Jae sudah berusia satu bulan saat ini, masalah kepindahan kami hingga yang lainnya jelas sudah disiapkan dengan aman. Mataku rasanya memanas, ingin menangis namun juga merasa malu lantaran Joo sudah meledekku terus sejak tadi. Menyebalkan sekali melihat wajahnya yang penuh dengan sirat tawa, bahkan Doni dan juga Raisa pun ikutan geleng-geleng kepala.
"Aku nggak bisa bantu banyak, Hima udah nelpon terus apa lagi deadline pribadi dua mingguan lagi. Jadi aku bantu ini aja nggak masalah kan, Taa?"
Aku pun jadi terkekeh geli, dia ini bagaimana sih maunya? Ya bukan apa-apa, sesungguhnya aku pun tak berharap kalau dia mau membantuku sampai sejauh ini. Dia sudah banyak membantu bahkan dalam hal memindahkan para karyawan secara serentak.
"Nggak masalah, ada Joo yang suka ngelibur kok. Lagian Raisa juga pasti sibuk kan, Dek? Pergi aja gapapa, datangnya barengan kalian pulang juga harus sama-sama. Sana, nggak usah terlalu mikirin kita," tuturku membalasnya.