Aaram terus berfikir siapa orang itu? Lalu apa tujuan orang yang membuat trauma istrinya itu ada di kota ini. Rico sudah pulang beberapa menit yang lalu dari kantor Aaram,Rico berjanji akan membantu Aaram untuk menyelidiki semuanya termasuk orang yang selama ini melindungi Sandra dan ibunya.
Aaram memijat pangkal hidungnya kembali,ia begitu pusing hari ini. Lalu ia menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya,ia menatap langit-langit ruang kerjanya. Begitu banyak sekali rahasia yang tidak diketahui dalam kehidupan istri dan keluarganya. Ketika sedang memikirkan istrinya itu,suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
Tok... Tok....
"Masuk" ucap Aaram yang masih saja menatap langit-langit ruangannya itu,ia merasa enggan sekali merubah posisinya itu. Ia yakin itu adalah Arga
"Maaf bos sudah waktunya makan siang,apa bos ingin memesan sesuatu?" tepat dugaan Aaram bahwa itu adalah asistennya,teringat dengan makan siang Aaram segera bangkit dari duduknya.
"Aku akan makan siang diluar bersama istriku" jawab Aaram dan bergegas keluar dari ruangannya.
"Baik bos"
Aaram berlalu keluar dari kantornya setibanya di parkiran ia segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya ke restoran tempat istrinya bekerja. Tak butuh memakan waktu lama,karena kantor Aaram sangat dekat dengan restoran Dira. Kini ia tiba di parkiran,Aaram segera memarkirkan lalu keluar dari mobilnya dan pergi ke pintu masuk restoran. Kedatangannya disambut oleh seorang pelayan disana.
"Selamat siang tuan" ucap pelayan restoran
"Selamat siang,apakah ibu Sandra ada di ruangannya?" tanya Aaram
Sang pelayan sempat mengernyitkan alisnya "ibu Sandra ada di ruangannya tuan,apakah tuan ingin bertemu dengan ibu Sandra?"
"Iya,katakan padanya suaminya datang untuk makan siang bersamanya" pernyataan Aaram sukses membuat pelayan itu gugup,pasalnya ia belum pernah melihat suami Sandra
"Oh,ma-maafkan saya tuan,saya ti-tidak tahu ka-kalau tuan suami ibu Sandra" ucap pelayan itu sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa,kalau gitu saya akan menunggu di meja itu" Aaram menunjuk ke arah meja yang ada di pojok dekat jendela.
Pelayan itu pun mengganggu dan mempersilahkan Aaram untuk duduk dan sekalian ia memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan juga Sandra. Setelah mencatat semua pesanannya ia segera kembali ke meja kasir dan di sana juga ada Nia,asisten Sandra. Nia melihat Aaram dan pelayan itu juga mengatakan kalau Aaram ingin makan siang bersama dengan Sandra. Nia segera meninggalkan meja kasir dan menuju keruangan Sandra untuk memberitahukan bahwa Aaram datang dan ingin makan siang bersama dengannya.
Sandra meminta Nia untuk menyuruh Aaram masuk ke ruangannya saja dan sekalian membawakan pesanan Aaram ke ruangannya. Nia segera melaksanakan perintah bos nya itu. Ia segera keluar dan menghampiri Aaram yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
"Selamat siang tuan Aaram" ucap Nia
Aaram mendongakkan kepalanya "oh,selamat siang,Nia" balas Aaram dengan tampilkan senyuman di wajahnya
"Kak Sandra menyuruh tuan untuk masuk ke ruangannya dan makan siang bersamanya di sana."
"Baiklah" Aaram segera bangkit dan berjalan menuju ruangan Sandra.
Setibanya disana ia melihat Sandra sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya. Aaram yakin jika ia tidak datang untuk makan siang bersamanya,Sandra pasti akan melupakan makan siangnya dan mengakibatkan ia jadi telat makan karena terlalu fokus dengan pekerjaannya. Sandra sekilas melirik ke arah Aaram yang langsung duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Tak lama makan siang pun datang untuk mereka berdua.
"Ayo San,kita makan ini sudah waktunya makan siang" ucap Aaram
"Hmm,tunggu sebentar" Sandra masih asik dengan laptopnya. Lima menit sudah berlalu,tapi Sandra belum juga beranjak dari tempat duduknya untuk menemani Aaram makan siang.
Aaram sudah tidak sabar lagi dengan suara perutnya yang sudah minta diisi. Biasanya yang tak kuat dengan lapar itu adalah istrinya,tapi kenapa sekarang jadi terbalik?Aaram hanya mampu berbicara dalam hati saja. Ia juga merasa bingung,kenapa akhir-akhir ini ia semakin susah menahan rasa laparnya. Aaram segera bangkit dan menghampiri Sandra,ia segera menghentikan kegiatan Sandra. Aaram memegang tangan Sandra dan menuntunnya untuk duduk di sofa,Sandra seperti terhipnotis ia terdiam dan tak membantah ia hanya menurut apa yang Aaram perintahkan. Aaram juga mendudukkan dirinya di samping Sandra,Sandra hanya memperhatikan apa yang sedang Aaram lakukan.
"Aaaa.... Ayo buka mulutmu"
Sandra segera mengambil sendok yang berada pada Aaram. "Aku bisa makan sendiri,berikan sendoknya padaku" ucap Sandra
"Jika kamu bisa makan sendiri,kenapa kamu menunda makan siang mu?"
"Aku tidak menunda,hanya saja memang sedang tanggung mengerjakan laporan keuangan bulan ini" ucap Sandra kesal
"Aaaahhhh... Baiklah,ayo kita makan dan habiskan makanannya"
Sandra menatap makanan yang ada di hadapannya itu,disana ia melihat ada sayuran yang ia tidak suka. Sandra menoleh ke arah Aaram yang sedang asik menikmati makan siangnya.
"Mmm,Ar,"
Aaram Merasa namanya dipanggil menoleh ke arah Sandra
"Ada apa?kamu tidak suka dengan menunya?"
Sandra menggeleng "bukan itu,hanya saja aku tidak suka mentimun" ujar Sandra
Aaram tersenyum kepada Sandra "kesinikan saja mentimunnya" ucap Aaram,ia jadi tambah tahu sedikit makanan yang Sandra suka. Sandra segera menaruh mentimun itu di makanan Aaram dan melanjutkan makannya.
Mereka pun akhirnya telah menghabiskan makanannya, Aaram sebenarnya ingin membicarakan sesuatu dengan Sandra saat ini.
"Apa kamu sedang sangat sibuk?" tanya Aaram pada Sandra
Sandra menggeleng "tidak terlalu hanya tinggal merapikan laporannya saja"
Aaram hanya mangguk-manggukkan kepala "San,ada hal yang ingin aku sampaikan ke kamu"
"Soal apa?"
"Soal kita"
Sandra seketika mengerutkan dahinya "Soal kita" apa maksudnya Aaram? Aaram paham dengan raut wajah yang ditampilkan oleh Sandra akhirnya pun membuka pembicaraannya.
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf kepadamu soal pernikahan ini. Aku ingin menarik semua ucapanku waktu itu sebelum kita menikah,tentu kamu pasti masih ingat ucapanku sebelum kita menikah aku datang menemuimu disini"
Sandra masih bergeming dengan ucapan Aaram,ia terus menatap Aaram dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Aaram.
"Aku ingin kamu benar-benar menganggapku sebagai suamimu dan begitupun dengan diriku. Tidak ada istilah suami istri diatas kertas" lanjut Aaram
Sandra tertawa,ia benar-benar merasa lucu dengan sikap Aaram yang selalu seenaknya saja "cih,semudah itu kah kamu membatalkan ucapanmu? memang tidak ada bukti hitam diatas putih atas ucapanmu itu,Ar. Tapi,aku sudah terlanjur menyetujui ucapanmu itu. Aku turuti semua yang kamu mau,perlu kamu ketahui sebelum kamu mengatakan tentang status pernikahan kita dan menerima perjodohan ini. Aku sudah berniat untuk menerima dirimu sebagai suami ku. Tapi,nyatanya kamu datang kesini sebelum pernikahan terjadi dan dengan santainya kamu mengucapkan kalau status pernikahan kita hanya diatas kertas."
Aaram tertegun mendengar apa yang dikatakan Sandra. Ini memang salahnya yang tidak memikirkan perasaan orang lain.
"Sekali lagi aku minta maaf soal itu,San. Aku ingin memperbaiki semuanya" lirih Aaram
Sandra hanya terdiam tanpa kata,sebenarnya ia ingin menerima semuanya,menerima bukan berarti sudah mulai mencintai Aaram,tidak bukan itu maksud kata menerima bagi Sandra. Bahkan ia masih menutup rapat hatinya untuk siapa pun yang ingin masuk kedalam hatinya. Entah sampai kapan ia akan seperti itu,Sandra pun bingung dengan dirinya sendiri. Terkadang ada keinginan untuk membuka hati untuk seorang pria. Tapi,keraguan mulai meliputinya kembali ketika Aaram dengan mudahnya mengatakan tentang status pernikahan mereka yang hanya di atas kertas. Ketika Aaram mengatakan hal itu,ia merasakan rasa sakit yang dulu pernah ia rasakan. Walaupun bukan dirinya yang merasakan,tapi rasa sakit melihat orang yang ia sayangi menderita karena sebuah pernikahan dan seseorang yang sudah sengaja menghancurkannya.