Chapitre 217: Tidak ikhlas menerima

"Enak ya, makan tinggal makan, tidur tinggal tidur."

Anakku yang capek kerja, kalian yang beruntung," cerocos bumer dengan cerita yang sama.

'Kasian kali anakku!"

Dia udah capek, di suruh nanggung anak orang lain juga,"

Huft ... Huft

"Gak ada akhlak. Entah dibawa kemana perikemanusiaannya!?"

Audrey yang hendak menyuap makanan pun langsung mengurungkan niat. Selalu begini, mertuanya seakan menganggap menantu dan daniz hanyalah lintah pengisap darah.

"Kalau udah di buat enak sama bagas, tau diri dong! Jangan membuat bangkrut orang lain.

Jangan tanya bagaimana sakitnya hati audrey tetap ditahannya mengingat ia tak punya siapa siapa lagi di kota iini.

Audrey membawa makanan yang ada di piring ke tempat lain, sasarannya ke kamar tidur. Biasanya kesempatan di meja makan untuk menyindir menantunya dan bukan untuk menikmati makanan makanan lezat itu.

Namun, kali ini audrey sengaja membantah setiap sindiran itu hanya karena tidak sanggup lagi menjadi samsak hidup mereka