35
…
Gue terdiam. Perasaan?
Perasaan katanya? Cih!
Gue berdecak pelan, sebelum menghela napas
panjang sembari menikmati udara malam yang ya
. Cukup dingin. Mungkin dikarenakan tadi habis
hujan kali, ya?
Sejak dulu, gue nggak pernah menanggap Bram
sebagai laki-laki. Imean, gue nggak pernah punya
perasaan apa pun kepadanya selain sahabat. Dan
gue baru tahu, kalau ternyata perasaan Bram
masih ada. Jujur, gue kaget.
Pasalnya selama ini, Bram nggak pernah lagi
menyinggung soal itu. Bahkan Bram seperti biasa
berpacaran dengan perempuan lain. Jadi, kenapa
malam ini dia tiba-tiba mengatakannya?
Batalkan pernikahan kalian, dan nikah sama
gue, Ra.
Gue menatap pesan yang Bram kirimkan dengan
tak percaya. Sumpah? Ini Bram yang kirim?
Kita atasi semuanya sama-sama.
Gue menggeleng. Ah ini nggak beres. Semua ini
datang secara tiba-tiba dan mengejutkan. Nggak,
gue nggak boleh kayak gini. Gue nggak boleh
egois. Sekalipun gue bisa saja menikah sama