Seperti pagi sebelum-sebelumnya, setelah dirawat dua mingguan dia pulang. Begitu pulang Mala hanya bisa memandangi punggung sang Ayah yang semakin menjauh sampai lenyap karena terhalang pintu. Terkadang dia juga ingin duduk bersama laki-laki paruh baya itu untuk sekedar bercerita. Jangankan bercerita, bertegur sapa seperti tadi saja Mala sudah sangat bahagia.
"Karena dibandingkan dengan Mama jelas Papa jauh lebih ramah selagi aku tak membuat masalah," gumam gadis itu.
Tetapi itu semua tak akan pernah benar-benar terjadi dalam kehidupannya yang kali ini. Jadi, demi kesehatan mentalnya maka Mala memilih untuk mengubur dalam-dalam mimpinya.
"Loh bapak udah berangkat, Non?" tanya bi Titi sambil membawa kotak bekal miliknya.
"Eh? Iya udah, Bik, barusan tadi berangkat," jawab Mala.
"Aku berangkat dulu ya, Bik, takut telat nantinya," kata Mala lalu mencium punggung tangan Bibi.
Meski berbeda dengan sang nenek tapi Bibi pun juga sudah dianggap Mala sama seperti ibunya.