"Dia suamiku, Tuan. Jangan bunuh dia! Aku akan menjadi janda dan anak-anakku akan menjadi yatim. Bayiku tidak akan pernah bisa melihat ayahnya," suara wanita itu sangat memelas.
"Abraham, kasihan dia. Istrinya sedang hamil dan anaknya masih kecil sekali, apa boleh aku memaafkannya? Kita beri saja hukuman berat yang lain?" Adaline, meskipun sangat tersakiti oleh suaminya tapi rasa simpati kepada sesama perempuan mulai muncul kepadanya.
"Aku hanya tunduk kepada pangeran, Tuan Putri. Aku tidak bisa menerima saran anda. Tugasku menggorok leher keduanya," jawab Abraham.
"Marqes! Justru seorang suami yang bejat sepertimu tak pantas mendidik dan dilihat oleh anak-anakmu! Manusia se hina dirimu yang telah memiliki istri dan anak tapi masih memperkosa gadis lain? Pantas dihukum mati! Kau tahu dia bukan gadis sembarangan. Dia sangat istimewa!" bentak Abraham dengan lantang.