*BAB 23*
Tak terasa acara malam ini akan segera berakhir. Namun para tamu undangan belum ada yang meninggalkan ballroom yang megah ini, ruangan yang luas ini diubah menjadi sangat cantik dan elegant. Semua pernak-perniknya bertemakan dengan warna emas dan putih, yang memberikan kesan luxurious.
"Terimakasih sudah menghadiri acara yang sederhana ini Jeffrey.'' Ucap seorang pria yang mungkin usianya tak beda jauh dari Jeffrey, menurut pandangan Violette. Sebelumnya pria ini juga menyambut kedatangan Jeffrey dan Violette.
"Kau tidak perlu berterimakasih David, aku hanya menghadiri undangan mu." Jawab Jeffrey dengan memeluk pinggang Violette posesif.
"Apa dia kekasihmu?."
"Aku belum sempat berkenalan." Celetuk David yang membuat Violette langsung menatap wajah Jeffrey. Terlihat sekali dari raut wajah Violette, jika gadis itu merasa kurang nyaman.
"Benar, dia adalah kekasihku." Jawab Jeffrey yang membuat tubuh Violette mematung seketika. Jantungnya berdebar, dan kakinya terasa begitu lemas. Violette tidak menyangka jika Jeffrey memberikan jawaban ini.
"Ah benarkah."
"Kau sangat tidak asing, apa kita pernah bertemu sebelumnya?."
"Atau aku pernah melihat mu di suatu tempat." Sambung David lagi, pria itu ternyata banyak bicara dan rasa keingintahuannya sangat besar.
Violette tidak tahu harus menjawab apa, hatinya begitu bahagia, seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Namun Violette tidak boleh merasa senang begitu saja, karena Jeffrey hanya ingin percakapan ini cepat selesai. Violette juga tidak tahu apa yang ada di pikiran Jeffrey saat ini.
"Mungkin kau salah orang." Jawab Jeffrey, entah mengapa Jeffrey berkata jika Violette adalah kekasihnya. Jeffrey takut jika Violette merasa tidak nyaman dengan ucapannya.
"Kau benar. Mungkin aku salah orang, karena terlalu banyak orang yang kutemui di dalam hidupku." Balas David dengan rasa kepercayaan diri yang sangat tinggi. Ia tidak segan memberikan senyum lebarnya kepada dua sejoli itu.
Baik Violette maupun Jeffrey hanya membalas ucapan David dengan tersenyum kaku, terutama Violette ia sangat tidak nyaman dengan suasana kali ini. Pria ini terlalu banyak berbasa-basi.
"Baiklah, jika begitu silahkan menikmati pesta malam ini." David menepuk pundak Jeffrey sebelum pergi menghampiri tamu yang lain.
"Apa kau ingin pulang?.'' Tawar Jeffrey, lagipula acara inti sudah terlewatkan.
"Hmm ya." Balas Violette dengan menganggukkan kepalanya gugup.
Mereka kini sudah berada di depan pintu utama mansion Hampton. Setelah saling berdiam diri di dalam mobil. Entah kenapa suasana di dalam mobil tadi terasa sangat canggung.
"Aku turun."
"Berhati-hatilah.'' Ucap Violette memecah keheningan.
Namun ketika ia hendak membuka pintu mobil tiba-tiba tangannya di cekal oleh Jeffrey, tidak sakit karena Jeffrey meraih tangannya dengan lembut.
Violette menghentikan gerakan tangannya lalu menoleh dan memberikan tatapan bertanya kepada Jeffrey.
"Aku minta maaf karena lancang mengakui jika kau adalah kekasihku di hadapan David." Ucap Jeffrey mengatakan sesuatu yang membuatnya gelisah di sepanjang perjalanan menuju mansion ini.
"Pasti kau merasa tidak nyaman saat aku mengatakan hal itu.'' Sejujurnya apa yang dikatakan Jeffrey tadi adalah benar. Ia menginginkan Violette menjadi kekasih hatinya. Namun Jeffrey masih menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya kepada Violette.
Sial, kini keadaannya justru menjadi sangat canggung.
"Apa kau memaafkan ku?." Tangan Jeffrey beralih menggenggam kedua tangan Violette, ia beralih menatap kedua mata Violette.
Tangan Violette lebih kecil dibandingkan dengan tangan Jeffrey, tangan Violette juga terasa lebih halus dibandingkan dengan tangannya.
"Kau tidak perlu meminta maaf Jeff, kau tidak melakukan kesalahan apapun padaku." Jawab Violette, ia balik menggenggam kedua tangan Jeffrey.
"Seharusnya aku yang berterimakasih kepadamu."
"Berterimakasih?." Tanya Jeffrey bingung, kenapa Violette harus berterimakasih kepada dirinya.
"Ya, terimakasih karena kau sudah membantuku menjawab pertanyaan pria tadi."
"Sejujurnya aku tidak nyaman dengan pertanyaan yang diberikan oleh pria itu." Sambung Violette dengan tersenyum hangat. Senyuman yang membuat Jeffrey menjadi tergila-gila dengan gadis itu.
"Kau tidak perlu berterimakasih Vee." Tangan Jeffrey bergerak menyentuh pipi Violette lalu turun hingga menyentuh bibirnya yang sexy.
Suasana di dalam mobil tiba-tiba kembali menjadi hening.
"Klik. ." Jeffrey melepas seat belt yang melilit tubuhnya, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Violette.
"Cup. ." Jeffrey mencium bibir Violette dengan lembut, awalnya hanya ciuman biasa namun lama kelamaan ciuman itu berubah menjadi ciuman yang menuntut dan bergairah.
Karena Violette pun juga membalas ciuman yang diberikan oleh Jeffrey, tangan yang tadi digenggam oleh Jeffrey ia paksa lepaskan dan beralih meremas tuxedo mahal milik Jeffrey.
"Hmmpphh. . " Suara peraduan bibir mereka menggema di dalam mobil ini. Lidah mereka saling melilit dan bertukar saliva. Kepala mereka bergerak ke kanan dan ke kiri seiring dengan ciuman mereka.
Tangan Jeffrey sedikit mendorong tengkuk leher Violette untuk memperdalam ciuman mereka agar semakin panas.
"Hmmphh. . "
"Huhh . . huhh . ." Violette hampir saja kehabisan nafas jika Jeffrey tidak melepas tautan bibir mereka.
Mereka saling berpandangan satu sama lain, hidung mereka saling bersentuhan sehingga bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Aku menyukai mu Vee, aku tergila-gila denganmu."
"Aku selalu menunggu waktu yang pas untuk bisa menyatakan perasaan ku kepadamu, tapi aku tidak bisa memendam perasaan ini lagi."
"Aku tidak ingin melihat mu bersama dengan pria lain. Aku ingin kau menjadi kekasih ku Vee."
"Tapi aku tidak yakin jika kau juga menyukai ku bahkan menerima ku menjadi kekasih mu." Sambung Jeffrey dengan suara yang terdengar lesu, ia merasa cemas jika Violette menolak perasaannya. Dan jika hal ini terjadi maka hubungan mereka tidak akan seindah dulu lagi.
Bahkan Jeffrey menyatakan perasaannya di depan mansion Violette tanpa membawa bunga ataupun sebuah cincin, dan lebih parahnya lagi berada di dalam mobil.
"Jeff." Violette terlihat sekali jika dirinya terkejut dengan pernyataan cinta Jeffrey.
Jeffrey mengalihkan pandangannya, ia menatap ke arah luar mobil. Menatap ke arah pilar-pilar mansion ini yang terlihat mewah.
"Sebaiknya kau segera masuk ke dalam." Jawab Jeffrey, ia tidak cukup berani mendengar penolakan dari mulut Violette. Tatapannya pun berubah menjadi sendu, akankah cinta Jeffrey bertepuk sebelah tangan.
"Aku minta maaf dengan ucapan yang baru saja kau dengar." Jeffrey tidak berani menatap wajah Violette, ia terus menatap ke arah luar mobil.
"Hei, aku bahkan belum mengatakan apapun Jeff.'' Violette menggerakkan rahang Jeffrey yang tidak di tumbuhi oleh bulu-bulu halus agar bisa menghadap ke arahnya.
"Aku ingin menjadi kekasih mu."
"Aku juga menyukai mu Jeff. Aku sangat menantikan kalimat ini keluar dari dalam mulutmu."
"Oh god, aku bahkan selalu berharap jika kau segera menyatakan hal ini kepadaku.'' Sambung Violette dengan sedikit tertawa.
"Mari kita menjadi sepasang kekasih."