Dering telepon memecah keheningan pagi di kamar Prisya sampai akhirnya Prisya menerima panggilan tersebut setelah dia membaca siapa yang menghubunginya di waktu mentari mulai muncul ke permukaan.
"Hallo, ada apa?" tanya Prisya datar.
"Gue jemput ya?" tanya Marsell yang terdengar seperti sebuah ajakan, tapi memang tanda tanyanya cukup jelas.
"Dih, mau ngapain?" tanya Prisya terlebih dahulu.
"Gak papa, gue jemput ya?" Nada bicara Marsell terdengar begitu ringan.
Sejenak Prisya terdiam sambil memikirkan kalau ada sesuatu yang berbeda dengan Marsell sekarang, tapi dia sendiri tidak tahu apa yang membuat Marsell seperti itu.
"Kalau gue nolak juga pasti lo bakalan maksa kan?" tanya Prisya yang merasa sangat yakin akan hal ini.
"Hehe." Marsell tertawa kecil, karena apa yang sudah Prisya ucapkan tidak ada salahnya.
"Ya udah terserah deh, sini cepetan. Gue males telat," ucap Prisya dengan penuh kejujuran, karena rasanya dia begitu malas dihukum.