"Zero"
"Dalam bahasa Inggris Zero berarti 0 dan kurasa itu cocok denganmu."
"Waktu pertama kau datang dan masuk ke dalam tim ini, bukankah kau berkata ingin memulai segalanya dari awal? Karena kau sekarang memulai kehidupan barumu dari 0, bukankah Codename Zero sangat cocok untukmu?
" Bagaimana? Cocok bukan?"
Bruk!
Tiba-tiba aku terbangun dan mengangkat kepalaku.
Mimpi, kah...
Aku beranjak dari kasur dan duduk di kursi yang menghadap ke arah jendela.
Sama seperti sebelumnya, aurora yang indah menyelimuti langit.
Aku merenungkan berbagai hal sambil menatap langit yang indah itu.
Kenapa dia begitu mirip dengan Elisa?
Apa ini memang sudah ditakdirkan?
Apa yang dewa rencanakan sampai dia membawaku ke dunia ini dan mempertemukan aku dengan gadis yang wajahnya begitu mirip dengan Elisa?
Apa dia memberiku kesempatan kedua atau dia hanya sedang mempermainkanku?
Aku tidak paham sama sekali.
X--X
Suasana di pagi hari kota Targos terasa begitu sepi.
Sekitar satu jam yang lalu kurasa ruang makan penginapan terdengar sangat ramai bahkan suara keramaian tersebut sampai terdengar ke kamarku.
Saat aku turun dari tangga penginapan, aku hanya bisa melihat satu meja berisikan 3 orang sedang berbicara kemudian salah satu dari orang itu melambaikan tangannya.
Orang itu Rhea. Dia memasang wajah tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Aku masih tidak terbiasa dengan dirinya.
Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju ke meja tersebut dan duduk disana.
"Akhirnyaa sudah lengkap"
"Jadi apa permintaan yang kau maksud kemarin?"
"Kau ini tidak tahu cara basa-basi, yaa?"
"Dia memang seperti itu... Coba jelaskan kepada kami permintaanmu. Kurasa kita bisa membantumu selama kita bisa" Ucap Fiona
"Dua hari yang lalu kakakku disewa oleh sekelompok petualang yang ingin pergi ke kota Caer-Konig kota itu adalah kota yang berada di kaki gunung bernama Kelvin's Cain. Kakakku sudah mempersiapkan berbagai hal dan membawa 6 anjing dan kereta luncur bersamanya. Salah satu dari anjing itu adalah anjing yang kau temui Kylos, anjing itu adalah anjing favorit kakakku dan sudah dia besarkan sedari kecil. Anjing itu tidak akan pergi meninggalkan kakakku tanpa sebab.
"Jadi kita harus mencari di area sekitar Kelvin's Cain, yaa?" Ucap Fiona.
"Apa kau yakin dia masih bertahan hidup?"
"Kakakku sering melakukan pendakian semacam ini, aku yakin dia masih bertahan hidup disana"
"Yaa, aku yakin suamiku masih bertahan hidup disana. Mohon maaf baru memperkenalkan diriku, aku istri Garret, namaku Keegan"
Tepat di sumber suara terdengar seorang wanita yang sedang berjalan ke arah kami. Wanita tersebut terlihat sedikit lebih tua dibanding dengan Rhea.
"Kalian pasti pahlawan yang sedang diperbincangkan itu. Aku tahu ini terdengar sulit, tapi hanya kalian yang bisa kami andalkan"
"Apa yang kau tawarkan pada kami?"
Saat aku berbicara seperti itu, Fiona langsung menatap tajam ke arahku.
"Kami pasti membantumu, aku yakin suamimu masih hidup. Tenang saja, kita pasti akan membawa suamimu kembali"
"Terimakasih. Aku harap dewa akan membalas kebaikan kalian. Aku memang tidak punya uang yang bisa kuberikan kepada kalian tapi aku bisa memberi tawaran lain. Kau tahu kan Kelompok bernama Luskan yang menguasai tempat ini, ketua kelompok itu adalah temanku. Aku bisa memberi kamar gratis di penginapan ini dan aku juga seorang pelukis. Aku bisa memberikan beberapa karyaku untukmu"
Jujur saja, ini tidak semudah yang terlihat. Peluang hidup seseorang yang hilang di tempat semacam ini sangatlah kecil. Dan tawaran yang ia berikan benar-benar tidak sepadan menurutku tapi, meski begitu...
Untuk sesaat aku menatap wajah Rhea sebelum mengambil keputusan.
"Kami ambil tawaran itu, tapi kami tidak menjamin bisa membawa dia pulang. Meski begitu, jika kami menemukan dia masih hidup. Aku akan menyerahkan seluruh tenagaku untuk membantunya"
"Jika kalian tidak dipandu oleh seseorang yang tahu tentang gunung itu, kalian mungkin akan menjadi orang yang hilang juga. Maka dari itu, aku akan ikut kalian untuk mencari kakakku"
"Ini terlalu berbahaya Rhea, aku yakin Garret tidak ingin kau pergi juga"
"Aku yakin para pahlawan ini bisa melindungi diriku. Benar, kan" Ucap Rhea sambil menatap dan tersenyum ke arahku"
Tanpa sadar aku mengalihkan pandanganku.
"Meski aku melindungimu tapi tetap saja berbahaya"
"Lihat, Fiona saja setuju benar kan?"
"Ehhhh, me-menurutku akan bagus jika Rhea ikut, lagipula kita semua akan saling mengandalkan satu sama lain. Benar kan Delta?"
"Benar, aku setuju dengan Fiona. Tenang saja ada aku disini!"
"Habiskan dulu makananmu baru bicara"
"Zero.... Boleh, kan?" Rhea menatapku dengan tatapan yang begitu memelas.
Deg!
Tatapan macam apa itu!?
"Ahhh sial, terserah padamu saja. Tapi dengar, kau harus menuruti perintahku apapun yang terjadi!"
"Siap! Kalau begitu, kami akan mengurus persiapannya. Kita berangkat besok pagi"
X--X
Kami Punya waktu seharian untuk persiapan. Fiona dan Delta sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Delta terlihat masih berada di ruang makan penginapan dan Fiona entah pergi kemana bersama Keegan.
Kurasa mereka lupa tujuan utama kita berada disini. Saat ini aku sedang menuju ke kediaman Gildart. Rhea memberitahuku lokasinya. Katanya kediaman Gildart berada di dekat danau yang membeku.
Aku mengambil beberapa barang di kamarku dan berjalan melewati tangga dan menuju pintu keluar penginapan.
Tepat di pintu keluar penginapan terdapat seseorang gadis yang tertutup oleh pakaian musim dingin. Saat gadis itu menoleh ke arahku, gadis itu melambai dan tersenyum.
"Bukannya kau ingin mempersiapkan perlengkapan untuk besok?"
"Hari masih panjang dan aku lebih khawatir kau tersesat... Biar aku antar"
Disaat aku mencoba menjauh entah kenapa dia malah mencoba mendekat.
"Jika di kota kecil ini tersesat, mungkin keberadaanku disini patut dipertanyakan"
"Jangann begitu, biar aku antar. Lagipula banyak hal yang ingin aku tanyakan"
"Aku rasa pertanyaanmu itu bisa disimpan untuk nanti"
Aku berjalan melewati Rhea dan membuka pintu penginapan.
"Tidak, aku akan mengantarmu"
Bahkan keras kepalanya sama seperti dia...
"Terserah padamu"
X--X
"Bukankah dari awal aku bilang ingin mencari seseorang?"
"Yap, kau benar"
"Lalu kenapa akhirnya kita ada disini!?"
"Sudah kubilang kan aku tidak bisa mengantar dalam keadaan lapar"
"Kau kan tadi pagi makan di penginapan?"
"Itu kan tadi, sekarang ya sekarang"
Ngomong-ngomong apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Eh?"
Kalimat yang Rhea ucapkan langsung membuat jantungku berdetak dengan cepat.
Apa dia memang Elisa? Apa dia memang Elisa yang di reinkarnasi ke dunia ini?
"K-kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Tidak, hanya saja kau seperti terkejut saat pertama kali melihatku dan entah kenapa kau seperti menjaga jarak denganku..."
"Ti-tidak a-aku tidak sedang menjaga jarak! "
"Lihat mataku! Saat berbicara dengan seseorang kau harus menatap matanya"
Aku menghela nafasku dan menatap Rhea dengan kedua mataku.
"Nahh begitu lebih baik" Rhea seketika tersenyum hangat saat kedua mata kami bertemu.
Sekilas aku teringat tentang ingatanku dengan Elisa saat melihat dia tersenyum dan tanpa sadar akupun ikut tersenyum ke arahnya.
Perasaan ini begitu sulit dijelaskan, tapi yang jelas aku ingin waktu berhenti sehingga momen ini tidak akan berakhir.
"Kau tahu, saat aku berada di dekatmu entah kenapa aku merasa nyaman padahal kita baru bertemu kemarin, aneh bukan?"
Jujur saja saat aku mendengar kalimat itu, aku ingin menjelaskan secara detail tentangku dan masa laluku dan betapa miripnya dia dengan Elisa, tapi apa yang berubah jika dia tahu? Aku yakin jika dia memang orang yang sama, ingatan tentang kehidupan sebelumnya tidak akan kembali.... Tidak, meski tidak ada yang berubah, tapi aku...
"Rhea, Kau tahu tentang kisah ini?"
"Kisah apa?"
"Ada seekor kucing hitam yang suka berkelana. Suatu hari kucing itu bertemu dengan kucing betina berwarna putih. Kedua kucing tersebut akhirnya berkelana bersama. Bertahun-tahun telah berlalu dan suatu waktu saat berkelana, kucing yang berwarna hitam itu terjatuh dari tebing. Meski kucing hitam itu sudah berjanji untuk selalu bersama tapi pada akhirnya kucing tersebut tetap mati"
"Akhir yang menyedihkan"
"Kisahnya tidak berakhir disana"
"Lalu bagaimana itu berakhir?"
"Kucing hitam tersebut dibangkitkan kembali dan hidup di dunia Baru"
"Bagaimana dengan kucing putih?"
"Bagaimana menurutmu? Apakah mungkin dia dibangkitkan di dunia yang sama?"
"Akan lebih baik jika kucing putih itu ikut dibangkitkan di dunia yang sama dengan si kucing hitam. Lalu bagaimana akhir kisahnya?"
"Entahlah.... Aku lupa bagian akhirnya"
"Kisah yang aneh... Kalau begitu saat kau ingat akhirnya, beritahu aku"
"Tentu saja."
Pada akhirnya kami tidak pergi mencari Gildart dan hampir menghabiskan waktu seharian di tempat makan ini sambil membicarakan berbagai hal tidak penting.
Setelah menghabiskan waktu bersama Rhea, aku sudah tidak peduli entah dia reinkarnasi Elisa atau bukan, tapi selama Rhea hidup di dunia ini, aku tidak akan membiarkan dirinya mati. Aku akan melindunginya dengan sepenuh tenaga. Bahkan meski pada akhirnya aku mati sekalipun. Aku tidak akan membiarkan dia mati.
Pada hari ini rasa bimbang yang kurasakan sejak kemarin sudah menghilang.
Kurasa memang begitu cara kerja kehidupan...
Hidup ini indah dan kejam dalam waktu yang bersamaan.