Di dalam ruangan tim kekerasan dan pembunuhan, mereka mulai menjalankan tugasnya dengan berpencar untuk mengikuti target yang diduga sebagai tersangka pembunuh berantainya. Dengan mempersiapkan barang-barang bawaannya mereka siap untuk memantau dari dekat agar bisa tahu siapa pelakunya.
"Kalian semua siap kan, kita bagi dua saja. Arya, Adamma, dan Rangga kalian bersama dan sisanya ikut bersamaku," perintah Pak Saleh yang sedang berdiri di belakang meja kerjanya.
"Siap komandan..." jawab mereka berempat kecuali Rio yang diam saja.
Dia merasa diperlakukan tidak adil oleh Komandannya, yang tidak suka melihatnya dengan Adamma. Membuatnya malas untuk bekerja hari ini.
"Kalau tahu begini aku lebih baik tidak masuk saja!" batin Rio dengan wajah kesal.
Adamma tak sengaja mendengar suara hati Rio yang sedang mengeluh, membuatnya ikut merasa tidak enak karenanya Rio jadi malas bekerja.
"Rio semangat ya kerjanya," ucap Adamma dengan tersenyum menyemangati Rio.