(ISI SAYA GANTI, KONTRAK BERMASALAH. SORRY YA)
.
.
.
Tips Menemukan Ide untuk Menulis Buku
8 Proses Kreatif Menulis yang Harus Diketahui
3. Aktif Menulis Opini
Mahasiswa maupun dosen biasanya lebih mudah melihat tulisan opininya terbit di surat kabar. Pasalnya, opini mereka dipandang sebagai opini para ahli dan kalangan intelek.
Pertimbangkan untuk aktif menulis opini dan kemudian dikirimkan ke media massa, seperti koran-koran yang masih aktif mempublikasikan tulisan berbentuk opini. Lewat langkah ini maka keterampilan menulis diasah dengan baik.
Sekaligus mengembangkan kepercayaan diri untuk menulis dan mempublikasikan tulisan yang dibuat. Sehingga saat ada topik menarik bisa dibuat menjadi naskah buku dan tidak ragu untuk menerbitkannya. Sebab yakin tulisan tersebut bisa bermanfaat bagi banyak orang.
4. Pahami Manfaat Menulis
Jika ingin produktif menulis buku sebagai upaya untuk mengisi kemerdekaan maka penting untuk memahami manfaat yang didapatkan. Tidak harus berfokus pada royalti. Sebab menulis memberi manfaat lebih kompleks dibanding pundi-pundi.
Misalnya bisa menyediakan referensi berkualitas dan kredibel bagi para dosen dan mahasiswa. Jika menulis naskah fiksi maka bisa menyediakan media hiburan berbentuk tulisan sarat akan pesan moral kepada pembaca.
Jika fokus pada manfaat yang diberikan kepada orang lain maka kualitas tulisan akan maksimal. Tanpa sadar penjualannya bagus dan kemudian memberikan royalti yang lumayan. Tidak dapat dipungkiri, royalti yang besar bisa menjadi pemacu semangat untuk menulis.
5. Mencatat Semua Ide Tulisan
Menulis secara produktif bisa terbentur oleh ide yang tidak kunjung muncul seperti sebelumnya. Kondisi ini disebut writer block, yakni kondisi dimana ide tulisan susah untuk muncul.
Mencegah hal ini dialami maka sebaiknya rutin mencatat semua ide tulisan yang terlintas di kepala. Caranya, bawa selalu buku catatan kemanapun pergi dan berada.
Sebab bisa jadi saat menyetir, saat mengobrol dengan teman, saat menunggu kendaraan di parkiran, dan lain sebagainya. Muncul ide tulisan yang dianggap menarik. Supaya tidak lupa dan hilang begitu saja maka perlu segera dicatat.
6. Menulis Sesuatu yang Disukai dan Dikuasai
Khawatir kualitas tulisan kurang bagus dan tidak laku di pasaran? Maka untuk naskah awal atau buku pertama, pertimbangkan untuk menulis sesuatu yang disukai dan dikuasai.
Kenapa? Sebab ketika kita paham betul apa yang kita tulis maka biasanya akan mengalir begitu saja dalam proses penyusunannya. Bahkan tanpa disadari tulisan menjadi lebih runtut, banyak ragam kosakata, susunan kalimat menarik, dan lain-lain.
Jadi, sebagai langkah awal produktif menulis buku sebagai upaya untuk mengisi kemerdekaan mulai dari topik yang disukai maupun yang dikuasai. Hasilnya lebih maksimal, jika diterbitkan maka sambutan masyarakat bisa sangat positif. Hal ini bisa mendorong diri sendiri untuk lebih produktif menulis.
7. Menyusun Jadwal Menulis
Ide tulisan sudah ada dan topik yang sebaiknya didahulukan untuk dikembangkan menjadi naskah buku sudah dipilih. Langkah atau kiat produktif menulis buku sebagai upaya untuk mengisi kemerdekaan berikutnya adalah menyusun jadwal.
Yakni jadwal tetap untuk menulis dan mengembangkan ide tulisan yang sudah dipilih tadi. Supaya lebih mudah, susun dulu kerangka tulisannya dan kemudian dikembangkan sesuai jadwal yang telah disusun.
Kenapa harus membuat jadwal? Sebab orang-orang yang sibuk, misalnya seperti dosen sering tidak memiliki waktu untuk menulis. Padahal setengah jam sehari sudah bisa dioptimalkan untuk mengembangkan kerangka tulisan.
Maka penting untuk menyusun jadwal dimana kegiatan menulis wajib ada setiap hari, atau paling tidak 5-6 hari dalam sepekan. Meskipun hanya setengah maupun satu jam saja per hari. Namun naskah terus berprogres dan tanpa sadar akhirnya bisa diselesaikan.
8. Menetapkan Target
Berikutnya adalah menetapkan target. Target ini jelas, bisa dicapai, dan juga sesuai dengan kemampuan. Artinya target menulis harus realistis agar mudah dicapai dan diri sendiri merasa puas setelah mencapainya.
Misalnya bisa menyelesaikan satu judul buku dalam kurun waktu 6 bulan dengan jumlah halaman 100 lembar. Target ini tentu masih realistis jika dibandingkan menyelesaikan satu judul berisi 100 lembar dalam 1 bulan.
Memiliki target membantu penulis lebih fokus dan memiliki sumber motivasi untuk terus menulis. Jika sering diserang rasa malas untuk menulis maka menetapkan target seperti ini sangat tepat untuk dilakukan.
9. Menulis Tanpa Mengoreksi
Kiat produktif menulis berikutnya adalah terus menulis tanpa mengoreksi. Jadi intinya seperti bus patas atau mungkin kereta ekspres. Moda transportasi tersebut sepanjang jalur perjalanan tidak pernah berhenti agar sampai ke tujuan.
Menulis pun demikian, usahakan patas dan ekspres sehingga satu naskah bisa dirampungkan dalam beberapa bulan saja. Setelah naskah selesai baru kemudian dikoreksi dengan proses penyuntingan mandiri.
Jika penyuntingan dilakukan sepanjang menulis maka dijamin akan banyak berhenti. Naskah yang aslinya bisa selesai dalam waktu 6 bulan kemudian molor sampai 12 bulan. Sayang bukan?
10. Menjauhkan Distraksi
Selama menulis sesuai jadwal yang sudah disusun, usahakan jauhkan distraksi. Yakni segala sesuatu yang bisa mengacaukan fokus dalam menulis. Misalnya televisi, smartphone, atau mungkin anak-anak di rumah.
Jadi, miliki ruang terpisah yang bebas dari semua distraksi tersebut agar fokus terjaga. Hal ini penting untuk dilakukan agar dengan jadwal hanya setengah jam sehari paling tidak bisa menghasilkan setengah sampai satu halaman naskah.