David membutuhkan Alexa untuk mencegahnya meluapkan emosi. Maka dari itu, dia mengajak Alexa masuk ke kamar selagi dirinya mandi.
Pikir David, aku nggak akan marah-marah sendiri kalau ada dia di sini.
Sementara itu, Alexa yang tidak tahu harus melakukan apa selagi menunggu, hanya duduk diam sembari memeluk kedua kakinya di atas kasur.
Matanya melihat ke sana kemari mengamati betapa sederhananya kamar David. Seluruh dindingnya dicat putih. Ada lemari, tapi tidak ada meja rias. Hanya cermin berdiri dan nakas yang menjadi tempat pria itu menyimpan sisir, parfum, dan segala perlengkapan pria yang Alexa tidak terlalu paham fungsinya apa saja.
Dari atas kasur, Alexa mendengar shower dimatikan. Tak lama setelah itu, David keluar dengan handuk biru tua yang menuntupi bagian pinggang ke bawah, sedangkan perut dan dadanya dibiarkan terbuka.