Aku tidak berbicara di kelas karena dengan cepat menjadijelas bahwa aku tidak tahu apa yang orang bicarakan. Aku membaca buku dan artikel jurnal. Terkadang aku membacanya dua kali. Aku tahu aku memahaminya karena aku perhatikan di kelas ketika seseorang salah mengartikan sebuah ide atau salah plot. Bagian yang aku lewatkan, aku sadari sedikit demi sedikit, bukanlah otak atau ingatan atau bahkan kreativitas. Itu adalah bahasa akademis yang dengannya teman-teman sekelas aku tampaknya sudah dimuat sebelumnya. Mereka bersekolah di sekolah Ivy League dan universitas riset besar. Mereka menyebutkan nama profesor tempat mereka mengambil kelas di perguruan tinggi dan yang lainnya mengangguk, seolah-olah mereka sedang berbicara tentang bintang rock.