Télécharger l’application
0.6% AARAM & SANDRA / Chapter 2: Bab 2 (Menerima)

Chapitre 2: Bab 2 (Menerima)

Sandra melihat ibu nya yang sedang berada di dapur,dengan sangat pelan ia berjalan mendekati sang ibu dan ia langsung memeluknya dari belakang. Aksinya itu tentu saja membuat Amira yang sedang mencuci peralatan bekas memasak pun terkejut dengan ulah putrinya.

"Astagfirulloh,kamu itu ya senang banget bikin ibu kaget." Ibu mengelus dada kirinya ia benar-benar terkejut.

"Hehehe,maaf ibu. Assalamu'alaikum ibu ku sayang." Ucap Sandra sambil mencium pipi Amira agar ibunya itu tidak marah pada nya.

"Malahan ketawa lagi,ini apa coba pake cium-cium segala. Kamu sudah sikat gigi belum?"

"Sudah dong bu... Ibu belum jawab salam ku tadi."

"Tuh kan sampe lupa jawab salam kamu. Walaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

"Ibu masak apa?"

"Ibu masak ayam kecap,sambal goreng,sama capcay dan itu kentang Mustofa kesukaan kamu." Ibu menyebutkan menu sarapan pagi ini sambil menunjuk sebuah toples yang sudah berisikan kentang Mustofa. Sandra begitu senang karena Amira sudah membuatkan keripik kentang kesukaannya.

"Ibu sudah makan?" Tanya Sandra dan dijawab dengan gelengan kepala.

"Kita makan bareng saja ya bu."

"Sebentar ibu mau taruh ini dulu." Jawab Amira sambil mengangkat panci yang sudah ia cuci. Lalu memasukkannya ke dalam kitchen set. Mereka mengambil nasi dan juga lauk nya dan menikmati sarapan mereka dengan sangat nikmat. Sandra terus melirik sang ibu,sedangkan yang dilirik hanya diam saja menikmati makannya,tak lama kemudian Sandra pun akhirnya memulai pembicaraan.

"Bu,soal perjodohan ku dengan putra tante Mery." sesaat Sandra terdiam lalu ia melanjutkan ucapannya "Aku menyetujuinya."

Lanjut Sandra dengan suara pelan,tapi masih bisa dapat didengar oleh Amira.

"Benarkah nak?"

Amira memastikan dengan apa yang barusan putrinya ucapkan. Sandra hanya menganggukkan kepalanya,Amira menghentikan makannya. Kemudian ia bangun dari duduknya dan langsung memeluk Sandra.

"Terimakasih sayang ibu akan segera memberi tahu kan kabar baik ini ke tante Mery. Pasti ia sangat senang mendengarnya."

Amira langsung bergegas mengambil ponsel dan segera menghubungi Mery. Sandra hanya tersenyum memandangi punggung ibu nya yang sedang menuju kamar untuk menghubungi tante Mery.

Tuuuuuttt.... Tuuuuutttt....

"Assalamu'alaikum." Jawab Mery di sambungan telpon  tersebut

"Walaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh." Amira menjawab salam Mery

"Ada apa sahabatku ini menghubungiku di pagi hari?"

"Aku punya kabar baik untuk mu dan Diki"

"Apa itu?"

"Dengar baik-baik ya,aku gak mau mengulang ucapan aku"

Amira sengaja menjeda ucapannya itu agar sahabatnya ini pasti akan penasaran,dan dugaannya sangat tepat. Mery sangat penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Amira.

"Iiihhh, apa sih bikin aku penasaran saja."

"Hehe,baiklah aku akan katakan,Sandra sudah setuju dengan perjodohan ini."

"What?serius kamu Mir? Putri kamu mau terima perjodohan ini?"

"Iya,aku serius dengan ucapan ku ini."

"Aaahhhh... Akhirnya impian mempunyai putri seperti Sandra akan terwujud. Sebentar lagi Sandra jadi menantu aku. Aku seneng banged,Mir. Pasti Diki juga akan senang dengan kabar ini."

Mery sangat bahagia sekali karena sebentar lagi ia akan memiliki seorang menantu. Mereka berbicara panjang kali lebar kali luas (hehehe... Canda kawan) tentang langkah selanjutnya dalam mempertemukan kedua anak mereka. Akhirnya mereka sepakat bahwa besok akan di adakan makan malam sekalian perkenalan antara Aaram dan Sandra.

Cukup lama mereka berbicara di sambungan telepon,akhirnya mereka memutuskan obrolan mereka. Mery segera memberi tahukan kabar baik itu kepada sang suami dan juga ia segera menghubungi putranya itu. Sedangkan Amira segera keluar kamar dan kembali ke ruang makan untuk memberitahukan ke Sandra bahwa besok akan di adakan makan malam bersama keluarga Rahardian.

Mery yang sejak tadi mencoba menghubungi putranya itu kini sedang merasa kesal dan ingin marah. Karena sudah cukup lama ia menghubungi Aaram,tapi tidak ada jawaban satu pun dari anak nya. Mery yang begitu sangat kesal akhirnya memutuskan pergi menemui putranya di apartemen yang baru ditempati oleh Aaram.

Ya,semenjak Aaram mengakhiri hubungannya dengan Sona beberapa bulan lalu,ia memutuskan untuk menjual apartemen itu. Aaram tidak ingin mengingat apapun yang berhubungan dengan Sona,dan ia juga tidak ingin suatu saat Sona menemuinya di apartemen yang kini sudah ia jual.

Aaram masih terlelap dalam tidurnya,karena ia baru terlelap pukul dua pagi. Semalam ia harus mengecek beberapa berkas laporan keuangan perusahaan yang diantarkan oleh asistennya kemarin sore.

Klik... Klik... Klik

Pintu apartemen terbuka dan menampilkan wanita yang cukup berumur,tapi masih terlihat sangat cantik. Mery mengetahui kode pintu apartemen Aaram,karena ia sendiri yang memintanya kepada Aaram dengan segala trik dan intrik. Aaram pun terpaksa memberikan kode apartemennya ke Mery,karena ia tidak ingin ribut lagi dengan sang mamah. Mery melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen,dan ia tidak melihat tanda-tanda adanya kehidupan di ruang tamu maupun di dapur. Kemudian ia membuka pintu kamar Aaram,disana baru ia melihat tanda kehidupan itu. Dengan sangat kesal ia pun berteriak di telinga sang pitra yang sedang asik tidur.

"MAAAAALLLIIIIIING....."

Teriak Mery dan itu berhasil membuat Aaram terbangun dan kalang kabut. Ia langsung bangun dari tidurnya dan bergaya seperti ingin menghajar seseorang,segala jurus kungfu panda ia peragakan. Lalu ia berjalan keluar kamar,Aaram terus mencari seseorang yang berteriak maling tadi. Pandangannya menelusuri seluruh apartemennya,tapi ia tidak menemukan siapa-siapa disana.

"Tidak ada siapa-siapa disini,lalu tadi suara siapa? Aaahhh... Mungkin itu hanya mimpi saja."

Ucap Aaram dengan suara khas bangun tidurnya,kemudian ia kembali ke kamarnya dan disana ia melihat seseorang.

"Astagfirulloh,aku ter-kamjagiya. Sejak kapan mamah ada disini?" Aaram mengelus dadanya pelan matanya membola sempurna saking terkejutnya

"Sejak dari tadi mamah teriak maling." Ucap mery marah,ia terus menatap putranya itu dengan tatapan tajam (setajam silet...let...let..) dan itu berhasil membuat Aaram bergidik ngerih dengan sang mamah

"Ke-kenapa mamah gak kabarin ke aku kalau mau kesini?" Aaram berucap sangat hati-hati karena ia tahu bagaimana mamahnya itu akan marah. Bukan jawaban yang ia dapat dari sang mamah melainkan sebuah tas yang dilempar oleh sang mamah.

"Awwssh,sakit mah. Aku kan hanya bertanya,kenapa mamah malahan melempar tas mamah ke arah ku?" Rengek Aaram

"Rasakan itu,karena kamu susah sekali dihubungi. Sudah berapa kali mamah menghubungi mu,telphone gak diangkat pesan whatsapp mamah pun sama sekali kamu belum buka."

Aaram terkejut dengan ucapan sang mamah,ia segera meraih benda pipih yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Disana tertera tiga puluh panggilan tak terjawab dan empat puluh lima chat dari sang mamah yang belum ia baca. Aaram menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal,lalu ia tersenyum dengan menampilkan deretan giginya.

"Kamu tahu ini sudah jam berapa,haahh?"

Mery terus menatap putranya itu dengan kesal. Rasanya ia ingin sekali menguliti putra semata wayangnya itu. Aaram langsung melihat jam yang ada di ponselnya

"Astagfirulloh,ternyata sudah siang. Sebentar lagi azan zuhur." Ucap Aaram pelan dan masih dapat didengar oleh sang mamah

"Huuff,segera mandi lah rapihkan tempat tidur mu. Mamah tunggu di ruang tv,ada yang mamah ingin bicarakan sama kamu."

Mery meredam amarahnya dan ia berlalu keluar dari kamar sang anak. Aaram pun juga bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah melakukan ritual mandinya,Aaram segera berpakaian dan keluar kamar untuk menemui mamahnya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous