*BAB 9*
Valerie sangat menyukai pantai, namun ia memiliki cara tersendiri. Valerie lebih memilih pergi ke pantai di sore hari. Karena selain melihat keindahan air laut, serta mendengar deburan ombak, Valerie dapat menikmati matahari tenggelam yang sangat indah. Warna orange yang sangat menyilaukan mata, namun Valerie sangat menikmatinya. Selain untuk memanjakan matanya, tujuan Valerie ke tempat ini adalah untuk menenangkan pikirannya ketika memiliki masalah yang membuat otaknya seperti ingin meledak.
"Oh my god, ini sangat luar biasa Jeff." Ucap Valerie kepada Jeffrey, meski ini bukan kali pertama Valerie dan Jeffrey pergi ke tempat ini, namun Valerie tidak pernah berhenti memuji keindahan alam ini. Mereka duduk saling berhadapan sembari menikmati momen matahari yang sebentar lagi akan hilang dari pandangan, dan akan berganti dengan sinar rembulan.
"Kau benar. Terlihat sangat indah." Balas Jeffrey, namun tatapan matanya tidak terlepas dari wajah cantik Valerie. Pria itu tidak henti-hentinya mengagumi wajah cantik Valerie yang menurutnya sangat tidak nyata. Valerie seperti seorang Dewi yang turun dari langit dan sedang duduk di hadapannya. Memiliki bulu mata yang lentik, hidung mancung, serta dagu yang runcing, dan yang membuat Jeffrey semakin menyukai gadis ini adalah senyuman yang manis.
"Aku sangat nyaman berada disini. Sangat menenangkan jiwa serta pikiranku."
"Aku berencana ingin membuat sebuah resort mewah di tepi pantai. Agar aku bisa puas bermain disana dan menikmati matahari tenggelam. Bukan hanya menikmati matahari tenggelam, namun aku juga akan menunggu matahari terbit."
"Bagaimana menurutmu Jeff?." Tanya Valerie kepada Jeffrey, karena pria itu tidak menyahuti ucapannya sama sekali. Namun saat Valerie menoleh ke arah Jeffrey, yang ia dapatkan adalah Jeffrey yang tengah menatap ke arahnya tanpa berkedip.
"Jeff." Valerie mengayunkan tanganya di depan wajah Jeffrey, agar pria itu berhenti menatap dirinya.
"Ah ya. Ada apa Vee?." Jawab Jeffrey dengan linglung, ia terlalu fokus mengagumi wajah cantik Valerie hingga mengabaikan ucapan gadis itu.
"Jeffrey, apa kau tidak mendengar ucapan ku, huh?.'' Tanya Valerie dengan memajukan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ia memalingkan wajahnya, enggan menatap Jeffrey yang ternyata tidak menyimak ucapannya sedari tadi. Padahal Valerie sangat mengharapkan respon dari Jeffrey, oh god Valerie merasa sangat kesal.
"Tidak, tidak seperti itu Vee." Jeffrey mencoba membujuk Valerie agar berhenti merajuk. Karena ketika sedang merajuk seperti ini, Valerie terlihat sangat menggemaskan dan itu membuat Jeffrey sangat ingin memeluknya detik ini juga.
Valerie berpura-pura merajuk, tapi sejujurnya ia juga merasa kesal karena merasa di abaikan oleh Jeffrey begitu saja. Padahal Valerie tadi sedang berbicara dengan serius. Meski umurnya baru menginjak 19 tahun, namun Valerie sudah memiliki rencana untuk ke depannya. Ia ingin membangun sebuah resort and spa mewah di pinggir pantai dengan usahanya sendiri, tanpa melibatkan orang lain termasuk Daddy dan Mommynya. Valerie sudah memiliki gambaran untuk projectnya ke depan. Jadi ia hanya memikirkannya kembali secara matang-matang.
"Kau menyebalkan." Ucap Valerie dengan melotot tajam ke arah Jeffrey. Bukannya merasa terintimidasi, Jeffrey justru semakin merasa gemas dengan tingkah laku Valerie ketika sedang merajuk.
"Oh c'mon Vee. Aku terlalu fokus menatap wajah cantikmu, hingga membuatku mengabaikan ucapan mu." Jawab Jeffrey dengan jujur. Ia menarik kedua tangan Valerie kemudian mengecupnya secara bergantian.
"Karena aku merasa sedang menatap seorang bidadari cantik yang duduk di hadapanku." Puji Jeffrey, ia sedang tidak mencoba merayu Valerie, namun memang benar itu kenyataannya. Sudah berulang kali Jeffrey memuji Valerie, betapa kagumnya pria itu kepada Valerie. Jeffrey tidak hanya kagum pada paras cantik Valerie saja, namun ia juga kagum pada sifat serta perilaku Valerie yang begitu rendah hati serta memiliki hati yang baik. Gadis itu bebas, namun memiliki batasan dalam hidupnya. Sesuatu yang sangat jarang Jeffrey temui lagi di era saat ini, ketika para gadis menikmati masa remajanya dengan penuh kebebasan. Namun Valerie memiliki batasan dalam dirinya. Itu hak yang sangat luar biasa bagi Jeffrey.
"Berhenti menggoda ku Jeff." Ujar Valerie dengan tersenyum malu, hingga membuat kedua telinganya berubah warna menjadi merah. Valerie memang bisa menyembunyikan bagaimana raut wajahnya ketika sedang merasa malu, namun tidak dengan kedua telinganya, mereka tidak bisa di ajak untuk kompromi. Karena mereka akan berubah warna ketika Valerie merasa malu.
"Aku tidak berbohong Vee. Maafkan aku karena telah mengabaikan ucapanmu." Sekali lagi, Jeffrey mengecup punggung tangan Valerie, menatap kedua matanya lekat-lekat.
"Hmm ya baiklah." Balas Valerie, karena ia juga tidak bisa terus menerus merajuk kepada Jeffrey. Bagaimana bisa Valerie merajuk kepada Jeffrey, jika pria itu selalu bisa membuat Valerie salah tingkah seperti ini.
"Jeff, lihatlah." Valerie melepas genggaman tangannya, kemudian jari telunjuknyabergerak untuk menunjuk matahari yang benar benar akan hilang dari pandangan.
"Berdirilah disana Vee. Aku akan memotret mu." Ujar Jeffrey menyuruh Valerie untuk berpose dengan background sinar matahari yang berwarna orange serta hamparan air laut yang memantulkan sinar matahari.
Valerie berpose dengan berbagai gaya andalannya yang terlihat sexy dan cantik, sementara Jeffrey ia dengan senang hati memotret gaya yang di keluarkan Valerie. Bukan hanya sekali atau dua kali, namun Jeffrey memotret Valerie berkali-kali.
"Aku ingin melihatnya. Apakah aku terlihat cantik?.'' Tanya Valerie penasaran dengan hasil yang di ambil oleh Jeffrey.
"Tentu saja Vee. Aku adalah orang yang berbakat dalam hal ini." Balas Jeffrey dengan membanggakan dirinya. Ia sengaja menggoda Valerie.
"Kau terlalu percaya diri Jeff. Itu karena aku memiliki paras yang cantik.'' Valerie pun tak ingin kalah dengan ucapan Jeffrey, ia membalas Jeffrey dengan menjulurkan lidahnya. Kemudian merebut ponsel mahal milik Jeffrey untuk melihat hasil jepretannya.
Karena terlalu fokus melihat hasil jepretan Jeffrey, dan mengirimkan foto foto itu ke ponsel miliknya sendiri, hingga membuat Valerie mengabaikan Jeffrey begitu saja.
"Aku akan menggunggah salah satu foto ini ke dalam Instagram." Ucap Valerie dengan menolah ke arah Jeffrey yang sedari tadi berhenti mengamati gerak-gerik gadis itu.
"Tentu." Balas Jeffrey dengan memberikan senyuman yang begitu tulus.
Hari semakin gelap, dan bulan sudah mulai memunculkan sinarnya yang menerangi malam. Namun kedua sejoli itu masih duduk dengan nyaman, dan semakin menikmati suasana malam. Tempat ini pun semakin ramai di datangi oleh pengunjung yang lain. Karena sebentar lagi akan ada penampilan sebuah band yang akan menemani pengunjung di setiap malam, sebuah live music yang membuat suasana semakin terasa hidup.
"Buka mulutmu." Perintah Jeffrey, dengan memegang garpu yang terisi salad.
"Tidak Jeff. Aku sudah terlalu kenyang." Tolak Valerie, karena perutnya sudah sangat penuh. Sejak ia mendudukkan bokongnya disini, ia sudah terlalu banyak makan. Jika di paksakan lagi, mungkin perutnya akan meledak.
"Hmm baiklah.'' Akhirnya Jeffrey sendiri yang memakan salad itu.