Alfin yang kesal dengan jawaban Ayahnya, terus mendesak keinginanya. Dia tidak peduli jika Ayahnya nanti marah kepadanya, baginya sudah cukup dia bersabar menuruti perintah dari Ayahnya.
"Tapi kapan Ayah! Aku bosan!" desak Alfin kepada Pak Wijatmoko.
"Sejak kapan kamu berani mendesakku," ucap Pak Wijatmoko dengan tatapan dingin.
"Bukan seperti itu, aku hanya menagih janjimu saja," jawab Alfin menundukkan kepalanya.
Mendengar Alfin yang sudah berani mendesaknya, dengan terpaksa Pak Wijatmoko memberikan ucapan yang dapat meyakinkan Alfin untuk tetap bersembunyi di belakangnya. Dia membuka matanya lagi, lalu melihat ke arah Alfin yang sedang duduk di sampingnya.
"Gini saja kamu harus menunggu sampai Ayah menjadi anggota legislatif, jika seperti itu aku akan bisa melindungi kamu , dan tidak akan ada yang berani menyentuhmu," ucap Pak Wijatmoko tersenyum meyakinkan Alfin yang sedang mendengarkannya.