Pelatihan dilakukan secara bersamaan, terdapat beberapa kota yang menjadi pusat pelatihan setiap wilayah. Di utara terdapat 3 kota dengan jumlah maksimal perekrutan mencapai 200 orang di setiap kota, bagian selatan terdapat 2 kota dengan maksimal setiap kota 300 orang, bagian barat terdapat 3 kota dengan maksimal setiap kota 100 orang, bagian timur terdapat 4 kota dengan jumlah maksimal setiap kota 100 orang dan yang terakhir adalah Ibukota yang tepatnya dipusatkan di benteng Drachen–utara Ibukota–dengan jumlah maksimal mencapai 512 orang, seharusnya begitu. Tetapi, kehadiran Edward membuat benteng itu melebihi batas kapasitas penerimaan calon prajurit, tetapi itu tidak berimbas besar kepada calon prajurit yang lain tetapi hanya berpengaruh besar kepada Edward dan perlakuan calon prajurit lain kepada Edward.
Para calon prajurit yang disebut Kadet berdasar pada peraturan lama merasa iri kepada Edward yang berlatih bersama Belial. Bagi mereka, dilatih oleh Belial adalah keinginan terbesar mereka. Tapi tidak dengan Edward, ia hanya ingin berlatih berpedang tidak peduli dengan siapa ia berlatih.
Siang hari, mereka kembali berlatih bersama pasangan mereka masing-masing, Edward juga mengalami hal yang serupa seperti kemarin yaitu tidak memiliki pasangan untuk berlatih, sebab itu sekarang ia kembali berlatih bersama belial dengan sorot mata tajam penuh amarah dari orang-orang sekitarnya.
"Tu--tuan Belial, maaf jika ini menyinggung Anda tetapi sepertinya saya merasa tidak enak jika terus seperti ini," Ucap Edward, merujuk kepada semua hal yang terjadi kepadanya saat ini. Belial juga menyadarinya, perasaan tidak suka dari hampir semua kadet yang melihat kearah mereka.
"Kau benar, apa sebaiknya saya menyuruh prajurit disini untuk menemani mu," Belial melirik ke bagain atas tembok, tempat prajurit penjaga benteng mengamati pelatihan juga mengawasi bagian luar benteng "Kau! Kemari!" Teriak Belial seraya menunjuk salah satu prajurit.
Prajurit itu langsung berlari, turun dari tembok melalui menara terdekat. Tidak lama ia mendekati mereka dan langsung berlutut di depan mereka berdua, mata prajurit itu bertemu dengan Edward begitu juga dengan Edward, ia hanya tersenyum tipis saat melihat wajah prajurit yang tidak asing di matanya.
"Tuan Al?"
Belial langsung menoleh kearah Edward ketika menyebutkan nama prajurit muda itu.
"Kau mengenalnya?" Tanya Belial.
"Eh? Benar Tuan, kemarin Saya sempat bertemu dengannya," Jawab Edward
"Begitu, kalau begitu lebih mudah. Al, Kau akan menjadi pasangan Edward, ambil ini," Ucap Belial memberikan pedang kayu miliknya kepada Al.
Al mengambilnya dengan perasaan ragu, jika ia mengambil pedang itu sama saja ia akan melawan sang Kaisar. Ia tahu jika Edward itu adalah Kaisar yang sedang menyamar sejak awal, pelatihan dimulai. Seorang Belial saja yang memiliki kedudukan sebagai Jenderal memiliki keraguan saat mengangkat pedangnya, bagaimana bisa seseorang sepertinya yang hanya penjaga benteng mengangkat pedangnya kepada seorang Kaisar? Saat wajahnya sangat terlihat begitu gelisah, pundak Al di pegang oleh Belial lalu berbisik di telinganya.
"Ini keinginan paduka, paduka akan memaafkan mu kalau dirimu melukainya, jangan sampai ragu. Anggap saja paduka seperti kadet lainnya, mengerti?"
Setelah membisikkan itu, Belial pergi dan berteriak kepada mereka semua untuk melanjutkan latihan mereka. Al mengerti maksudnya tetapi itu tidak menghilangkan keraguan dalam dirinya.
Dia pasti ragu, pikir Edward saat senyuman kaku muncul di wajahnya. Ia mengangkat pedangnya, memberi pesan tersirat jika dirinya bersedia melawannya dan Al diizinkan untuk melawan dirinya.
"Tolong, bimbingannya Tuan Al."
Al tidak bisa menolak, karena itu adalah keinginan sang Kaisar. Ia memberanikan diri untuk mengangkat pedangnya kepada Edward, memulai latihan mereka.
"Ba--baiklah," Ucap Al gugup.
Edward berlari dan mulai menyerangnya, namun tidak lagi sembarangan. Ia menyerang secara beruntun, namun lebih tepat sasaran dibandingkan saat melawan Belial di hari pertama. Akan tetapi, semua serangan itu berhasil ditepis dengan mudah. Dalam segi status, Edward lebih unggul dibandingkan Al, jauh lebih kuat juga jauh lebih gesit jika dibandingkan dengan Al. Akan tetapi, pengalaman Al lebih unggul dibandingkan dengan Edward, meskipun Al masih muda tetapi Al berkali-kali melalui latihan berat sebagai prajurit Kekaisaran karena itu serangan remeh yang Edward lakukan dapat terbaca dengan mudah.
Tapi kenapa serangan paduka mudah sekali terbaca? Pikir Al bingung dirinya dengan serangan sang Kaisar. Menurut penilaiannya, serangan Kaisar benar-benar seperti serangan seseorang yang tidak memiliki pengalaman berpedang.
'Ah begitu! Karena paduka sedang menyamar jadi beliau terlihat seperti seseorang yang tidak berpengalaman!' Kekagumannya kepada sang Kaisar menghapus semua perasaan curiga kepada kemampuan sang Kaisar.
"Kalau begitu … Aku juga harus bersikap sebagai pengganti Tuan Belial," Setelah ucapannya itu, Al menyerang Edward dengan sangat keras.
Begitu keras dan kuat, meski begitu serangan Al tidak mampu menerbangkan pedang Edward, berkat bantuan status yang lebih tinggi membuat Edward memiliki genggaman yang kuat.
"Haaa!"
Al melompat tinggi, mengayunkan pedangnya yang ia angkat setinggi langit ke bawah dengan sangat kuat tepat ke arah Edward berdiri, namun Edward berhasil menarik dirinya kebelakang dan melompat sedikit kebelakang. Serangan Al menyentuh tanah, ia terlalu kuat saat mengayunkan pedangnya sampai lengannya menarik tubuhnya membuat posisi tubuhnya sekarang hampir terjatuh, beruntung kedua kakinya dapat menyeimbangi tubuhnya, meski begitu itu membuatnya sedikit lebih lambat berdiri dan saat melihat kearah Edward, Edward mengambil kuda-kuda yang terasa tidak asing lagi bagi dirinya, juga bagi Belial yang mengawasinya dari jauh
Edward menekuk kaki kanan dan menariknya kebelakang, sedangkan kaki kirinya lurus berada di depan dan tubuhnya ia condongkan ke depan. Pedang yang ia genggam dengan sangat kuat itu berada diatas pundaknya, kuda-kuda yang ia lakukan sangat mirip dengan milik Belial di hari pertama.
Salah satu inti teknik milik Belial adalah kekuatan otot kaki yang digunakan untuk mendorong tubuhnya dengan kuat sampai menciptakan kecepatan yang tidak wajar. Meski tubuh Edward tidak sebesar milik Belial, tetapi daya tahan yang terhitung pada status sang Kaisar lebih tinggi jika dibandingkan dengan Belial.
Fokus Edward bagaikan magnet yang membuat orang-orang disekitarnya menoleh kepadanya, mereka dapat merasakan aura mengerikan keluar dari Edward, aura itu bagaikan hewan buas yang akan menerkam mangsanya.
'Eh? Apa … Kenapa? Apa aku berlebihan, apa aku membuat paduka marah? Ti--tidak … Aku pasti akan mati!' Al tidak dapat menegakkan tubuhnya, gemetaran dirinya ketakutan saat tahu dirinya sudah membangunkan monster paling mengerikan.
Edward melesat, menghempas apapun yang berada dibelakangnya. Al tidak dapat lari, meski ia melakukan itu pun habya berakhir sia-sia. Pasir berterbangan, menciptakan kepulan debu yang menutup pandangan para kadet yang menyaksikan mereka. Beberapa prajurit berdatangan bersama dengan Belial mendekati Edward dan Al, ketika debu tertiup angin barulah jelas pandangan mereka. Edward tepat berhenti di depan Al, mata pedang kayu milik Edward berada kurang dari 1 sentimeter dari leher Al. Edward menang, meski mereka berdua tidak dalam keadaan bertanding.
"Edward! Apa yang Kau lakukan?" Belial berteriak. Mendekati mereka berdua dengan raut wajah yang amat teramat mengerikan, Belial marah.
"Eh? Ah …," Seakan kesadarannya kembali, Edward kebingungan juga salah tingkah ketika Belial berteriak kepadanya.
"Tujuan pelatihan ini adalah agar kalian terbiasa memegang pedang, bukan untuk menunjukkan seberapa hebat kemampuan Kalian, mengerti?!" Ucap Belial dengan keras kemudian semua kadet menyaut ucapannya serempak dengan mengulangi kata terakhir yang Belial ucapkan "Apa Kau juga mengerti, Edward? Lihatlah apa yang Kau perbuat kepada prajurit ku. Lalu beberapa rekan mu juga terbang sampai keluar benteng, bahkan pintu benteng pun sampai terbuka lebar, astaga …"
Ketika melihat kebelakangnya, tidak sedikit orang yang terbang sampai ke dekat pintu benteng bahkan ada juga yang sampai terbang keluar dari benteng karena pintu besar yang mampu menahan peledak ikut terhempas, terbuka lebar berkat dorongan angin yang diciptakan Edward.
Meskipun serangan itu tidak melukai fisiknya, tetapi mental Al terluka parah. Ia mematung dengan mulut terbuka, pandangannya kosong dan tubuhnya sangat gemetar setelah membangunkan sosok monster yang sangat mengerikan. Ia tidak bisa bergerak, di panggil beberapa kali pun ia tidak merespon sampai prajurit lain harus menyeretnya untuk diperiksa keadaanya.
'Maaf, Al!' Bersamaan mengucapkannya dalam hati dan merapatkan kedua tangannya mengarah kepada Al yang diseret ke bangunan utama.
"Edward! Datang keruangan ku, Kau harus ku hukum!"
"Ba--baik!"
Ia mengikuti Belial setelah diberi perintah olehnya, berjalan menunduk seakan menyesal namun sebenarnya ia bahagia karena berhasil menirukan gerakan milik Belial.
To be continue
Pelatihan itu dalam sekejap beru ah menjadi pertandingan, hanya Edward dan Al yang merasa seperti itu. Disaat yang lain saling membantu melatih rekan mereka, Al dan Edward melangkah ke tahap yang lebih serius. Serangan Al yang menjadi agresif dibandingkan mereka mulai latihan bagaikan melemparkan sebuah sapu tangan kepada Edward, menantangnya untuk melawannya.
Edward tersenyum tipis, kemudian ia menjadikan Al sebagi percobaannya. Ia mengagumi teknik yang Belial gunakan untuk menyerangnya, kunci serangan itu berada pada kecepatan yang dihasilkan dari hentakan kaki Belial. Seperti yang Belial katakan, jika teknik itu hanya bisa digunakan jika kaki mereka sudah sangat kuat karena resikonya bisa sangat buruk jika mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup di kaki mereka. Kaki Edward yang kurus bagai batang kayu, jelas Kakinya akan langsung hancur jika ia menggunakan teknik itu akan tetapi itu berlaku jika ia memiliki kekuatan sesuai fisiknya.
Dalam status kemampuannya, Edward memiliki status lebih dari siapapun. Strength, Defense, Vitality, tiga atribut itu yang sangat mempengaruhi kemampuan tubuh, seberapa kuat dan tangkas tubuh Edward semuanya tertulis kedalam angka-angka di layar statusnya dan setiap atribut di layar statusnya memiliki 4 digit angka. Ia pun bertaruh, mempercayakan kakinya kepada sebuah angka-angka ganjil.
Ia melesat lebih cepat melebihi dari apa yang ia pikirkan 'Gawat! Jika Aku tidak berhenti, Aku akan menabraknya!' Itu yang Edward pikirkan dalam waktu singkat, ia menahan tubuhnya yang melesat dengan kakinya walau mustahil tapi ia berhasil berhenti tepat sebelum menghantam Al.
Karena keributan yang dibuat Edward, setelah hentakannya membuat orang-orang yang berada di belakangnya berterbangan, ia membuat Belial turun tangan dan membawa Edward ke ruangannya dengan alasan akan mendapat hukuman karena melakukan tindakan berlebihan. Tentunya Belial tidak benar-benar melakukan itu, ia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya kepada sang Kaisar.
"Luar biasa, Paduka. Anda meniru teknik Saya dengan sangat baik, bahkan Anda lebih baik daripada Saya," Ucap Belial, berlutut dirinya sambil memuji sang Kaisar.
"Kau berlebihan, Belial. Aku pun tidak bisa mengendalikan diri sampai hampir menabrak Al. Sepertinya Aku harus belajar menahan diri," Ucap Edward tersenyum kaku menyadari kelemahannya.
"Jika itu Anda, pastinya Anda mampu melakukannya dalam waktu singkat."
"Begitu, terima kasih."
Edward menyandarkan tubuhnya di kursi tempat biasa Belial duduk sebagai kepala prajurit di benteng itu. Ia memejamkan matanya, melepas lelahnya untuk sesaat sambil membuka layar statusnya. Taruhan itu dimenangkan olehnya, health bar sama sekali tidak berkurang ketika ia melakukan teknik milik Belial, kakinya pun tidak merasakan apapun setelah melakukan teknik itu, nilai dari tiga atribut itu benar-benar menjadi nilai kekuatan fisiknya.
'Luar biasa, sudah seperti Cheat saja … Tidak, walau begitu kekuatan ini masih tetap kalah dibandingkan dengan sang pahlawan,' Membandingkan kekuatannya dengan sang pahlawan adalah salah satu caranya agar tidak berpuas diri dengan kemampuan yang ia miliki 'Masih ada waktu 20 tahun lagi, itu waktu yang sebentar jika nyawa ku yang menjadi taruhannya. Lalu … Teknik tadi tidak masuk kedalam skill atau sihir? Itu luar biasa, mungkin itu namanya seni bela diri, luar biasa Belial,' Ia memuji Jenderalnya dalam hati.
Menutup layar status, ia kembali membuka matanya. Disaat yang sama, sosok pria bertubuh gemuk dengan kepala burung hantu muncul meninggalkan jejak lingkaran sihir di lantai untuk sesaat kemudian menghilang. Ketika sosok itu tiba, pertanda waktunya di benteng ini sudah berakhir. Meski sebenarnya masih banyak yang ingin Edward lakukan di tempat ini, tetapi ia tahu perannya sebagai Kaisar Void tidak bisa di tinggalkan.
"Paduka, Saya datang kemari untuk menjemput Anda," Ucap Ink Owl setelah dirinya berlutut.
"Hm!" Void menganggukkan kepalanya, ia tidak menjadi keras kepala seperti sebelumnya "Belial, sampai kapan pelatihan ini berlangsung?" Tanya Void.
"Itu … Pelatihan akan berakhir dalam waktu 28 hari lagi paduka," Jawab Belial sambil terus berlutut.
"Begitu, apa ada acara khusus dalam pelatihannya?" Tanya Void lagi.
Ink Owl mengangkat kepalanya dengan ekspresi terkejut, ia dapat menerka apa yang sedang sang Kaisar pikirkan.
"Tidak ada acara khusus paduka, tapi setiap akhir pekan Kami akan melakukan latihan tanding dan di akhir bulan kami akan meresmikan mereka semua."
Senyuman penuh arti terlukis begitu jelas di wajah Void sampai membuat Ink Owl ingin menghela nafas.
"Begitu, kalau begitu aku akan datang 3 hari lagi. Beritahu saja kepada mereka jika Aku dihukum selama 3 hari tidak boleh latihan atau semacamnya, ya sisanya kuserahkan padamu."
"Maaf untuk memperjelas, apa itu berarti Anda akan kembali kemari?"
"Keberatan?"
"Ti--tidak paduka."
Void tersenyum tipis mendengar respon Belial. Ink Owl tidak berkata apa-apa, tidak seperti sebelumnya yang menentang keinginan Kaisar, kali ini ia hanya diam karena tahu Kaisar tidak mungkin untuk dihentikan keinginannya dan untuk alasan lain, ia tidak ingin dianggap sebagai pengkhianat karena menentang keinginan Kaisar, kembalinya Kaisar ke istana sudah cukup untuknya.
"Ink Owl."
Void sudah berdiri di samping Ink Owl, memberi isyarat untuk membawanya dengan teleportasi untuk kembali ke Istana. Dalam hitungan detik setelah lingkaran sihir muncul di kaki mereka, Void dam Ink Owl berpindah tempat ke Istana, tepatnya ke ruang singgasana Istana. Ruang yang luas dimana tidak ada selain mereka, dirinya, Ink Owl dan juga pelayan yang tersenyum kecil di samping kursi singgasananya.
"Selamat datang kembali, paduka," Ucap Scintia mencondongkan tubuhnya.
"Oh Scintia, Aku kemba–. Eh?"
"Kuhuhu Paduka, melanggar ucapan itu tidak baik loh."
Senyuman kecil pelayan pribadinya itu sekejap berubah menjadi menyeramkan, kakinya langsung menolak untuk melangkah ke arah kursi singgasana. Scintia marah, jelas senyuman itu adalah bentuk kemarahan yang ia tunjukkan kepada Void.
"Tu--tunggu apa maksudmu?" Tanya Void.
Ia menoleh kearah Ink Owl meminta bantuan, tapi burung hanti itu hanya menundukkan kepalanya dengan mata terpejam, burung hantu itu seakan menolak untuk ikut campur masalah pelayan pribadi dan majikan.
"Anda bilang kemarin akan sebentar saja, tapi ternyata Anda berada disana selama satu malam. Mengingkari ucapan itu tidak baik, paduka."
Void tidak bisa membalas ucapannya, ucapan yang sama persis seperti apa yang pernah Ibunya katakan. Jika ia membantah, ia merasa seperti menbantah ucapan Ibunya sendiri.
"I--itu tidak masalah kan?" Balas Teo sembari memalingkan wajahnya.
"Tidak, itu masalah Saya juga. Sebagai pelayan pribadi Anda, Saya tidak bisa menerima Anda yang mengingkari ucapan Anda sendiri. Mengingkari ucapan itu tidak baik, Paduka. Seharusnya Anda sudah tahu hal itu, lalu ..."
Setelah itu, Scintia tanpa henti menceramahi Void sampai makan malam tiba. Meski dirinya seorang Kaisar, tetapi Void sama sekali tidak bisa membalas ucapan Scintia. Ia memilih terus menutup mulutnya dan berpura pura mendengar itu semua.
To be continue
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK