Felix telah memberikan semua jawaban yang diinginkan oleh Manager yang sedari tadi melontarkan beberapa pertanyaan padanya itupun tengah menunggu tanggapan dari Manager tersebut. Ia sangat berharap bisa mendapatkan tanggapan yang baik sehingga apa yang ia utarakan tadi setidaknya bisa menggerakkan hati Manager Brams untuk menerimanya.
Manager itu terlihat menuliskan beberapa coretan di secarik kertas yang berada di samping kanan mejanya. Felix tidak dapat melihat dengan jelas apa yang beliau tulis di kertas itu, sepertinya Manager itu sedang menulis ringkasan tentang jawaban dari Felix tadi. Sesekali ia juga melihat kembali biodata dan informasi mengenai Felix yang membuat Felix tambah tidak tenang.
Bagaimana tidak, ini merupakan pertama kalinya ia mengikuti interview untuk mencari pekerjaan. Ia baru kali ini melihat dan merasakan bagaimana canggungnya suasana yang tercipta selama proses interview membuatnya bingung harus melakukan apa selagi menunggu tanggapan dari Manager.
Beberapa saat kemudian, Manager itu berhenti dari aktivitasnya dan mulai berbicara. Saat berbicara, mata mereka saling bertatapan. Tampaknya Manager akan memberitahu hasilnya.
"Felix, saya kagum dengan jawaban yang anda berikan tadi saat saya menanyakan tentang 'nilai' anda. Beberapa orang yang saya tanyakan mengenai hal itu tidak mampu menjawabnya, ada juga beberapa orang terdiam sangat lama sebelum menjawab pertanyaan itu. Tapi anda berbeda, anda langsung menjawabnya dengan yakin sehingga itu menjadi nilai plus dari Felix.
Saya sebagai pengamat dan penguji dari calon pekerja disini ingin menyampaikan beberapa hal dulu sebelum memberikan keputusan saya. Kami disini mengikuti sistem yang ada, walaupun beberapa peserta kami anggap sudah memenuhi kriteria, tapi kami masih harus tetap mewawancarai calon-calon yang lain sehingga keadilan tetap kami jaga.
Setelah semua data dan nilai yang kami berikan terkumpul seluruhnya, saat itu kami baru bisa menyampaikan siapa yang bisa diterima di restoran kami. Jadi Felix, saya harap anda bisa menunggu setidaknya selama tiga hari apakah anda diterima ataukah tidak.
Saya berterima kasih karena anda sudah bersedia menyempatkan waktu untuk wawancara ini. Saya berharap yang terbaik untuk anda. Kami akan mengabari anda secepatnya." Kata Manager Brams pada Felix saat itu.
Felix yang mendengar itu hanya bisa mengangguk dan sesekali mengiyakan apa yang disampaikan oleh Manager Brams. Ia hanya berharap akan ada jalan baginya nanti. Ia hanya bisa berharap untuk sekarang karena ia sudah berusaha sebaik mungkin dengan jawabannya.
Setelah wawancaranya selesai, ia kemudian berpamitan dengan sopan kepada Manager itu. Manager itu pun membalasnya dengan sopan. Mereka pun berpisah kali ini, kembali ke tempat mereka semula berada.
Felix yang sudah tidak ada kegiatan pun akhirnya kembali ke rumahnya dengan hati yang kosong. Ia cemas namun juga tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu hasil yang akan keluar dalam tiga hari.
---
Di dalam perjalanan menuju rumahnya, ada beberapa cafe minuman yang menggugah selera. Kebetulan saat itu Felix juga kehausan setelah ketegangan yang ia alami di dalam ruangan interview. Ia pun berhenti di salah satu cafe yang ada di samping kiri jalan.
Ia hendak membeli minuman dingin supaya bisa meredakan hausnya dan menenangkan pikirannya. Ia lalu memilih minuman rasa strawberry, rasa yang mungkin masuk dalam list kesukaannya.
Ia juga hendak membeli satu burger kesukaannya. Tidak heran, ini sudah waktunya makan siang sehingga ia memilih untuk makan siang sekalian di cafe itu.
Tidak lama setelah ia memesan pesanannya, makanan dan minuman yang ia pilih pun telah selesai dan siap dinikmati.
Ia pun menikmati makanannya dengan tenang sendirian. Tidak ada yang menemaninya saat itu, tidak masalah juga baginya karena sebelum-sebelumnya ia juga sering makan sendiri.
---
Truttt~
Trutt~
Nada panggilan telepon terdengar tidak asing di telinga Felix. Ternyata disaat ia menikmati makanannya, seseorang menghubunginya melalui panggilan di ponselnya. Ia pun segera menjawab panggilan itu.
"Halo, Felix? Ini kakak Sam. Bagaimana wawancaramu tadi dengan Manager, apa berjalan dengan baik?" Ternyata orang dibalik panggilan itu adalah Sam. Ia terdengar sangat ingin tahu tentang wawancara Felix dengan Manager tadi. Felix pun langsung menjawab pertanyaan itu.
"Halo Kak Sam. Mengenai wawancara tadi, saya tidak yakin apakah jawaban yang saya berikan bisa diterima oleh Manager itu atau tidak. Tapi yang pasti, saya sudah berusaha yang terbaik Kak. Saya rasa jawaban saya sudah yang paling baik yang bisa saya berikan untuknya. Jadi, saya hanya bisa berharap akan datang hasil yang baik juga nanti Kak." Sahut Felix akan pertanyaan yang diajukan Sam di dalam panggilan itu.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Felix. Kakak doakan yang terbaik untukmu ya. Kira-kira berapa lama hasilnya itu akan keluar ya?" Tanya Sam pada Felix saat itu yang langsung dijawab olehnya.
"Manager mengatakan akan memberitahuku secepatnya. Mungkin nanti ia akan menghubungi Felix mengenai diterima atau tidaknya. Felix takut terlalu berharap Kak, jadi Felix tidak ingin memikirkannya. Takur Felix tidak diterima nantinya. Felix berharap semoga Tuhan berpihak pada Felix kali ini." Nada bicara Felix saat itu seolah sudah pasrah mengenai hasilnya, namun ia juga masih ingin berharap akan hal baik yang mungkin terjadi pada dirinya nanti.
"Jangan pasrah begitu, Felix. Tuhan pasti tahu kalau kamu sudah berusaha keras. Kakak juga akan berdoa untukmu, semoga hasilnya keluar dengan baik." Sam tidak ingin juniornya sedih saat itu, ia hanya ingin memberikan semangat untuk Felix agar Felix tidak patah semangat selagi menunggu hasilnya.
"Terima kasih Kak Sam, kakak memang orang yang baik dan sangat-sangat baik pada Felix. Semoga doa baik Kakak juga akan kembali padamu." Ucap Felix di panggilan telepon saat itu.
Pembicaraan mereka melalui panggilan ponsel itu pun telah selesai. Felix yang belum menyelesaikan makanannya pun kembali menyantapnya dengan santai sambil melihat keluar jendela.
Di luar terlihat jalan aspal itu telah basah oleh air hujan. Ternyata hujan turun tepat saat Felix mengakhiri panggilannya dengan Sam. Ia pun mau tidak mau menetap di sana sampai hujan reda agar ia tidak basah kuyup saat pulang nanti.
---
Tiga puluh menit pun berlalu sejak hujan mengguyur tempat itu, tampak dari dalam ternyata hujan itu perlahan mulai reda dan Felix pun bergegas kembali ke rumahnya agar hujan itu tidak turun semakin lebat nantinya.
Sesampainya di rumah, Felix langsung mengganti bajunya karena baju formalnya sudah terkena air hujan selama perjalanan menuju rumahnya. Tidak begitu basah, namun ia tetap harus menggantinya. Bagaimanapun juga, baju rumah adalah yang paling nyaman untuk dipakai saat ini.
Setelahnya ia melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana. Ia yang saat itu kelelahan pun akhirnya mulai tertidur. Tidak diragukan lagi, hari itu adalah hari yang melelahkan bagi Felix, bukan hanya fisiknya tapi juga pikirannya. Ia hanya akan tidur dan bangun untuk makan, lalu tidur lagi untuk hari ini. Tidak ada hal lain yang akan ia kerjakan untuk saat ini.