Télécharger l’application
1.03% ADAMMA BRUNELLA / Chapter 4: SIAPA PEMBUNUH AYAHKU?

Chapitre 4: SIAPA PEMBUNUH AYAHKU?

Karena kinerja Adamma bagus membuat para atasannya berniat memindah tugaskan Adamma ke unit kejahatan pembunuhan dan kekerasan untuk membantu menjadi detektif menyelidi kasus pembunuhan maupun kekerasan.

"Saya berniat untuk mengirim kamu ke unit kejahatan dan pembunuhan di markas besar kota Jakarta, kamu akan ditugaskan untuk membantu para detektif disana," jelas Yanto kepala kepolisian Jakarta timur.

"Siap pak, saya akan menerima dengan senang hati," jawab Adamma tegas.

"Kerja bagus, kamu boleh menggunakan waktu seminggu untuk istirahat sebelum pergi kesana," puji Yanto.

"Siap pak," jawab Adamma.

"Baiklah, kamu boleh keluar" perintah Yanto.

"Terima kasih pak, permisi."Adamma meninggalkan ruangan.

Di mejanya Adamma sudah ditunggu oleh Rama yang sedih mendengar Adamma akan dipindah tugaskan.

"Kamu disini?" tanya Adamma melihat Rama duduk dikursi miliknya.

"Kamu menerima pemidahan itu?" tanya Rama.

"Apa seorang bawahan seperti aku bisa memilih dalam bertugas," jawab Adamma sambil membereskan barang miliknya.

"Aku akan sangat kehilangan mu," ucap Rama memegang tangan Adamma.

"Jangan lebay, jadi polisi harus stroong," tegas Adamma menyingkirkan tangan Rama.

"Kamu tahu tidak, disana sangat berbahaya untuk wanita," ucap Rama menakut-nakuti Adamma.

"Ingat Rama, polisi ya polisi jangan libatkan gender didalamnya," tegur Adamma meninggalkan Rama untuk kembali kerumahnya.

Rama merasa bersalah atas ucapannya yang tidak maksud menyakiti Adamma, karena dia tidak ingin ini menjadi panjang dia langsung menyusul Adamma dan mengantarkan nya dengan mobil patroli.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud ke arah sana," ucap Rama membawa barang milik Adamma.

"Mau kemana kamu membawa barangku?" tanya Adamma mengikuti langkah kaki Rama.

"Aku akan mengantarmu dengan mobil ini," jawab Rama menaru barang milik Adamma di kursi Belakang.

"Terima kasih," ucap Adamma yang senang.

"Masuklah," perintah Rama membuka pintu mobilnya dan masuk.

"Baiklah," jawab Adamma memasuki mobil.

Sesampainya dirumah adamma, Rama langsung pamit untum bertugas kembali di lapangan.

"Semangat yah," ucap Adamma mengambil barang miliknya,

"semoga berhasil ya," jawab Rama menutup kaca nya dan pergi meninggalkan Adamma.

Adamma berjalan menuju rumahnya, dan dia melihat ayahnya sudah lemas tak berdaya dan bersimbah darah. Dia yang melihat itu langsung menghubungi ambulance.

"Cepat datang, ayahku terluka. tepatnya di jalan merpati, Jakarta timur," Adamma menyingkirkan Hpnya dan menghampiri ayahnya.

"Ayah siapa yang melakukan ini padamu, jangan tinggalkan aku ayah. Bertahanlah sebentar lagi ambulance datang untuk menolong ayah," ucap Adamma menangisi ayahnya yang sudah terkapar lemas.

"Ayah akan bertemu ibumu, jangan melawanya ayah tak ingin kamu terluka. Jaga dirimu baik-baik, ayah mencintaimu dan akan selalu mengingat mu," ucap Pak Gunnar kesakitan lalu memejamkan matanya.

"Ayahhhhhhh, jangan tinggalkan aku," teriak Adamma terus menagisi jasad ayahnya.

Sirine ambulan berbunyi dan datang tepat waktu, begitupun kepolisian yang datang dengan segera setelah ada laporan dari pihak unit darurat ada pembunuhan.

Adamma hanya lemas dan terus menerus menangis, dia tak menghiraukan keramaian yang terjadi dirumahnya. tatapannya kosong seperti tak ada tujuan.

Rama yang datang langsung memeluk Adamma yang akan pingsan dan membawanya kerumah sakit dengan mobil patroli nya.

Dirumah sakit Adamma terbangun dan menanyakan ayahnya,

"Ayah dimana ayahku, apa dia baik-baik saja?" tanya Adamma pada Rama yang bingung harus menjelaskannya.

Risa dengan cemas dan menangis datang untuk menemui Adamma yang panik dengan keadaan Adamma.

"Tante, ayah. Siapa pelakunya?" tanya Adamma memeluk Risa yang sedang menangis.

"Semua akan baik-baik saja, ayahmu akan tenang disana," jawab Risa menguatkan mental Adamma.

Adamma kembali pingsan lagi karena tak kuat menerima kenyataan, begitupun Risa yang sangat menyukai Pak Gunnar sangat terpukul dengan kejadian pembunuhan itu.

Di kepolisian semua detektif sedang sibuk termasuk seorang detektif muda bernama Arya, dia menyelesaikan kasus dengan cepat.

"Sudah ditemukan sidik jari pelaku?" tanya Arya tegas kepada rekanya Rio.

"Belum, sampai sekarang belum ada kabar dari badan forensik," jawab Rio dengan membawa dokumen untuk menulis laporan.

"Sudah periksa bagian CCTV?" tanya Arya menatap Rio.

"Sudah semua, tapi tak ada satupun CCTV yang yang nyala saat kejadian," jelas Rio

"Brengsek, ini adalah pembunuhan berencana," caci Arya pada pelaku yang belum dia temukan. " aku akan pergi," pamit Arya kepada Rio rekanya.

"Mau kemana lu," teriak Rio

Arya berjalan dengan cepet dan mengabaikan Rio temanya, semua pada bagiannya masing-masing. dan dia akan menyediki sendiri dengan datang ke tempat kejadian, sesampainya ditempat kejadian yang telah dipagari kuning oleh polisi dia memasukinya untuk memulai penyelidikan nya.

Simak dari pagar rumah dia mengecek dan tidak ada yang rusak satupun.

"Jika ini perampokan pasti dia akan terekam CCTV, siapa dia berani sekali membunuh di wilayahku," batin Arya yang kesal dengan terjadinya pembunuhan.

Arya memasuki ruang tamu, tapi semuanya bersih tidak ada yang mencurigakan. Dia menuju tempat korban tergeletak saat kejadian, dia terus membayangkan bagaimana pembunuh membunuh korban dengan menusuk tepat dijantungnya. Dia juga membayangkan bagaimana pelaku memotong ibu jari kaki korban dan membawanya.

"Aku yakin dia sudah pernah membunuh disuatu tempat atau mungkin dia psikopat yang sangat pintar dalam hal membunuh sehingga tak ada bukti sampai saat ini," gumam Arya memberikan kesimpulan atas penyelidikannya.

Arya keluar meninggalkan tempat kejadian dan menemukan kartu nama korban yang ada di dekat rumput rumahnya korban. Dia langsung mengambil plasti dan sarung tangan untuk menjadikannya bukti pembunuhan.

"Semoga hal kecil ini dapat memberiku petunjuk untuk menemukan siapa pelakunya," gumam Arya mengambil kartu nama itu dan memasukkannya ke dalam plastik untuk diberikan ke badan forensik.

Dirumah sakit 2 detektif Rio dan Angga rekan satu tim dengan Arya datang untuk meminta keterangan dari Adamma yang menjadi saksi, karena dia orang pertama yang ada di tempat kejadian.

"Saya boleh meminta keterangan anda saat ini, karena ini dibutuhkan untuk penyelidikan selanjutnya," ucap Rio dihadapan Adamma dan Rissa.

Adamma yang masih sakit terbangun untuk memberikan keterangan,

"Saat itu aku masuk kerumah dan ayah sudah bersimbah darah," jawab Adamma meneteskan air mata." Kalian belum menemukan siapa pelakunya?" tanya Adamma menatap kedua detektif itu.

"Saat ini masih dalam penyelidikan, jadi mohon untuk menunggu berita selanjutnya," jawab Angga tegas.

"Apa ada yang anda curigai?" tanya Rio lebih mendalam.

Adamma memegang kepalanya dan dia ingat sesuatu yang ayahnya katakan.

"Saat itu ayahku berkata, jangan melawannya dia orang yang sangat kuat. Ayah takut aku terluka," jawab Adamma menahan tangisnya.

Rio dan Angga meninggalkan Adamma dan membawa semua keterangan yang Adamma berikan kepada mereka. Setelah semua timnya pergi, hatinya menjadi sangat kesal dengan pelaku yang tega membunuh Ayahnya.

"Siapa yang tega melakukan ini terhadap Ayahku, mengapa dia mengambil jari kaki Ayahku," batin Adamma bingung dengan segudang pertanyaan di benaknya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C4
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous