Aku menggelengkan kepala, lalu hendak membalas ucapannya, namun ia terus berkata jika aku tak boleh berbicara lagi dan memintaku untuk beristirahat saja. Terlihat jelas ia kesal kepada Mama, aku yakin selama ini ia menyembunyikan hal itu dari Mama. Ia pun pergi ke sofa dan duduk di sana dengan wajah masam.
"Kau marah?" tanyaku.
"Diamlah!" balasnya. Aku tersenyum melihat Kimberly yang seperti itu. Sungguh aku merindukan sikap menyebalkannya.
"Kau tak perlu marah begitu, Kimberly," tegurku. Dia hanya mengangkat kedua bahunya. Aku pun meminta maaf kepada dia karena sudah membuatnya kesal. Namun dia tak merespon. Aku memilih untuk menatap langit-langit kamar sembari menghapus sisa-sisa air mata yang tadi keluar. Mataku terasa perih, mungkin karena sedari tadi aku terus menangis. Ku pejamkan mataku untuk meredakan rasa perih ini.