54
…
berdecih saat mendengarnya.
"Eh, emangnya Mas Erja bakal izinin gue nginep di
sini, Kak?" tanyanya.
Gue mengangguk tanpa berpikir terlebih dahulu.
Gue yakin sejuta persen untuk itu.
Malvin menyipitkan matanya. "Beneran? Lo
mendingan kasih tahu dulu, deh. Gue nggak enak,
kalo tiba-tiba aja ntar Mas Erja keheranan sendiri
lihat gue di sini pas dia pulang"
Gue menggeleng. "Nggak perlu, si Mas pasti nggak
keberatan. Lo nggak usah sekaku itu deh. Walau
emang Mas Erja bukan tipe orang yang asyik diajak
gosip, Mas Erja beneran baik kok. Lo pokoknya
ntar ngobrol sama dia."
"Eh, apa-apaan?! Nggak mau gue. Meski gue kenal
Mas Erja sejak lama, hubungan kami nggak
sedekat itu kali, Kak."
"Sekarang Mas Erja kakak lo juga, bego!"
Malvin berdecak. "Tapi gue tetep aja canggung."
Gue memutar bola mata dengan malas. "Nggak
usah mendramatisir gitu deh."
"Bukannya mendramatisir, tapi kan emang gitu
kenyataannya. Gue nggak begitu deket sama Ma-
uhuk!"