankan tugasnya.

"Benar, lalu kenapa?"

"Ke--kenapa? Apa itu ... Tidak membebani Kekaisaran?" Tanya Scintia, suaranya terdengar gemetar, ada ketakutan saat ia bertanya seperti itu.

Void menoleh kearahnya, menyimpulkan senyuman kecil kemudian menjawabnya "Nyawa seseorang jauh lebih mahal harganya dibanding batu sihir, Scintia. Berapapun kekayaan yang dimiliki Kekaisaran, tidak akan pernah bisa mengganti nyawa seseorang."

Lembut, ia tidak membentak Scintia, tidak juga memarahi Scintia akan tetapi ucapan Void yang diberikan kepadanya membuat dirinya sangat menyesali pertanyaanya, Scintia membungkuk dengan tubuh gemetar karena kesedihan yang ia rasakan ketika mendengar apa yang dikatakan Void.

'Bodohnya aku ... Paduka sudah mengorbankan segalanya untuk nyawa bangsa Iblis, kenapa aku bertanya sesuatu uang tidak penting?' Pikirnya mengutuk ucapannya sendiri.

"Maafkan Saya, paduka."

To be continue


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C35
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous