Télécharger l’application
3.82% The Sides / Chapter 13: Tuan Asing Yang Tampan

Chapitre 13: Tuan Asing Yang Tampan

Hampir setengah jam lamanya, Putri Azaela sudah menjelajahi dan berputar-putar pada tempat yang sama di area sekolah yang sangat luas tersebut. Walaupun belum tahu apa yang menjadi tujuan pada tempat tersebut, namun hal itu tampaknya tidak terlalu berpengaruh padanya saat ini.

Putri Azaela sedikit bingung pada raga yang bernama Jessie yang dia tempati sekarang ini. Karena sudah beberapa pasang mata yang tidak sengaja berpapasan dengannya, memiliki sorot mata yang sedikit aneh.

Sorot mata itu, adalah sorot mata yang bisa di artikan sebagai sorot merendahkan. Putri Azaela tahu hal itu, karena dia sendiri pun seringkali mengalami hal tersebut. Namun, ada lagi sorot mata yang sedikit gugup bahkan takut pada Putri Azaela. Sehingga tidak sedikit untuk mengindari berpapasan dengan dirinya.

"Kenapa dengan mereka? Apa aku terlihat sangat menyeramkan?" tanya Putri Azaela pada dirinya sendiri.

Dia pun tampak enggan untuk bertanya pada seseorang kembali. Karena tidak ingin mengulang hal yang sama, di mana yang terjadi pada dua gadis yang dia temuiku beberapa saat yang lalu.

Dua gadis tersebut, terus meminta maaf pada Putri Azaela, tanpa mendengarkan terlebih dahulu Putri Azaela, karena menyapa mereka berdua. Lalu kabur, sebelum Sang Putri melancarkan pertanyaan yang sedang memenuhi benak pikirannya.

Dibandingkan harus pusing dengan sebuah tujuan pada tempat tersebut. Putri Azaela lebih memilih untuk bersenandung kecil, sambil menyusuri jalan setapak yang berada tidak jauh dari taman sekolah tersebut.

Taman itu terlihat di tumbuhi oleh pepohonan besar yang rimbun dengan daun yang berwarna hijau cerah Sehingga sangat menyejukkan penglihatan ketika melihat hal tersebut. Belum lagi dengan keindahan berbagai jenis tanaman bunga yang tersusun dengan rapi. Menambah keindahan pada area yang di sukai oleh Putri Azaela untuk pertama kalinya tersebut.

Dengan santainya berjalan, Putri Azaela bahkan membalikkan tubuhnya sendiri. Sehingga sekarang dia berjalan pada posisi mundur. Dan karena kurang hati-hati, hal yang tidak diinginkan pun segera terjadi. Putri Azaela tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berada di belakangnya. Beruntung dia berhasil menjaga keseimbangan tubuh, sehingga tidak terjatuh di atas lantai.

Namun, tubrukan yang terjadi memang sedikit keras, sehingga barang-barang yang sedang di bawa oleh orang yang di tabrak oleh Putri Azaela berhamburan ke atas lantai yang terbuat dari semen.

Barang-barang tersebut adalah beberapa kuas kecil untuk melukis, dan beberapa pasta warna yang terlihat sebagian menjadi tumpah berantakan. Hal tersebut, terlihat mengotori semen yang menjadi jalan menuju taman sekolah tersebut.

Rahang Putri Azaela sedikit terbuka, karena dia kembali melakukan kesalahan atas kecerobohan dirinya sendiri. Tanpa melihat pada orang yang dia tabrak terlebih dahulu, Putri Azaela langsung membungkukkan setengah tubuhnya di hadapan orang yang dia tabrak tersebut, yang tidak lain adalah seorang pria yang tampan.

Pria tampan itu bernama Daniel. Dia juga seorang pelajar pada sekolah tersebut, karena sedang memakai seragam yang berwarna semakin persis yang yang di pakai oleh Putri Azaela saat ini.

"Maafkan aku, Tuan! Aku benar-benar tidak sengaja melakukan hal itu. Ini adalah murni kesalahanku. Jadi aku akan menerima hukuman yang akan kamu berikan kepadaku," lirih Putri Azaela sambil terus berada di dalam posisi yang sedang membungkuk.

"Hukuman?" Terdengar pria itu bergumam sangat lirih. Seakan-akan sedang bergumam untuk dirinya sendiri saja. "Kira-kira apa hukuman yang cocok untuk orang yang sangat seceroboh sepertimu ini?" Pria Tersebut melanjutkan ucapannya untuk balik bertanya pada Putri Azaela.

Tanpa sepengetahuan Sang Putri yang terus saja menundukkan kepala, terlihat seulas senyum hangat segera mendarat pada kedua sudut bibir pria tersebut. Tanpa memperhatikan atau mempersilahkan Putri Azaela untuk berdiri tegak, dia lebih memilih berjongkok untuk memunguti barang-barang miliknya yang sedari tadi tengah berhamburan.

'Hukuman apa? Aku juga bingung hukuman apa yang pantas bagi orang yang sangat ceroboh seperti aku ini,' lirih Putri Azaela bergumam di dalam hati.

Sebuah hukuman adalah sesuatu yang sudah biasa Putri Azaela terima, saat sedang berada pada kehidupan dirinya yang terdahulu. Sebagai seorang putri yang memiliki status sebagai putri selir, bukanlah seorang putri Raja. Kebanyakan pasang mata yang menatap dirinya sebagai anak yang tidak diinginkan, serta dipandang rendah sebagian besar dari penghuni istana kerajaan.

Semua itu membuatnya selalu berada di dalam posisi yang sulit. Satu kesalahan kecil saja, jika berhubungan dengan dirinya akan menjadi hal besar, apalagi hal tersebut sudah sampai ke tangan sang kakak dan ibunya, sang Ratu. Meskipun hal itu bukan kesalahan secara murni seorang diri, namun sudah menjadi hal umum jika apapun keburukan atau nasib tidak baik yang sedang menimpa Kerajaan Adanrille, selalu menjadi kesialan karena kelahirannya.

Itulah sebagian penderitaan yang harus dia alami untuk keseharian, saat berada di wilayah kerajaan tersebut. Dan ini juga berlaku untuk sekarang, karena merasa jika apa yang terjadi pada pria yang ada di hadapannya sekarang adalah murni kesalahan dirinya sendiri.

"Maafkan aku," lirih Putri Azaela kembali sambil meremas kedua tangannya yang sedikit mengeluarkan keringat dingin.

Tanpa berpikir panjang, Putri Azaela pun mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh pria tersebut. Berjongkok dan memungut beberapa warna yang berada di dekat tempat dia berdiri. Sedangkan pria tersebut sedikit tercengang melihat hal itu. Karena selama ini gadis yang bernama Jessie tersebut, adalah seseorang yang sangat angkuh dan sombong pada siapapun juga termasuk kepada dirinya.

"Tidak perlu. Ini tidaklah sulit," lirih pria itu tanpa mengalihkan tatapan bola mata gadis yang Sekar berada di hadapannya.

"Tidak, Tuan. Ini adalah kesalahanku," jawab Putri Azaela sambil memungut benda terakhir, yakni kuas kayu berwarna hitam. Setelah itu memberikannya pada pria yang pada dasarnya belum dia kenal tersebut.

"Tuan? Sejak kapan aku menjadi Tuanmu?" tanya pria itu sambil menahan tawa.

Putri Azaela sedikit terkagum-kagum melihat ketampanan yang dimiliki oleh pria tersebut. Bagaimana tidak. Senyuman lebar yang dia lakukan tersebut, menghasilkan lesung pipi pada kedua pipinya. Terlihat sangat sempurna dengan bola mata yang berwarna kebiruan gelap, dan hidup yang mencuat ke depan.

"Benar juga. Aku dengar jika kamu baru saja keluar dari rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Maaf jika aku belum sempat menjenguk," lirih pria tersebut sambil mengernyitkan sedikit kening sebagai tanda penyesalan.

"Ah ... tidak apa-apa. Aku ...."

Belum sempat Putri Azaela merampungkan perkataannya, pria biru sudah terlebih dahulu menyela karena melihat lutut Putri Azaela yang sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah.

"Kamu terluka?" Menatap dengan sorot mata sedikit panik. "Aku akan membantumu," lanjutnya lagi.

Tanpa pikir panjang dan tanpa persetujuan dari Putri Azaela, pria itu pun langsung mengangkat tubuh Putri Azaela dan langsung membawanya ke suatu tempat.

"Kamu ...." Putri Azaela melebarkan matanya menatap wajah tampan yang berada hanya beberapa inci dari wajahnya tersebut.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C13
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous