*BAB 14*
Suasana hati Xander sudah lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Ia kini tengah berada di ruang kerjanya bersama dengan Paul, ruang kerja yang terpisah dari kamar utama.
"Bagaimana?." Tanya Xander tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerja, sembari menatap Paul yang berdiri tepat di hadapannya.
Xander menyerahkan pekerjaannya kepada Paul, ada sesuatu yang harus di bereskan oleh pria itu beserta anak buah Xander yang lain. Suatu hal besar yang sudah ia rencanakan sejak dua bulan yang lalu.
"Saya berhasil mendapatkannya Tuan, anda adalah pemegang saham terbesar dari Mds group. Satu langkah lagi anda bisa memiliki perusahaan itu ke tangan anda." Jawab Paul dengan wajah datarnya, meski di dalam hatinya ia sedikit merasa bangga dan bahagia karena telah melakukan hal hebat hari ini. Hal besar yang patut untuk di abadikan.
"Kau benar. Satu langkah lagi aku bisa memilih perusahaan itu, dan membuatnya agar semakin maju." Ujar Xander dengan penuh kepercayaan diri, mendengar hal ini semakin membuat perasaan Xander menjadi lebih baik lagi. Ia bahkan sedikit menarik sudut bibirnya. Balas dendam terbaik adalah ketika bisa menghancurkan sesuatu yang paling berharga bagi orang lain.
Mds group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri teknologi, mereka banyak memproduksi berbagai macam alat teknologi yang di gunakan di jaman modern seperti saat ini. Dan yah, Xander berhasil mendapatkan saham mereka, dan Xander menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan itu.
Xander memiliki ambisi untuk mengakuisisi perusahaan itu karena ia memiliki dendam kepada Edward Madison, pemilik serta pendiri Mds group, atau lebih tepatnya lagi, ayah dari Nora Madison. Wanita yang kini sedang berada di mansion ini juga.
Dendam memiliki Xander bermula ketika kedua perusahaan itu akan menjalin sebuah relasi, dan kedua perusahaan tersebut sudah saling setuju dengan kesepakatan mereka. Namun tiba-tiba saja ketika hendak menandatangi sebuah kontrak, pihak dari Mds group membatalkannya begitu saja. Dan karena kejadian itu, Xander sangat murka dan sangat membenci Mds group, hingga terbesit di dalam pikirannya untuk mengakuisisi perusahaan tersebut. Dan Xander berhasil melakukannya.
"Dan sekarang giliran mu Nora." Ujar Xander dengan tersenyum miring. Ini semua berjalan sesuai dengan apa yang ia rencanakan sebelumnya, ternyata sangat mudah untuk mengecoh keluarga Madison.
"Ya Tuan." Sahut Paul, ia pikir Xander telah mengatakan sesuatu kepada dirinya.
"Oh tidak ada apa-apa. Kau boleh pergi." Perintah Xander dengan tatapan dinginnya. Xander memang bersikap dengan terhadap siapapun, entah itu seorang wanita ataupun pria. Bahkan Xander tidak bisa menghilangkan sikap dinginnya kepada seseorang yang telah mengabdi kepada dirinya selama bertahun-tahun, contohnya saja Paul.
"Baik Tuan. Saya undur diri." Pamit Paul dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Dan sifat Xander pun sedikit menular kepada Paul, pria itu sangat dingin dan memiliki aura yang tegas. Paul sendiri juga sudah terbiasa dengan sikap dan perilaku Xander, karena Paul adalah orang terdekat Xander ia selalu melihat Xander dari sisi yang berbeda, sisi yang tidak pernah diketahui oleh orang lain.
"Haha kalian sangat bodoh dan naif." Xander tertawa remeh, namun di dalam hatinya ia tengah merasa bahagia. Apa yang ia inginkan pasti selalu bisa ia dapatkan.
Setelah kepergian Paul, Xander bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang kerja ini. Ada satu ruangan yang ingin Xander tuju, karena sedari kemarin Xander belum melihat batang hidung wanita itu. Xander akan bersenang-senang malam ini, karena ia sedang merasa sangat bahagia. Dan kebahagiaannya harus ia salurkan kepada orang lain.
Tidak, tentu saja Nora tidak mengetahui hal ini, mungkin kalimat yang lebih tepat adalah Nora belum mengetahui perihal hal ini. Dan Xander tidak akan membiarkan Nora mengetahui hal ini dengan cepat, karena Xander belum puas bermain dengan wanita itu.
Nora hanyalah sebuah mainan bagi Xander, ia bisa memainkan wanita itu kapanpun ia menginginkannya. Xander sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap Nora, berbeda dengan Nora. Wanita itu sudah menyimpan perasaan cukup dalam terhadap Xander, bahkan Nora sudah memimpinkan sebuah masa depan yang indah bersama Xander.
Xander melangkahkan kaki lebarnya menuju kamar yang dihuni oleh Nora. Kamar super mewah yang di dalamnya di lengkapi dengan segala kebutuhan wanita itu. Nora merasa jika dirinya diperlukan layaknya seorang ratu oleh Xander, padahal di balik itu semua ada sesuatu yang tengah di persiapkan oleh Xander. Sesuatu yang tidak akan pernah Nora duga sebelumnya. Wanita itu berpikir jika Xander memang benar-benar memperlakukan dirinya layaknya seorang ratu, dan tidak merasa curiga sama sekali.
"Tap . . Tap . . "
Suara langkah kaki Xander terdengar menggema di kamar yang sunyi ini, entah kemana perginya wanita yang menghuni kamar ini.
Xander kembali melangkahkan kakinya, berjalan lebih masuk ke dalam kamar ini. Hingga ia berhenti di depan sebuah ranjang yang memiliki ukuran king size, tapi ternyata ranjang itu juga kosong, tidak ada siapapun yang tidur di atas ranjang empuk itu.
"Sial, kemana perginya wanita itu.'' Ujar Xander dengan suara rendahnya menahan amarah, seharusnya Nora berada di kamarnya. Pikiran Xander mulai sedikit terganggu, rencananya tidak boleh gagal begitu saja, ia harus segera mencari Nora. Mungkin wanita itu ada di salah satu ruangan di mansion ini. Karena Nora tidak mungkin bisa keluar dari mansion ini tanpa sepengetahuan Xander. Bisa dikatakan jika Xander sudah mengurung Nora di mansion ini kurang lebih dua bulan lamanya. Dan wanita itu hanya beraktivitas di dalam kawasan mansion ini saja.
Semua kebutuhan Nora sudah tersedia di mansion ini, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Tidak hanya itu, banyak fasilitas yang bisa ia dapatkan di mansion megah ini.
"Nora. ." Teriak Xander mencari keberadaan Nora di setiap sudut kamar ini, mulai dari walk in closet hingga toilet, namun nihil, Xander tidak dapat menemukan keberadaan Nora.
"Kau sangat menyusahkan ku." Geram Xander karena tidak menemukan keberadaan Nora. Sepertinya ia harus memberi perintah kepada anak buahnya untuk mencari keberadaan Nora, mungkin wanita itu sedang berada di satu tempat di mansion ini.
Xander pun keluar dari kamar Nora dengan keadaan hati yang kembali memburuk, ia pun mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menghubungi seseorang.
"Cari keberadaan Nora sekarang, dan beritahu aku secepatnya." Ucap Xander kepada seorang pria yang menjawab panggilan telepon darinya, tentu saja pria itu adalah Paul.
"Baik Tuan." Sebelum mendengar jawaban dari Paul, Xander sudah lebih dulu menutup panggilan itu secara sepihak.
Sembari menunggu kabar dari Paul, Xander berjalan menuju perpustakaan yang berada di lantai satu mansion ini. Perpustakaan yang di penuhi oleh rak-rak yang di isi oleh berbagai jenis buku yang tertata dengan sangat rapi. Perpustakaan ini terlihat sedikit kuno, dengan keadaan yang sedikit temaram, warna cat yang semakin membuat ruangan ini menjadi terlihat kuno. Meskipun terlihat kuno, namun ruangan ini rajin untuk dibersihkan, sehingga tidak ada debu yang menempel di buku yang bisa mengakibatkan hidung gatal dan bersin-bersin.